part 25

6.8K 1K 19
                                    

Delillah menghubungi Calvin, meminta izin agar Meisie menginap di rumahnya. Delillah dan Moreno membenci Briella, tapi tidak dengan Meisie. Mereka menerima Meisie tanpa mau menerima Briella. Bagi mereka ibu Meisie hanya satu, Aletta.

Calvin mengizinkan Meisie menginap di sana, tapi ia tidak mengirim Meisie sendirian melainkan bersama dengan Qyra.

Dan sekarang, Meisie serta Qyra sudah berada di kediaman orangtua Calvin.

Qyra sangat akrab dengan kediaman itu. Selama dua tahun ia tinggal di sana sebelum akhirnya pindah dan hidup mandiri di kediamannya dan Calvin.

Dahulu ia pikir rumah orangtua Calvin adalah rumah hangat kedua setelah rumahnya, orangtua Calvin begitu menyayanginya. Namun, apa yang pikir dahulu ternyata salah. Orangtua Calvin sama saja seperti Calvin. Mereka menyimpan rahasia, menutup rapat perselingkuhan Briella dan Calvin. Membiarkan ia menjadi manusia paling bodoh yang tak tahu apa-apa. Ia sungguh kecewa dan sakit hati.

"Sayang." Delillah terlihat keibuan seperti biasa. Ia memeluk cucunya dengan sayang.

"Nenek, aku merindukanmu." Meisie merengek manja.

Delillah menghujani Meisie dengan ciuman. "Nenek juga sangat merindukanmu." Ia kembali memeluk Meisie.

Setelah puas melepas rindu pada cucunya. Delillah menyadari kehadiran Qyra. Ia tersenyum pada Qyra. "Kau pasti pengasuh Meisie."

"Saya Qyra, Nyonya." Qyra memperkenalkan dirinya dengan sopan. Memaksa senyum tercetak di wajahnya.

Qyra tidak bisa tersenyum tulus seperti biasanya lagi setelah apa yang mereka lakukan padanya. Yang ada di hati Qyra hanyalah amarah dan dendam.

"Silahkan masuk. Pelayan akan menunjukan kamar sementaramu ketika di sini." Delillah menyambut Qyra ramah.

"Terima kasih, Nyonya," seru Qyra.

Delillah hanya membalas dengan anggukan. Ia membawa Meisie ke Moreno yang saat ini sedang berolahraga di taman. Sedang Qyra, ia mengikuti pelayan yang menunjukan jalan padanya.

Qyra memperhatikan foto keluarga yang terpajang di dinding. Foto itu diambil ketika ia menikah dengan Calvin. Berbeda dengan kediaman Calvin, di rumah ini masih terdapat banyak fotonya.

Senyum pahit tercetak di wajah Qyra. Ia terlihat begitu naif di dalam foto itu. Tidak menyadari sama sekali bahwa ia menikahi pria berdarah dingin.

Tatapan mata Qyra menyimpan banyak luka, kesedihan dan kemarahan. Dahulu ia sangat menghargai sucinya pernikahan mereka yang ternyata telah dinodai sejak awal oleh Calvin.

Mengingat itu Qyra menjadi sangat marah. Ia ingin menghancurkan figura yang ada di depannya hingga berkeping-keping.

Ingin ia teriakan bahwa semua orang yang ada di sana memakai topeng. Kebahagiaan itu palsu. Ketulusan yang terlihat di sana adalah kemunafikan.

"Qyra, ayo." Anne -- pelayan yang mengantar Qyra -- bersuara setelah menyadari Qyra tidak mengikuti langkahnya.

Qyra segera melangkah kembali. Ia mengikuti Anne seolah ia tidak hafal seluk beluk tempat itu.

Kenneth menatap punggung Qyra yang menjauh. Ia melihat dengan jelas bagaimana reaksi Qyra setelah melihat foto keluarganya. Qyra terlihat menyimpan amarah. Tatapannya sangat tajam, seperti pedang yang siap melukai siapa saja.

Sikap Qyra tadi membuat Kenneth semakin ingin tahu tentang Qyra. Sangat bagus Qyra akan berada di kediamannya selama dua minggu. Maka ia bisa mengamati Qyra dari jarak dekat.

**

Makan malam tiba. Qyra masih memasak untuk Meisie yang merengek tidak mau makan jika bukan Qyra yang memasak. Delillah dan Moreno yang melihat itu, berpikir bahwa Meisie tentulah sangat menyukai Qyra.

Selama ini Meisie sulit dekat dengan orang asing. Dan sangat mengherankan karena Meisie bisa dekat dengan Qyra sejak pertama mereka bertemu.

