4. HAMPIR

6.2K 281 4
                                    

"Kau dimana?" Dimas menelpon Maya, "aku jemput sekarang."

Maya salah satu teman tidurnya, tak ada ikatan, malam itu Dimas melampiaskan nafsu kepadanya, tapi membayangkan bercinta dengan Keke. Ada amarah dari rasa curiga karena Aditya dan gadis itu sama-sama tidak membukakan pintu apartemen, tidak menjawab telponnya, hati kecilnya menuduh kakaknya meniduri Keke, dan ia tak rela. Dengan kasar ia menggerakkan pinggulnya pelan, Maya menggeliat dan memohon agar ia bergerak lebih cepat, gadis itu tak tahan diserang dengan tempo pelan ... tapi dengan sengaja Dimas menyiksa, 'rasakan Keke!'

.

"Siapa Keke?" tanya Maya waktu mobil Dimas berhenti di depan kantornya.

"Nobody."

"Nobody?" Maya tertawa turun dari mobil, "semalam kau mengigau, memanggil-manggil namanya sampai pagi."

Dimas merenung sepanjang perjalanan ke kantor, bayangan Keke tak bisa lepas dari benaknya.

.

Hari Jumat Keke memakai rok span selutut berwarna coklat tua, blus longgar berwarna kuning muda, dan scarf motif macan tutul.

"Mengapa memakai scarf? Menutupi cupang?" Iseng Dimas bertanya, tapi tak urung nadanya kesal, ia cemburu ... membayangkan Aditya mencium leher Keke, turun ke belahan dadanya ... ia menelan ludah, ada geliat di bagian bawah tubuhnya.

Sore itu ia sengaja meminta Keke membantu menata file di lacinya, supaya ada alasan mengajaknya makan malam dan mengantar pulang.

"Boleh saya lembur besok, Pak?" tanyanya menawar, "ada acara girl's night out nih."

Susah payah merayu mendapatkan ijin Aditya, kalau sampai batal, sungguh sangat rugi. Saat itu Nayla melongokkan kepala di pintu yang separoh terbuka, "Keke, kami duluan ya, ntar nyusul aja."

"Bersama mereka?" tanya Dimas, Keke mengangguk, "boleh ikut?"

Vina batal memesan taxi online, mereka naik mobil Dimas.

"Aku satu-satunya cowok, nih?" tanyanya bercanda.

"Ada Kevin dan Bram, staf Marketing, Pak," Keke yang menjawab, "dan mungkin Bang Jujun."

"Siapa Bang Jujun?" ada rasa cemburu mendengar Keke menyebut nama itu dengan nada spesial.

"Sopir si Oom," Keke tertawa, "saya diijinkan ke Night Club bila ditemani Bang Jujun."

"Nggak sekalian si Oom mengawal?"

"Si Oom sudah uzur, nggak doyan dugem." Vina yang menyahut.

.

Kevin dan Bram agak terkejut melihat si boss bergabung, tapi kemudian senang, ada yang membayarkan minuman mereka. Kedua pemuda itu ke dance floor mengajak Nayla dan Vina meninggalkan Keke berdua dengan Dimas, Jujun tidak tampak batang hidungnya.

"Nggak turun?"

"APA?" Keke setengah berteriak mengatasi hingar bingar musik.

Dimas meraih pinggang Keke, menariknya rapat, dan berbisik di telinganya, "Nggak turun?"

Keke memutar badannya tanpa melepaskan pelukan, payudaranya yang kenyal menyentuh lengan Dimas, menggugah kejantanannya, "Aku nggak bisa dance," balasnya di telinga sang boss.

"Kuajarin ...."

Keke menoleh akan menjawab, Dimas mengambil kesempatan itu, memagut bibir tipis Keke, melumatnya. Dirasakannya tubuh gadis itu menegang sesaat dalam dekapannya, kemudian mulai relax dan ia membalas ciumannya, membuat gairahnya bangkit.

