CHAPTER LIMABELAS

314 21 8
                                    

Semua murid kelas XII IPA 3 tengah duduk di kursi masing-masing, memperhatikan seorang guru Biologi yang tengah menyampaikan materi pelajaran di depan kelas. Guru Biologi tersebut seorang wanita berusia sekitar 30 tahunan, Bu Arisa namanya.

Sudah hampir dua jam guru itu mengisi kelas dan ketika sebentar lagi waktu pergantian mata pelajaran dimulai, Bu Arisa memberikan tugas kepada muridnya.

" Ibu akan memberi kalian tugas untuk materi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan yang baru saja kita bahas. Kalian buat kelompok terdiri dari tiga orang ya. Untuk tugasnya, kalian buat laporan hasil penelitian dan pengamatan kalian pada pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan."

" Kalian bisa menanam tumbuhan dari biji dan menggunakan pupuk, jenis tumbuhannya kalian yang menentukan. Bebas ya. Ibu memberi waktu tiga bulan untuk kalian mengamati pertumbuhannya. Nanti kalian buat makalah hasil pengamatannya dan presentasikan di depan kelas."

" Kita akan berdiskusi bersama dan melakukan sesi tanya jawab." Bu Arisa mengakhiri ucapannya sembari membereskan tumpukan buku di meja guru.

" Bu, boleh saya bertanya?"

Bu Arisa yang tengah menunduk itu seketika mendongak, menatap pada salah satu muridnya yang mengacungkan tangan bermaksud menanyakan sesuatu.

" Silakan Larisa." Sahutnya pada sang murid yang ternyata adalah Larisa.

" Tanamannya harus ditanam ya bu? Kalau pencangkokan boleh tidak bu? Bukankah dari pencangkokan juga bisa diamati pertumbuhan tanamannya?"

Bu Arisa terdiam sebelum dia melemparkan senyum pada seisi kelas. " Kamu bertanya seperti ini karena khawatir tanamannya tidak tumbuh atau bagaimana Larisa?" tanyanya.

" Iya bu. Karena belum tentu tanaman yang kami tanam nanti tumbuh, tergantung dari tanahnya juga, subur atau tidak kan ya bu?"

" Karena itu kalian harus menambahkan pupuk dan rajin menyiram tanamannya. Pastikan juga kalian menanam di tanah yang subur. Nanti kalian tanam di pot dan bawa ke sekolah saat akan presentasi melaporkan hasil pengamatan kalian."

" Oh begitu, baik bu." Sahut Larisa yang sudah memahami sepenuhnya tugas dari sang guru.

" Ada lagi yang ingin ditanyakan?" Bu Arisa menatap semua muridnya dan ketika tak ada seorang pun yang mengangkat tangan atau mengeluarkan suara, Bu Arisa kembali melanjutkan membereskan buku-bukunya.

Bu Arisa melenggang meninggalkan kelas setelah berpamitan pada para murid, mengatakan mereka akan bertemu kembali di mata pelajaran Biologi lain hari yang dibalas seruan serempak dari para murid.

" Guys, mau ngerjain tugas kelompoknya dimana nih?" tanya Pretty yang tiba-tiba membalik badan ke arah belakang, bertanya pada Larisa dan Gina yang duduk di belakangnya. Tak perlu bertanya lagi, mereka bertiga sudah pasti menjadi satu kelompok setiap kali tugas kelompok diberikan guru dalam mata pelajaran apa pun. Terkecuali jika sang guru sendiri yang menentukan anggota kelompok, jika tidak ditentukan guru alias bebas menentukan anggota kelompak masing-masing, ketiga sahabat baik ini sudah pasti akan sekelompok secara otomatis.

" Rumah gue aja, nanti gue terawang deh tanah mana yang subur supaya tanamannya tumbuh."

Larisa dan Pretty serempak memutar bola mata bosan, kumat lagi sifat sok dukun sahabat mereka yang satu itu.

" Ogah akh serem ngerjain tugas di rumah you. Secara banyak jimat-jimat aneh ngegantung. Masa di depan tiap pintu ada bawang putih yang digantung, baulah jadinya seisi rumah." Sahut Pretty sembari memainkan kuku-kukunya yang terawat karena rajin dia bersihkan.

Gina mendengus kasar. " Itu namanya penjagaan Pret, bukan jimat. Tiap rumah itu pasti ada penghuninya. Nah buat mencegah supaya gak ada hantu yang masuk ke dalam rumah, harus digantungin benda-benda yang mereka benci salah satunya bawang putih."

LARISA WISHWhere stories live. Discover now