1. MALAM PERTAMA

12.2K 373 17
                                    

Ragu-ragu Tinneke menyisir rambutnya, mengurai sanggul dan melepaskan semua hiasannya, lalu menghapus riasan. Gadis itu sudah mengganti pakaian pengantinnya dengan kimono pendek yang hanya menutup setengah paha, tanpa pakaian dalam sesuai pesan lelaki yang baru saja resmi menikahinya. Agak risih, merasa telanjang walaupun masih ada selembar kain yang menutupi tubuhnya.

Klek! Suara pintu kamar mandi ditutup, dari cermin dilihatnya Didit melangkah masuk mengenakan kimono yang diikat sekenanya, bagian dadanya agak terbuka, mempertontonkan sixpack sempurna. Denyar-denyar halus menjalar seluruh tubuh Tinneke, membayangkan tubuh mereka berdekapan, lalu kelebat bayangan buruk itu, saat sosok yang melangkah mendekatinya itu menyetubuhi asisten pribadinya, dan ia tercekat menjatuhkan bendel berkas yang dibawanya .... Ada rasa ngeri, walaupun Didit sudah menunjukkan hasil pemeriksaan dokter bahwa ia bersih, bebas HIV.

"Apa yang mengusik pikiranmu?" tanya Didit, memegang pundaknya.

"Nervous, karena aku belum pernah ...."

Didit menariknya berdiri, membawanya ke tempat tidur.

"Aku juga belum pernah ... meniduri perempuan ...," Didit tertawa, "harusnya sama, ya?"

Tinneke mengangkat dagunya menatap Didit, ingin bertanya, tak sempat, karena bibir lelaki itu memagutnya, mencium lembut, melumat hangat, menuntutnya untuk membalas. Tinneke agak jijik, kelebat bayangan lain melintas, saat bibir itu memagut bagian intim asisten pribadinya ... ia bergidik, ingin muntah.

Jemari sang suami melepaskan kimononya, lalu meraba payudaranya, memijat lembut. Menyusul melepaskan kimononya sendiri, mendekapnya, putingnya yang mengeras menekan dada lelaki itu.

"Aaah ...," Didit mendesah, dan Tinneke merasakan ada yang menyodok perutnya, kembali bergidik ngeri ... kelebat bayangan kelam lain lagi, waktu benda itu tercabut dari belakang seorang karyawan dan menyemprotkan cairan putih ke punggungnya ....

"Benar-benar masih murni," gumam si suami, merasa beruntung menikahi perempuan yang tidak berpengalaman.

.

Didit mendorong istrinya rebah, lalu ia mulai menciumi setiap lekuk tubuhnya, agak lama bermain dan mengisap putingnya. Tinneke berumur dua puluh dua tahun, belum pernah pacaran, sentuhan suaminya menimbulkan gairah, yang terasa aneh karena baru pertama dirasakannya, ia hanya pasif, tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Sampai lelaki itu menggesek-gesek area intimnya, membuatnya basah, secara naluri ia mengangkangkan kaki lebih lebar, mengangkat pinggul berharap ada yang masuk mengisi kekosongan relung tubuhnya.

Tinneke tercekat ketika Didit mendorong masuk sedikit, lelaki itupun sempat berhenti sedetik merasakan ada cincin melingkar erat menahan gerakannya. Agak ragu ia merangsek maju, Tinneke menggeliat rongga tubuhnya beradaptasi dengan yang menginvasi, menjerit pelan waktu sengatan rasa sakit itu datang, lalu diam merasakan gesekan itu sampai titik terdalam.

"Sakit?" bisik Didit prihatin, ia sudah berharap istrinya berteriak, tapi hanya menggeleng lemah, menolehkan wajahnya, tak mau menatapnya.

Si suami mulai bergerak, merasakan nikmat yang berbeda, rasa licin tanpa gel, dan jepitan erat. Belum lama di dalam, ia telah memuntahkan muatan, memaki diri sendiri saat terkapar, mengapa tidak tahan lama?

.

Lewat tengah malam, gairahnya bangkit lagi, dengan elusan dan rabaan dibangunkannya Tinneke, mengajaknya bercinta sekali lagi. Begitu juga menjelang fajar, bahkan dua kali.

"Mandi bareng, yuk!" Tinneke menurut saja waktu suaminya menggendong ke kamar mandi, menyabun tubuhnya dengan sayang, dan terangsang lagi melihatnya menggelinjang.

KAWIN KONTRAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang