Part 3

7.3K 952 25
                                    

Mata Aletta menatap layar ponsel di depannya. Baris demi baris ia lihat, ibu jarinya bergerak memindahkan berita yang ia baca.

Senyum sinis terlihat di wajah Aletta. Calvin dan Briella bahkan tidak puas hanya dengan membunuhnya, hingga dua manusia laknat itu membuat skenario menjijikan yang membuat dirinya menjadi hina.

Kematiannya disamarkan menjadi sebuah aksi bunuh diri. Dan alasan dari aksi hina itu adalah bahwa dirinya — Aletta Evangellyn, melakukan perselingkuhan dan tertangkap basah oleh Calvin. Bukan hanya itu, foto perselingkuhan yang menjadi bukti kuat juga tersebar di media online.

Aletta tertawa sumbang. Bukankah Calvin dan Briella sangat pintar dalam mengarang cerita?

"Ada apa? Kau kenal siapa mereka?" Laura yang sejak tadi berdiri di sebelah ranjang Aletta menatap Aletta dengan wajah bingung.

Aletta mengembalikan ponsel yang ia pinjam dari Laura tanpa menjawab pertanyaan Laura atau mengucapkan kata terima kasih. Hatinya saat ini terasa begitu panas. Akan sangat melegakan jika saat ini ia bisa mencekik Briella dan Calvin hingga dua manusia keji itu tewas.

"Qyra, kau baik-baik saja?" Laura menyentuh bahu Aletta. "Apakah aku harus memanggil dokter untuk memeriksamu?" tanya Laura. Karena tidak mendapatkan jawaban, Laura hendak bergerak memanggil dokter. Akan tetapi, Aletta segera menghentikan Laura.

"Aku baik-baik saja." Aletta menjawab seadanya dengan nada datar. "Tinggalkan aku sendirian, aku ingin istirahat."

Laura mengamati Aletta sejenak. Ini adalah kedua kalinya ia diusir dari ruang rawat itu dalam dua hari ini. Jika saja wanita di depannya bukan sepupunya maka ia pasti akan pergi tanpa kembali lagi. Ah, Laura menarik napas pelan. Ia harus mengerti sepupunya, jika ia ditinggalkan oleh orangtuanya dengan cara tragis mungkin dirinya juga akan menjadi seperti Qyra. Sepupunya masih cukup tangguh bertahan hidup selama 4 tahun setelah kematian orangtuanya, jika itu dirinya maka ia pasti akan menyusul di hari yang sama dengan orangtuanya.

"Baiklah. Jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa menghubungiku. Ah, ini untukmu saja. Aku akan membeli ponsel lain." Laura memberikan ponselnya pada Aletta kemudian keluar setelah meraih tasnya yang ada di atas kursi.

"Ah, Laura, kau benar-benar sepupu yang baik." Laura menghela napas lagi. Ia harus membeli ponsel lagi yang artinya ia harus menguras tabungannya yang tidak banyak.

"Tidak apa-apa. Kau bisa mengumpulkan uang lagi. Kau sudah melakukan hal yang benar, Laura. Kau yang terbaik." Laura tersenyum. Ia memuji dirinya sendiri atas kebaikan yang sudah ia lakukan.

Di dalam ruang rawatnya, Aletta memutuskan untuk menahan dirinya. Ia harus beristirahat agar kondisi tubuhnya kembali pulih. Membalas dendam membutuhkan tenaga, dan itu hanya bisa ia lakukan jika ia sudah sehat.

"Calvin, Briella, bersenang-senanglah untuk saat ini. Aku akan memastikan bahwa setelah ini kalian akan menangis darah." Aletta mengepalkan tangannya kuat.

Dada Aletta bergemuruh, mengingat tentang Calvin dan Briella membuatnya sangat murka. Ia tidak tahu bagaimana Calvin dan Briella mencemoohnya karena berhasil ditipu selama bertahun-tahun. Bodoh! Idiot! Mungkin lebih dari itu. Ia adalah manusia paling idiot di antara orang idiot. Perselingkuhan terjadi tepat di belakangnya, tapi ia malah menebarkan senyuman pada dua orang itu. Ia malah terus memperlakukan mereka seperti hanya merekalah harta berharga yang ia miliki.

Aletta menekan dadanya kuat. Ia ingin sekali memutar waktu agar semuanya tidak berjalan sesuai dengan rencana Calvin dan Briella. Ia ingin memutar waktu agar bisa menikmati hidupnya, bukan terkurung di rumah dengan cita-cita bodoh untuk menjadi istri, ibu dan menantu yang baik.

Another Life : Revenge and LoveOnde histórias criam vida. Descubra agora