part 18

6.5K 1.1K 53
                                    

Jika alasan Aletta bunuh diri bukanlah karena perselingkuhan yang ketahuan, lalu apa?

Mobil Kenneth menepi mendadak. Otaknya yang tajam bekerja dengan cepat.

Mungkinkah Aletta bunuh diri karena mengetahui perselingkuhan kakaknya dan Briella? Dan mungkinkah kakaknya adalah orang yang membuat skenario mengerikan tentang alasan Aletta bunuh diri?

"Apa yang kau pikirkan, Kenneth? Kau mengenal kakakmu dengan baik. Bagaimana bisa kau berpikiran seperti itu tentang kakakmu?" Kenneth menyangkal pikirannya lagi. Akan tetapi, seperti sebelumnya, semakin ia menyangkal maka semakin masuk akal pemikirannya.

Kenneth cukup mengenal Aletta, wanita itu tidak akan bunuh diri tanpa sebab. Dan kakaknya? Tentu saja kakaknya tidak mungkin mengatakan bahwa Aletta bunuh diri karena mengetahui perselingkuhannya dengan Briella. Hal itu akan membuat nama baiknya hancur.

Kenneth meringis. Benarkah kakak yang ia kenal dengan sangat baik mampu melakukan hal sekejam itu pada Aletta?

Dunia Kenneth berhenti berputar. Apa yang harus ia lakukan jika yang ia pikirkan saat ini adalah kebenaran? Ia sudah berjanji pada Aletta untuk membersihkan nama Aletta, tapi jika ia melakukannya maka kakaknya yang akan hancur.

Perasaan Kenneth saat ini tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Kecewa? Jauh lebih dari kecewa. Marah? Sudah pasti. Menyesal? tentu saja.

Jika saja ia mau sedikit berusaha untuk mendekati Aletta, mungkin saja Aletta akan menyukainya. Mungkin saja tidak akan ada hal buruk yang menimpa Aletta.

Setelah mengetahui segalanya, perasaan Kenneth hancur. Ia terpukul karena dua orang yang sama-sama ia cintai. Hanya saja Kenneth tidak mengerti kenapa Kakaknya begitu tega pada wanita sebaik Aletta. Selama 7 tahun ia percayakan kebahagiaan Aletta pada kakaknya, tapi kakaknya malah menyakiti Aletta hingga Aletta bunuh diri.

Aletta memang bukan tipe kakaknya. Tidak memiliki kecantikan seperti Briella, tapi tidakkah, kakaknya melihat bahwa Aletta mencintai kakaknya dengan sangat tulus. Kenapa kakaknya begitu bodoh menyia-nyiakan Aletta?

Semakin lama, pertanyaan di benak Ken semakin bertambah. Tanpa terasa, air mata jatuh ke wajah Ken. Mulutnya tak bisa lagi berkata-kata, hanya air mata yang bisa menjelaskan betapa hancur ia saat ini.

Ken melajukan mobilnya. Ia tidak pergi ke rumah sakit atau kembali ke kediaman orangtuanya. Ia memilih pergi ke bar untuk menenangkan dirinya dengan alkohol. Ia tidak mengerti harus melakukan apa saat ini.

Jika saja itu bukan kakaknya, mungkin saat ini ia sudah membunuh orang yang menjebak Aletta.

Jika saja itu bukan kakaknya, maka ia pasti bisa membeberkan kebenarannya dengan mudah.

Ken patah arah. Bukan hanya kakaknya yang akan hancur jika perselingkuhan Ken dan Briella terbongkar, tapi juga orangtuanya. Ken sangat mengetahui bagaimana orangtuanya membanggakan kakaknya. Dan ia belum siap melihat wajah kecewa dan sorot hancur dari mata ayah dan ibunya.

Hari itu Ken habiskan waktunya dengan tenggelam di bar. Ia berharap bahwa saat ini ia masih belum mengetahui apapun, dan tidak akan tahu apapun. Ia lebih suka mempercayai Aletta tidak berselingkuh tanpa tahu bahwa kakaknya yang telah menjebak Aletta.

Mungkin seharusnya ia tidak kembali ke kota ini. Maka dengan begitu ia tidak akan berada dalam lingkar dilema yang menyedotnya kuat.

Jam setengah tiga pagi, Ken meninggalkan bar. Ia menyetir mobilnya dalam keadaan setengah sadar. Ken tidak kembali ke kediaman orangtuanyaa melainkan ke kediaman Calvin.

Sempoyongan, Kenneth masuk ke dalam rumah Calvin.

"Kakak! Kakak! Di mana kau?!" Kenneth berputar melihat ke segala arah. Ia membuat keributan yang akhirnya membuat Calvin terjaga.

"Apa yang terjadi padamu, Ken?" Calvin mendekati adiknya. Ia merasa cemas melihat kondisi Kenneth yang terlihat kacau.

Belum sempat Calvin meraih tubuh Kennet, ia sudah terkena tinju adiknya.

"Ken! Apa-apaan ini?!" Calvin memegangi sudut bibirnya yang pecah.

"Bagaimana bisa kau mengkhianati Aletta!" teriak Ken. Ia melayangkan tinjunya lagi, dan Calvin yang tidak sempat mengelak terkena pukulan lagi.

"Bukan hanya menyelingkuhinya, kau juga membuat cerita yang menghancurkan nama baik Aletta. Bagaimana bisa kau melakukan itu pada Aletta!" bentak Kenneth lagi.

"Ken, kau mabuk. Kita bicara lagi setelah kau tenang." Calvin mencoba menenangkan adiknya.

Saat ini ia tidak tahu bagaimana Ken bisa mengetahui masalah Aletta. Namun, membahasnya sekarang hanya akan membuat Ken semakin murka. Ia juga harus menyusun kalimat yang baik agar Ken bisa mengerti kenapa ia melakukan itu.

Ken adalah adiknya. Seberapapun kecewa Ken padanya, mereka masih tetap saudara.

"Jika sejak awal kau tidak mencintainya, maka harusnya kau tidak perlu menikahinya, brengsek!" geram ken yang kembali tinjunya, tapi kali ini Calvin menghindar.

Calvin tidak tahu kenapa Ken semarah ini. Wajar apabila Ken merasa kecewa padanya, tapi memukulnya seperti ini bukanlah hal yang wajar.

"Aku membiarkannya menikah denganmu karena ingin melihatnya bahagia, bukan malah berakhir tragis mati bunuh diri karena perselingkuhanmu dengan Briella!" Kenneth terus mengoceh.

Calvin diam. Ia mencerna kembali kata-kata adiknya. "Kau menyukai Aletta?" Ia sampai pada sebuah kesimpulan yang membuatnya sendiri tidak percaya.

"Ya! Aku mencintai Aletta. Dan aku melepaskannya demi pria brengsek sepertimu! Bagaimana bisa kau melakukannya pada Aletta!" Kenneth kembali berteriak. Ia membuat Calvin bungkam sepenuhnya.

Air mata jatuh di wajah Kenneth. Kakinya kini lemas hingga ia berlutut di lantai. "Kenapa harus kau! Kenapa harus kau yang menjebak Aletta!" Hati Kenneth remuk redam. Kesedihannya sudah mencapai puncak.

"Ken." Calvin memanggil Kenneth pelan. Kali ini semua tidak akan jadi sederhana. Kenneth mencintai Aletta, dan dirinya telah menyebabkan Aletta bunuh diri. Calvin tidak hanya membuat adiknya kecewa tapi juga menderita kehilangan.

Calvin mencoba meraih bahu Kenneth, tapi langsung ditepis oleh Kenneth. "Di dunia ini aku hanya mencintai satu wanita, dan dia adalah Aletta. Aku tidak pernah berharap Aletta akan berakhir tragis karena kakakku sendiri." Tatapan mata Kenneth saat ini menyiratkan kekecewaan yang mendalam, kesedihan yang tak akan terobati, serta kehilangan yang begitu besar.

Calvin terhenyak. Tak pernah dalam hidupnya ia akan membuat adiknya seperti ini. Calvin memang tidak pernah peduli pada perasaan orang lain, tapi melukai Kenneth adalah hal yang tidak ingin ia lakukan.

"Ken, maafkan Kakak. Kakak tidak tahu tentang perasaanmu pada Aletta." Calvin bersuara pelan.

Kenneth tersenyum pahit. "Maaf? Bukan padaku kau harus meminta maaf, tapi pada Aletta yang sudah kau sakiti hatinya."

"Kakak tidak bermaksud menyakitinya, Ken. Kakak sudah mencoba untuk mencintainya, tapi kakak tidak bisa."

"Jangan mencari alasan atau pembenaran atas kebrengsekanmu!" sinis Ken. "Aku telah berjanji pada Aletta untuk membersihkan namanya, tapi karena kau yang menjebak Aletta, aku jadi tidak bisa melakukan apapun. Jangan berpikir aku memilih diam karena kau kakakku, aku hanya memikirkan Papa dan Mama yang akan ikut terkena imbas."

"Ken, jangan berkata seperti itu. Kita saudara."

"Aku tidak memiliki saudara mengerikan sepertimu." Nada suara Ken yang dingin membuat Calvin tertusuk.

"Ken, kau hanya sedang mabuk. Kita bicara lagi nanti setelah kau tenang," seru Calvin.

Kenneth mendengus kasar. "Tak ada lagi yang perlu kita bicarakan."

"Hanya karena Aletta kau memperlakukan kakakmu seperti ini, Ken?" Calvin berbalik kecewa.

Kenneth tertawa keras. Kakaknya bahkan tidak merasa bersalah atas kematian Aletta yang disebabkan oleh dirinya. Tidak ada guna baginya bicara dengan orang seperti kakaknya. Ia hanya akan semakin kesal, dan mungkin akan melupakan fakta bahwa mereka bersaudara.

Kenneth membalik tubuhnya, melangkah pergi masih dengan tawanya yang berubah menjadi getir.





Tbc

Another Life : Revenge and LoveWhere stories live. Discover now