CHAPTER DUA

410 40 1
                                    

" What? You mau jadiin anak pindahan itu jadi sahabat you?" pekik Pretty, terkejut luar biasa saat mendengar Gina menceritakan rencana absurd Larisa untuk mendekati Arvan agar bisa bersahabat dengannya.

Larisa mengangguk, tatapannya tak berpaling sedikit pun dari sosok Arvan yang sedang duduk di bangkunya seraya memegang sebuah buku bacaan di tangannya.

Kelas XII IPA 3 sedang bebas dari jam belajar saat ini. Guru yang seharusnya mengajar di kelas mereka tidak hadir, sesuatu yang wajar mengingat ini baru hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang kenaikan kelas. Jadilah kelas itu bebas. Suasana kelas bergemuruh karena hampir semua siswa penghuni kelas tengah terlibat obrolan dengan teman mereka masing-masing.

Begitu pun dengan Larisa dan kedua sahabatnya yang sedang sibuk membicarakan rencana gila Larisa untuk mendekati seorang Arvan Marcellino.

" Ngapain sih you repot-repot mau jadiin tuh anak baru jadi sahabat you? Ane sama Gina belum cukup gitu jadi sahabat you?"

" Si Icha nih jadi kayak gini gara-gara kebanyakan baca novel sama komik. Menurut dia, si Arvan tuh cowok idaman dia. Tipe cowok keren yang banyak bertebaran di cerita-cerita fiksi ala-ala novel sama komik."

" Haah? Serius icha-icha paradise? You niat mau selingkuh gitu sama si Arvan? Jangan gila deh ... lebih kerenan hon-hon lo kemana-mana kaleeee." Ujar Pretty tak terkontrol karena suaranya nyaring di dalam kelas.

Refleks Larisa memukul kepala sahabat kemayunya itu dengan buku LKS miliknya, membuat Pretty mengumpat dan mengelus puncak kepalanya yang terasa sakit.

" Suara lo bisa direm gak supaya gak kekencengan? Gimana kalau orang lain denger?"

" Biarin, supaya seisi kelas tahu you ada niat mau selingkuh."

" Ikkhh ... siapa emangnya yang mau selingkuh? Gue kan udah jelas-jelas bilang, gue cuma mau jadiin dia sahabat. Gak lebih kok."

" Yakin dijadiin sahabat doang?" Gina ikut menimpali.

" Iyalah, cowok yang gue cinta tetep Reza seorang kok." Jawab Larisa tampak yakin.

" Lo masih gak ngerti apa yang gue bilang tadi?"

" Kata-kata lo yang mana ya?" tanya Larisa membuat gestur tengah berpikir. Entah pura-pura lupa atau dia memang benar-benar lupa.

" Jangan coba-coba bermain api, kalau apinya kegedean terus lo gak bisa ngendaliin, lo bisa kebakar. Kata-kata gue yang itu, masa lo gak ngerti maksudnya?"

" Ohh kata-kata yang itu." Larisa mengangguk-anggukan kepalanya.

" Gue ngerti kok maksud lo. Tapi kekhawatiran lo itu berlebihan, Gin. Gue itu cuma mau jadiin dia sahabat doang. Gak lebih kok. Cowok gue tetep Reza, gue bakalan selalu setia sama dia. Lo raguin kesetiaan gue?"

" Kalau denger kata-kata you tadi pagi, ane mulai ragu sih sama kesetiaan you." Pretty kembali bersuara.

" Duuh, kata-kata gue yang mana lagi sih?"

" Itu loh yang you bilang kadang you bosen pacaran sama hon-hon lo."

Larisa tertawa mendengar ucapan Pretty, tertawa cukup keras hingga beberapa siswa yang lain melirik ke arahnya.

" Gue cuma becanda kok, becanda. Bodoh gue kalau ngelepasin cowok kayak Reza yang perfect abis. Lagian dia cinta banget sama gue, gue tahu susah nyari cowok kayak dia. Lo berdua tenang aja, niat gue deketin Arvan murni mau gue jadiin sahabat aja."

Gina dan Pretty saling berpandangan. Entahlah ... mereka tak yakin dengan ucapan Larisa ini meski terdengar meyakinkan.

" Lo inget gak gue bilang ngerasain aura-aura beda hari ini? Gue ngerasain firasat sesuatu bakalan terjadi di sekolah kita?"

LARISA WISHWhere stories live. Discover now