Prolog

3.3K 381 14
                                    

Menjadi wanita single di usia yang terbilang matang, jauh di dalam hati Gemma Prahastiwi bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Ada lubang besar menganga dalam lingkaran hidupnya. Sementara pertanyaan 'kapan nikah?' semakin intens Gemma dapatkan dari orang-orang di sekitarnya.

Ya, apalagi yang dia cari? Hidupnya sudah tergolong berkecukupan meskipun masih mengontrak di dalam gang. Lingkungan orang Betawi yang tentu saja tidak kumuh namun padat. Usia cukup untuk membangun rumah tangga. Namun di usia menginjak 29 tahun statusnya pun masih membuat orang terbahak dan dirinya menjadi mengkerut. Jangankan pacar, teman dekat pun Gemma tidak punya. Mereka semua hanya sebatas teman kerja. Kemana Gemma harus mencari jodoh saat ini? Jangan sampai hidupnya berakhir dengan kata perjodohan. Zaman sudah tidak sekolot itu kan? Ah, coba saja dulu kisahnya tidak berakhir begitu saja, mungkin nasibnya tidak akan sedrama ini.

Gemma menarik napas panjang. Bayangan luka itu meski kini sudah mereda, tapi nyatanya enggan untuk pergi. Mungkin luka di tahun 2017 itu takkan bisa Gemma singkirkan dari ingatannya.

"Aku nggak pacaran sama dia. Cuma sahabat aja!"

Mendengar kalimat bantahan itu, membuat Gemma terdiam kaku di balik dinding. Rasa sesak menghampiri rongga dadanya, menghimpit perlahan seperti sengaja menyiksa. Dia mematahkan harapan sekaligus perasaan yang selama ini tumbuh membubung tinggi. Perasaan yang Gemma rawat setiap harinya untuk seorang pria yang selalu bersamanya. Memperlakukannya dengan sangat baik. Namanya Langgam Handaru, pria yang saat itu berusia 25 tahun dengan tubuh kurus tinggi berambut ikal sudah cukup lama Gemma sukai.

Semua orang tahu. Semuanya terpancar gamblang baik dari mata Gemma maupun Langgam. Perasaan saling mencintai sekalipun putusan hubungan belum terikrarkan padahal sudah tujuh bulan begitu dekat. Saling ketergantungan, saling memikirkan, dimana ada Gemma pasti di situ ada Langgam. Begitupun sebaliknya. Baik Gemma maupun Langgam sama-sama menaruh rasa cemburu baik diakui maupun tidak. Bahkan tidak ada sedikitpun niat untuk membuka kesempatan kenal bagi yang lain. Dunia sudah serasa milik berdua. Tidak ada yang memungkiri itu. Hanya status yang masih menjadi pertanyaan.

Di setiap doa Gemma selalu ada nama Langgam terselip di sana. Pun demikian dengan Langgam yang sempat menggalau, mencurahkan isi hatinya pada sahabat karibnya, Banyu Bening Atmaja. Yang sialnya juga kenal akrab dengan Gemma.

"Tuhan, jika memang dia jodohku, dekatkan. Jika bukan, tolong berbaiklah jodohkan denganku," kata Banyu kala itu menirukan curhatan Langgam membuat Gemma mengulum senyum, menyembunyikan rona hangat hatinya. Doa yang sama dengan Gemma untuk Langgam.

Namun nyatanya Tuhan sudah menggariskan untuk berakhir. Harapan yang tidak pernah membiarkan untuk jadi nyata, terpatahkan hanya dengan kalimat tegas Langgam siang itu ketika mulai jengah dengan teman kantornya yang mendesaknya untuk mengakui hubungannya dengan Gemma. Wajar saja Langgam seperti garpu dan Gemma sendoknya. Langgam juga tidak pernah mengijinkan wanita mungil dengan kulit kuning langsat dengan potongan rambut bob panjang sebelah itu kemana-mana sendirian. Bahkan kalau jalan bersama, Langgam tidak segan menggandeng tangannya.

Gemma menarik napas panjang. Menghalau sesak yang kini bercampur sakit. Seperti hujan yang datangnya tiba-tiba di tengah teriknya matahari. Lalu menguap setelah semuanya basah. Itu yang Gemma rasakan sekarang. Sebisa mungkin Gemma tidak menangis. Nyatanya dirinya sendiri yang sejak dulu rela menunggu Langgam mengikrarkan hubungannya. Mungkin kali ini Langgam hanya ingin membuat teman-teman kantor tidak usil lagi mengenai hubungannya.

Tidak ingin berburuk sangka. Gemma memantapkan diri untuk melangkah masuk ke ruangan itu. Yang juga tempat kerja Gemma. Sekilas matanya bertemu dengan mata Langgam sebelum semuanya mendadak menjadi sunyi. Suasana canggung yang tiba-tiba tercipta.

"Kamu pulang sendiri ya. Aku ada urusan mendadak!" ucap Langgam dengan nada yang sangat berbeda dari biasanya, menghadirkan debaran keras di hati Gemma.

Bukan debaran jatuh cinta. Melainkan kewaspadaan bahwa benar Langgam tidak menginginkan hal lebih dari sekedar sahabat.

"Langgam,"

Pria itu beranjak dari kursi. Menoleh pada Gemma pun tidak. Beberapa kali Gemma mengerjabkan matanya sambil sesekali menarik napas panjang. Dia bergegas mengemasi barangnya untuk segera pulang. Kakinya melangkah cepat untuk mencari keberadaan Langgam.

Apa yang dia dapati membenarkan kalimat yang tadi nyaris mematahkan hatinya. Kali ini tidak hanya nyaris. Tapi memang sudah benar-benar patah. Ketika melihat Langgam menyambut kedatangan seorang wanita yang turun dari taksi di depan lobi utama gedung perkantoran itu. Lima meter di depan Gemma berdiri.

"Aku nepatin janji kan? Pulang sebelum hari ulang tahun kamu," ucap wanita itu.

"Aku juga nepatin janji. Setia nunggu sampai kamu pulang," jawab Langgam dengan senyum lebarnya. Seolah apa yang dia katakan itu memang benar.

Tinggal Gemma yang berusaha untuk tetap berdiri di tengah luruhnya segenap perasaan. Untuk tidak menangis di tempat ketika melihat Langgam merangkul bahu wanita itu sambil mengecup puncak kepala rambut ikal menggantung itu.

"Apa aku salah menabur harap? Apa aku sudah salah mengartikan perhatiannya?" rintih Gemma dalam hati. Mencintai sendirian dan patah hati sebelum jadian padahal kisahnya sudah begitu luar biasa manis. Bahkan mungkin mendekati sempurna. Gemma tertawa lirih dengan tubuh menggigil menahan sakitnya sendirian. Kemudian melangkah mundur. Sama seperti perasaannya yang tidak membutuhkan alasannya lagi untuk maju atau sekedar bertahan. Fakta yang dia lihat malah mengharuskannya untuk mundur perlahan. Menekan untuk tidak terus tumbuh untuk Langgam.
***

Halooo, perkenalan awal baru di projek awal tahun nanti ya. Semoga suka dan bisa diambil sedikit atau banyak pelajaran. Agak kaku tulisannya karena lama vakum. Mohon maklum yaa, berasa newbie lagi.

Salam,
S Andi

Geser Kanan Jodoh (TERSEDIA CETAK DAN EBOOK)Where stories live. Discover now