Keempat teman mereka datang untuk minum, dan kembali lagi ke dance floor, Dimas memesankan tambahan, dan diam-diam memasukkan sebutir tablet effervescent ke orange juice Keke yang meminumnya tanpa curiga. Beberapa waktu kemudian Dimas menciumnya lagi, kali ini ditambah dengan remasan di pinggang, membuat gadis itu mendesah.

"Lanjut di rumah?" bisik Dimas, Keke yang mulai terbakar gairahnya mengangguk.

Kepalanya mulai terasa berat di mobil, setengah sadar bossnya menuntun masuk ke apartemen, mengunci pintu, menggendongnya ke kamar ... menciumnya sambil melucuti pakaian mereka berdua.

Dimas seorang yang menyukai teknik bercinta, jarang ia melakukan dengan terburu-buru, ia menciumi setiap jengkal tubuh sintal Keke, meraba area pribadinya sampai basah. Lalu ia mencium bibir bawah itu dengan lembut, menyisipkan lidahnya ke lipatan kulit di situ, membuat gadis itu menggelinjang ... mendesah nikmat ... memohon-mohon supaya Dimas segera mengisi relung tubuhnya yang kosong.

Dimas tidak sempat menutup pintu kamar, ia mengangkat tubuhnya yang menindih Keke, bersiap menyatukan tubuh mereka ketika didengarnya suara pintu dibuka ....

"Keke! Sudah pulang?"

"Si Oom!" panik gadis itu menunjuk ke lemari pakaian besar yang memenuhi salah satu sisi dinding, Dimas cepat mengumpulkan pakaiannya dan bersembunyi di dalamnya.

"Kau sudah bersiap menungguku?"

"Ada yang memasukkan obat perangsang di minumanku ... sepertinya ... aku merasakan panas dan sangat bergairah ...." Dimas menyumpah, suara Keke sangat sexy dan membangunkannya lagi, sendirian di dalam lemari, apa yang harus dilakukannya?

Didengarnya tawa seorang lelaki, gemerisik pakaian dilepaskan, berikutnya desah dan erangan Keke seirama dengan geram kenikmatan seorang lelaki, Dimas memaki dirinya sendiri, seharusnya ke apartemennya, bukan ke sini. Sekarang ia hanya menjadi pendengar, lelaki itu yang menikmati. Antara iri dan cemburu, bercampur dengan gairah seperti menonton film biru, Dimas berusaha tidak bersuara sambil mencari pelepasan dengan tangannya, membayangkan Keke yang menjepitnya.

Tak sengaja tangannya menyentuk sebuah handuk kecil, digunakannya menampung cairannya.

"Mandi bareng, yuk." Pasangan di ranjang itu juga sudah selesai.

"Males, ah, besok pagi saja ...," Keke menjawab.

"Besok mungkin tak sempat, aku mengejar flight pagi."

Didengarnya erangan malas gadis itu, keluhan si lelaki, diduganya menggendong Keke ke kamar mandi. Dimas membuka pintu lemari, ada suara shower dan gelinjang geli si gadis, ia mengendap keluar kamar, memakai pakaiannya, dan pulang.

*

"Pulang dengan siapa?" tanya Didit sambil mengeringkan tubuh keduanya.

"Dimas."

"Hmmm ... nggak berusaha mampir?" tanyanya curiga, Keke hanya tertawa.

"Nggak nginep?"

"Flight pagi, kalau tidur bersamamu, bisa kesiangan." Didit pindah ke apartemennya melewati balkon jemuran.

.

[Bisa telpon?]

[Males, Whatsapp saja.]

[Si Oom masih di sana?]

[Sudah pulang.]

[Menyesal.]

Keke membalas dengan emoticon ngakak guling-guling.

[Oh ya, ada handuk kotor di lemari ....]

[Kotor karena ...?]

[Yang seharusnya kumasukkan ke dalam tubuhmu!]

[Ouw!]

[Harusnya kubawa kau ke sini, bukan kuantar pulang ... aku tersiksa di dalam lemari mendengarkan desah dan eranganmu.]

[Masih untung lemari pakaian, bukan lemari es.]

[Ada apa dengan lemari es?]

.

bersambung

.

Surabaya, 26 Nopember 2019

KAWIN KONTRAKWhere stories live. Discover now