V | PHOBIA

2.2K 363 196
                                    


P H O B I A
"An extreme irrational fear or aversion to something."

▪▪▪

Garnet,
00:00 AM.

"Kenapa menghubungi saya dengan telepon, bodoh?"

"Aku hanya ingin berbagi informasi bahwa kami baru saja touch down at airport first gate."

"Lalu?"

"Akan ada jeep yang menjemput kita berempat sebentar lagi. Tunggu saja."

"Sam ikut kalian. Saya sendiri."

"Apa?! Cih, dasar mental buron! Padahal kita sudah jauh sekali dari teritori negara. Kita tidak akan terlacak, sayang. Ini jalur steril. STERIL."

"Shut up."

Butuh waktu berhari - hari untuk mencapai perbatasan negara yang kami tuju. Mulai dari jet pribadi hingga kapal laut, transportasi darat kali ini akan menjadi opsi terakhir yang melegakan.

Silvan tadinya bersikeras tidak akan mengajak Noha ikut serta dalam perkelanaan, tapi berkat koneksi kuat dengan para imigran gelap yang dia milikiㅡkami mustahil menolak untuk bekerja sama.

Jangan tanya mengapa sosok Noha Jevlin mempunyai semua akses illegal ini, aku pun tidak paham.

Noha menoleh ke arahku yang tengah fokus memandangi angkasa melalui jendela ruangan. Purnama bersama gugusan bintang luar biasa menawan dini hari ini.

"You wanna talk to her?"

"No."

"Bagus." Noha langsung memutus sambungan teleponnya dengan Silvan lalu kembali menatapku.

"Entah kenapa aku sangat merindukan langit, seperti aku tidak pernah berada di atas daratan sebelumnya."

"Apakah itu monolog drama? Its sounds beautiful."

"Sayangnya aku tidak tahu apakah faktanya benar demikian. Ingatanku sama sekali belum kembali."

"Ingatanmuㅡapa??"

Netraku beralih seutuhnya pada pemuda dengan leather jacket dan rambut senada langit malam itu. Melihat Noha kebingungan membuatku ingin cepat - cepat kembali bertemu Sam yang paling mengerti situasiku.

"Silvan bilang apa barusan?"

"Dia tidak ikut di mobil kita."

"Sam juga?"

"He comes with us. Ternyata dugaanku benar, kamu memang lebih mempedulikan bocah itu dibanding suamimu, kan? Menarik sekali."

Aku tergelak singkat. "Tidak semudah asumsimu, kadal ilegal."

"Spill. Apa yang membuatmu tertarik dengan si Tuan keras kepala itu?" Noha bersandar di dinding, melipat kedua tangan nya sambil memejamkan mata, seakan menunggu bed time story dariku.

"Bagaimana denganmu? Sejak kapan berteman dengan Silvan?"

"Dulu kami sering bermain di headquarters. Kami sama - sama tidak pergi ke sekolah formal dan tidak suka tinggal di rumah. Aku rasa itu alasan kami menjadi akrab. Zero, maksudku Silvan, satu - satunya teman yang aku punya sampai sekarang."

Dans Le Noir [DAY6 Sungjin]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon