Part 7

7K 1K 49
                                    

"Kenneth! kapan kau datang?" Calvin meninggalkan meja kerjanya dan melangkah menuju ke seorang pria yang baru saja memasuki ruangannya. Wajahnya terlihat begitu bahagia.

Kenneth tersenyum hangat. "Apa aku datang di saat yang tidak tepat, Kak?" Kenneth melihat ke tumpukan berkas yang ada di meja kerja kakaknya.

"Oh, tidak, Ken. Kau tidak mengganggu sama sekali." Calvin membuka kedua tangannya lebar, lalu memeluk adiknya yang jarang ia lihat. "Sudah lama kita tidak bertemu, Kakak merindukanmu."

Kenneth membalas pelukan Calvin. "Ayolah, kita baru bertemu dua bulan lalu." Kenneth melepaskan pelukannya.

"Dua bulan? Kenapa rasanya seperti sudah 2 tahun, ya?" gurau Calvin. Ia duduk di sofa begitu juga dengan Kenneth.

"Aku turut berduka atas kematian istrimu, Kak." Kalimat belasungkawa dari Kenneth membuat senyum di wajah Calvin memudar. Pria itu kini memasang wajah kehilangan bercampur kecewa. "Semua pasti terasa berat bagimu."

"Tidak ada kehilangan yang terasa mudah, Ken. Meski dia mengkhianatiku, dia tetap istri yang aku sayangi." Calvin terlihat begitu sedih seakan ia benar-benar merasa kehilangan.

Kenneth mengetahui benar bagaimana beratnya kehilangan. Akan tetapi, Kenneth merasa ragu tentang ucapan Calvin barusan. Kenneth bukannya berburuk sangka, hanya saja ia tahu sejak awal Calvin tidak pernah mencintai Aletta. Ketika pertama kali Calvin tahu bahwa dirinya akan dijodohkan, Calvin menolak mentah-mentah. Entah untuk alasan apa Calvin berubah pikiran dan mau menikah dengan Aletta yang bukan tipe Calvin.

"Kau benar-benar yakin Aletta berselingkuh?" Kenneth menatap kakaknya serius.

Calvin tidak mengerti kenapa adiknya menanyakan hal ini. Bukankah bukti-bukti yang ada telah menjelaskan bahwa Aletta berselingkuh. Seharusnya tidak ada satu orangpun yang meragukan kebohongan yang ia buat.

"Aku sudah menemui pria itu sendiri, dan ia mengatakan bahwa dia memang menjalin hubungan dengan Aletta. Kenapa? Ah, mungkin kau tidak yakin karena Aletta terlihat begitu lugu. Aku juga enggan percaya, tapi bukti dan pernyataan selingkuhan Aletta menjelaskan segalanya." Calvin mencoba meyakinkan Kenneth. Sorot matanya terlihat begitu terpukul saat membuka tentang perselingkuhan Aletta yang hanyalah bualannya saja.

Kenneth masih tidak percaya bahwa Aletta berselingkuh. Akan tetapi, ia mulai termakan sandiwara Calvin. Tampaknya di sini kakaknya juga korban yang termakan bukti-bukti itu.

"Sudahlah. Tidak perlu membahas hal itu lagi. Aku ingin Aletta tenang di atas sana." Calvin segera mengalihkan pembicaraan. "Jadi, kenapa kau kembali ke negara ini setelah 7 tahun fokus pada penelitianmu di luar negeri? Kau bahkan tidak kembali saat kakak iparmu di makamkan."

Kembali saat Aletta di makamkan? Kenneth meringis tertahan. Mungkin jika ia ada di pemakaman Aletta, ia tidak akan membiarkan tubuh Aletta terkubur di tanah. "Aku memutuskan untuk mengambil tawaran bekerja di rumah sakit Peterson."

Calvin terlihat bahagia. "Harusnya kau mengambil tawaran ini sejak dulu, Ken."

Kenneth tersenyum kecil. Jika bukan karena ingin menyelidiki tentang kematian Aletta, maka ia tak akan kembali, setidaknya sampai ia benar-benar bisa melupakan Aletta.

"Aku baru menyelesaikan penelitianku, jadi tidak ada alasan bagiku untuk menolak kali ini." Kenneth tidak sepenuhnya berbohong. Penelitiannya memang baru saja selesai. Ia telah menemukan obat untuk penyakit kanker. Obat yang ia beri nama AE. Kenneth sendiri berprofesi sebagai dokter spesialis onkologi.

"Apapun itu baguslah. Kita akan lebih sering bertemu," sahut Calvin.

Ditengah pembicaraan Calvin dan Kenneth, pintu ruangan Calvin terbuka. Atensi Calvin beralih ke pintu ruangannya, jantungnya berdetak cemas saat melihat Briella yang datang, tapi ia mencoba untuk terlihat tetap tenang. Ia tidak ingin Kenneth mengetahui hubungannya dengan Briella.

Another Life : Revenge and LoveWhere stories live. Discover now