Delillah dan Moreno telah menilai Qyra diam-diam. Melihat bagaimana Qyra memperlakukan Meisie dengan lembut dan penuh kasih sayang, mereka merasa bahwa Qyra adalah orang baik. Sangat melegakan seseorang seperti Qyra bisa mengurus Meisie.

"Kakek, Nenek, makanlah. Masakan Bibi Qyra yang terbaik setelah Mama." Meisie tidak pernah melupakan Aletta. Baginya Aletta selalu jadi yang nomor satu.

Melihat Meisie yang begitu percaya diri ketika mengatakan itu. Moreno dan Delillah segera mencicipi masakan Qyra.

Keduanya diam, meresapi makanan yang ada di mulut mereka. Apa yang Meisie katakan memang benar. Masakan Qyra memang seperti masakan Aletta. Moreno dan Delillah hapal bagaimana rasa masakan Aletta yang khas.

Kenneth bergabung di meja makan setelah selesa membersihkan diri. Rambut sebahunya jatuh seperti air terjun yang mengalir deras. Meski mengenakan pakaian santai, Kenneth terlihat seperti lukisan yang keluar ke dunia nyata. Sangat mengesankan.

"Kau memasak dengan baik. Dari mana kau belajar cara memasak seperti ini?"

Bukan hanya Delillah yang menunggu jawaban itu, tapi Moreno dan juga Kenneth.

Qyra terlihat tenang. "Dari seorang kenalan." Ia menjawab seadanya.

Lagi-lagi jawaban itu.

"Rasa masakanmu sama dengan masakan mendiang Mama Meisie. Kenalanmu pastilah sangat hebat." Delillah tersenyum kemudian melanjutkan makan malam itu.

Kenneth mengamati Qyra. Selain nada itu, apakah Aletta juga mengajari Qyra memasak?

Kenneth tidak bisa menebak sedekat apa hubungan Qyra dan Aletta. Ia hanya melirik Qyra diam-diam sembari makan.

Moreno dan Delillah makan dengan tenang. Mereka rindu masakan Aletta, dan apa yang tengah mereka makan saat ini sedikit mengobati kerinduan mereka. Namun, kesedihan juga mereka rasakan, sekaligus penyesalan yang tak kunjung pergi.

Makan malam selesai. Qyra hendak merapikan meja, tapi Delillah melarangnya. Delillah mengatakan pelayan bisa mengerjakannya.

Qyra tersenyum pahit. Dahulu ketika ia baru menjadi menantu di sana, ia merapikan meja makan dan Delillah tidak mengatakan apapun. Bahkan seorang pengasuh jauh lebih dihargai daripada dirinya.

Akan tetapi, Qyra salah berpikir. Delillah membiarkannya merapikan meja makan waktu itu karena Delillah tidak ingin menghentikan Qyra yang sedang belajar menjadi ibu rumah tangga yang baik. Delillah juga tidak ingin membuat Qyra tersinggung jika ia melarang Qyra membersihkan meja makan.

"Kakek, Nenek, ayo nonton drama bersamaku." Meisie meraih tangan Moreno dan Delillah.

Ketegangan di rumah itu pecah karena kehadiran Meisie.

Ketika Meisie menonton dengan Moreno dan Delillah, Qyra hanya berdiam diri di kamar. Ia sedang memikirkan apa yang akan ia lakukan selanjutnya.

Saat ini namanya sudah bersih, tapi video pengakuan itu tetap tidak berimbas pada Calvin. Qyra tidak mengerti kenapa semua orang begitu bodoh. Mereka malah simpati pada Calvin, bukan berpikir tentang kemungkinan lain.

Masih Qyra ingat dengan jelas bagaimana Calvin menghadapi awak media mengenai video pengakuan Tobby. Calvin terlihat sangat marah pada Tobby, seolah ia sangat terpukul karena perbuatan Tobby. Pria itu juga mengatakan untuk orang yang membayar Tobby agar cepat mengakui perbuatannya atau Calvin akan menemukan orang itu dan memberinya pelajaran yang tak akan terlupakan

Dari tanggapan Calvin, semua orang memuji Calvin. Mereka mengatakan bahwa Calvin adalah suami yang sangat baik. Calvin mencintai istrinya begitu dalam. Dan lagi-lagi mereka mengatakan bahwa Aletta sangat beruntung memiliki suami seperti Calvin.

Qyra geram bukan main. Ia akan segera membuka kedok Calvin. Saat ini ia tidak memiliki bukti bahwa Calvin dan Briella yang membunuhnya. Namun, bukankah bukti bisa dibuat? Seperti Calvin yang membuatnya tidur dengan Tobby.

Semua hanya tinggal menunggu waktu. Dan ketika waktu itu tiba, Qyra akan memastikan Calvin dan Briella tidak mampu mengelak lagi.





Tbc

Another Life : Revenge and LoveWhere stories live. Discover now