Segalanya Hanya Pura-Pura

58 22 0
                                    

Segalanya Hanya Pura-Pura

Hidup ini akan lebih sederhana dan lebih mudah dijalani, jika setiap manusia tak banyak menuntut dirinya sendiri. Ia bisa lebih terbuka dengan kemauannya, ia bisa lebih memahami dirinya, tak perlu menahan apapun yang menyakitkan, tak perlu memilih apapun yang susah, jika ada yang mudah. Terkadang memang manusia itu sendiri yang membuat hidupnya lebih rumit, mempersulut keadaan yang ada dan terus mengulanginya.

Sering kali, manusia juga tidak jujur terhadap dirinya sendiri, ketika dirinya merasa tidak baik-baik saja, namun harus memasang wajah ceria di depan banyak orang, enggan memperlihatkan yang sebenarnya. Hingga mereka membohongi dirinya sendiri dan orang lain atas perasaan yang tak mampu mereka perlihatkan. Padahal, untuk bersedih dan merasa tidak baik-baik saja bukan hal yang salah dan itu manusiawi, tapi kenapa sulit untuk menerima diri dengan keadaanya?

Di dunia ini masih banyak orang yang berpura-pura seakan dirinya baik-baik saja padahal, terluka parah. Atau ada juga orang yang banyak memasang topeng yang berbeda-beda, ketika bersama teman atau keluarga ia pasang wajah bahagia, ketika sendiri, ia pasang wajah tanpa ekspresi dan menangis dalam sepi. Ada persamaan antara keduannya, yaitu hidup dalam kepalsuan. Tidak dapat disalahkan, aku memahami, toh akupun masih merasakannya. Karena pada kenyataannya tak semua orang bisa hidup dalam kejujuran atau hidup tanpa kebohongan. Its impposible, karena, setiap orang punya jalannya masing-masing, dan mereka bisa memilih jalannya sendiri, sekalipun itu menyakitkan.

Bukan hal biasa, jika kita sering mengulangi kesalahan yang sama, salah satunya berpura-pura. Tidak ada yang baik dari berpura-pura, meski itu untuk menutupi luka atau membuat orang lain bahagia, sementara kita sendiri menderita. Berpura-pura hanya akan membuat diri merasa terbebani, dan tumbuh menjadi pribadi yang sulit menerima kenyataan karena terbiasa mengingkari kenyataan.

Selalu ada alasan dibalik ke pura-puraan setiap orang, karena mungkin mereka banyak menyimpan permasalahannya sendiri, permasalahan yang tidak tahu seberat apa ketika menghadapinya. Banyak sekali beban yang ditanggungnya, entah pada fisik atau batinnya. Tidak ada yang tahu selalin dirinya sendiri. Sebagian orang mungkin bisa melupakan masalahnya itu dengan sekedar jalan-jalan sore, menikmati indahnya senja yang perlahan mulai tenggelam. Bisa juga, mendengarkam musik galau, lalu tiba-tiba menangis secara tiba-tiba, atau melakukan berbagai hobi secara menggila atau bahkan, melakukan hal-hal 'negatif'. Mungkin, itu untuk orang yang kadar stressnya sudah tidak bisa dikendalikan lagi dan berakhir pada pelampiasan yang salah.

Aku mengerti, terlalu berat menghadapi dunia yang banyak becanda dan kejam ini. Kadang kala, kita harus lebih peduli terhadap rasa sakit ketimbang rasa bahagia, agar kita bisa menemukan cara untuk bisa menyembuhkan rasa sakit itu, seperti kata Susan David seorang psikolog, di Harvard Medical School dan penulis buku Emotional Agility, yaitu ketika berfokus hanya pada tingkat kebahagiaan dan mengabaikan emosi negatif dapat menjadi bumerang, dan malah membuat Anda merasa lebih buruk.

"Apa yang terjadi ketika kita terlalu fokus pada kebahagiaan adalah kita sebenarnya mengesampingkan informasi penting yang membantu kita belajar dan beradaptasi dalam hidup kita,” kata David seperti dilansir dari Stylish. Jadi, lain kali Anda merasa frustrasi atau tidak bahagia, lalu menyembunyikan perasaan itu di balik senyuman palsu, cobalah mengenali alasan di balik emosi itu dan lakukan cara praktis untuk melakukan perubahan.

Ketika kamu memdapati temanmu yang sedang bersedih karena patah hati atau apapun itu, lalu kamu bertanya dan memberi respon, "Are you okay? don't cry, everything will be fine." Perkataan itu bisa saja menenangkan, atau pula bisa saja temannya yang akan pura-pura tenang. Untuk orang yang sensitif, itu akan berefek sangat luar biasa pada hati dan pikirannya. Karena ketika hati begitu hancurnya lalu, dipaksa agar semuanya terlihat baik-baik saja, hanya membuat semuanya lebih berantakan. Yang tadinya ingin mengeluarkan kesedihannya, ingin berbagi ceritanya, ingin mendapatkan jalan keluar, malah direspon tak sesuai harapan yang pada akhirnya temanmu hanya menjawab, "Yes, don't worry. Im, fine," sambil tersenyum penuh kepalsuan.

Memang berat menghadapi kenyataan dan menerima keadaan, hingga banyak orang yang mengingkari kenyataan dan keadaannya sendiri. Dan kesalahan yang sering kali terulang, yaitu berpura-pura seakan tak ada rasa padahal, begitu mencintainya, juga memilih untuk selalu berpura-pura seakan semuanya baik-baik saja.

Kita tidak bisa terus menerus membohongi diri dengan bersembunyi dibalik kata 'pura-pura'. Akui saja bahwa dirimu tidak baik-baik saja, tanpa atau secara sadar ketika kamu telah mengakuinya, sudah timbul sebuah penerimaan.

Tidak perlu memaksakan untuk kuat, jika kamu merasa lemah, cukup akui dan tetap bertahan, maka kamu adalah orang yang kuat.

















#narasihati

Jangan lupa vote, comen dan share ya teman-teman...❤

Narasi Hati (Revisi)Where stories live. Discover now