CHAPTER ENAM

190 22 7
                                    

Musik seketika dimatikan. Orang-orang yang asyik menari bak orang kesetanan di dance floor ikut menghentikan gerakan mereka begitu melihat keempat pemuda itu berdiri di atas panggung. Bersiap-siap memainkan alat musik masing-masing yang sudah mereka pegang.

" Selamat sore semuanya."

Larisa menegang mendengar suara yang cukup familiar di telinganya. Dia tak ragu lagi sekarang, gitaris yang berdiri di panggung sana yang kini sedang menyapa pengunjung club memang benar-benar Arvan teman satu kelasnya.

Kenapa pria itu bisa ada disini dan berpenampilan layaknya rocker seperti itu? Larisa belum menemukan jawaban yang cocok. Hanya ada satu cara untuk mengetahuinya, dia harus menemui Arvan dan bicara dengan pemuda itu setelah pertunjukan mereka selesai.

" The Rudal's ... The Rudal's ... The Rudal's ..."

Semua orang yang berdiri di bawah panggung secara serempak menyuarakan hal tersebut, mengelu-elukan nama group band yang sebentar lagi akan memulai pertunjukan mereka.

" Gimana? Bener Arvan yang itu teman yang kamu cari?"

Larisa yang sedang fokus menatap ke depan itu seketika terperanjat, terkejut mendengar sang bartender yang tiba-tiba mengajaknya bicara lagi. Larisa menoleh, sedikit menganggukan kepalanya.

" Iya benar mas, itu teman yang saya cari." Jawab Larisa.

" Ooh kalau dia sih saya juga kenal. Tiap sore dia sama group band-nya tampil disini."

" Sejak kapan mereka tampil disini?" tanya Larisa mulai tertarik mencari tahu Arvan dan group band-nya.

" Hmm ... belum lama sih. Sekitar satu bulanan."

" Ooh gitu." Larisa menunduk, masih tak habis pikir Arvan yang pendiam itu ternyata bisa segila ini di luar sekolah. Memiliki group band dan berpenampilan layaknya rocker, entah apa yang akan dilakukan pihak sekolah jika sampai mereka mengetahui hal ini.

Larisa kembali mendongak begitu alunan musik mulai terdengar. Seketika semua orang bersorak girang, ikut menggoyangkan badan seiring dengan alunan musik bernada ceria ini. Tak ada yang bernyanyi, keempat pria yang menamakan diri mereka sebagai The Rudal's itu hanya memainkan musik instrumental bergaya rock yang memekakan telinga bagi Larisa, namun jelas tidak untuk para pecinta musik rock. Mereka tampak begitu menikmati alunan musik ini.

" Kamu maju aja ke depan neng. Supaya Arvan tahu kamu ada disini." Sang bartender kembali berucap. Larisa mengernyitkan dahi, memastikan telinganya tak salah dengar.

Berada di dalam club ini saja sudah membuat Larisa merinding ngeri, apalagi harus bergabung dengan orang-orang di bawah panggung sana, jelas itu pilihan yang tidak akan pernah diambil Larisa.

" Gak usah mas, saya disini aja. Saya tunggu sampai pertunjukannya selesai." Sahut Larisa, menolak saran sang bartender secara halus.

" Kalau nunggu sampai pertunjukannya selesai sih pasti lama, soalnya mereka baru selesai nanti malam. Serius kamu tahan nungguin selama itu?"

Larisa terperangah sekarang. Arvan melakukan pertunjukan sampai malam disini? Lalu besok pagi dia harus berangkat sekolah, Larisa menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Padahal yang diingat Larisa, Arvan datang ke sekolah pagi-pagi sekali bahkan di saat murid lain belum datang, dia sudah duduk manis di bangkunya. Setidaknya itulah yang Larisa tahu pagi ini.

" Udah sana neng, maju aja ke depan. Kalau Arvan lihat kamu, dia pasti nemuin kamu dulu."

" Saya gak berani mas. Saya takut gabung sama mereka." jujur Larisa. Sang bartender terkekeh, membuat Larisa memicingkan matanya merasa tersinggung.

LARISA WISHWhere stories live. Discover now