EPILOG

2.7K 301 145
                                    


Paradis Noir
'15.

"Kamu sudah mabuk, Tuan."

"Mabuk? Tidak sayang tidak ... hik ... aku hanya sedang menganggumi kaki indahmu."

"Saya akan ambil air." Pergelangan tangan si gadis dicengkeram oleh pria setengah sadar itu.

"Kita ke kamar saja, oke?"

"Maaf Tuan, saya tidakㅡaw! Hei! Lepaskan!!"

Pria tersebut hilang kendali, menyeret paksa gadis malang tersebut ke kamar terdekat dan memperlakukannya tidak sesuai dengan perjanjian di awal sebagai sebatas teman minum. Tak berakhir di situ, empat pria lain entah darimana ikut bergabung dan mempermainkannya. Lebih buruk lagi? Seluruh aktivitas didokumentasikan secara illegal. Jika dia enggan menuruti kemauan para bajingan licik itu, rekamannya akan disebarluaskan.

Siapa yang bisa disalahkan dalam tindak pelanggaran ini? Nihil. Tiada peraturan tertulis yang mampu menyelamatkan haknya.

"Tulip? Apa itu kamu? Apa kamu baik - baik saja?? Buka pintunya!"

Seorang rekan sebaya menemukannya duduk meringkuk seorang diri di toilet wanitaㅡtanpa busana. Kondisinya sangat kacau, dia baru saja memuntahkan seluruh isi perutnya, menyayat tangan, tak henti menangis.

"Please ... help me ... I don't want to be here ... please."

"Whats going on?"

Wanita dengan floral dress, rambut pirang terkuncir dua, serta kontak lensa hijau, datang menenangkan gadis itu. Sudah menjadi tugasnya menangani tekanan mental yang dialami para pekerja di dunia hiburan tersebut.

"It's okay, darling. I know how you feel. I'll get you out from here real soon."

"Promise?"

"But first, do me a favor. You gotta be the strongest among the others."

Gadis itu mengangguk gemetar, memeluk kedua lututnya semakin erat.

"Is that a deal, Tulip?"

"Yes."

Tulip sanggup bertahan di dalam roda penindasan moral yang diterimanya, sebab dia yakin Leone tak akan mengingkari janji.

Seuvix Capitol,
'20.

"Persetan. Apakah kekacauan 5 tahun lalu tak cukup baginya?! Dia pasti berniat menghancurkan kesuksesan saya. I should've killed him." Pria tua bersurai putih lengkap dengan setelan jas formalnya memantik sigaret.

"Tuan Presdir, tragedi penembakan pada Seuvix Night masih diselidiki oleh kepolisian. Kita tidak ingin menambah lebih banyak masalah, bukan?" Dari seberang kursi sang pimpinan, pria paruh baya berseragam dokter menuang anggur untuk dirinya.

"Menghabisi jaksa sialan itu ternyata tidak menyelesaikan perkara. Katakan Grim, apa saja yang kamu terawang dari jasad wanita itu?"

Dokter menaruh kembali gelasnya. "Jasad nyonya Seuvix?"

"Wanita simpanan tak pantas menyandang sebutan itu." Presdir tergelak puas. "Saya pun heran kenapa saya tertarik padanya."

Dans Le Noir [DAY6 Sungjin]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora