Sepenggal Kisah

136 20 6
                                    

Happy Reading...

Setiap orang memiliki kisah hidupnya masing-masing. Kebahagiaan dan kesedihan adalah bagian dari isi kisah hidup mereka, tapi disini bukan kisah hidup mereka yang akan aku ceritakan, melainkan kisah hidup ku sendiri yang akan aku ceritakan.

Sebenarnya untuk bercerita tentang kisah hidup pribadi masing-masing termasuk aku, adalah hal yang mungkin sebagian orang malas untuk melihat, mendengarkan, bahkan membaca sebuah tulisan, karena memang itu hidupnya kita tak harus dan tak wajib tahu, akupun pernah berpikir demikian, dan mengabaikannya begitu saja tapi, apa hidup semua orang itu sama? masalah yang mereka hadapi itu sama? jelas berbeda bukan? itu kenapa aku mengubah pikiranku, karena ternyata dengan banyaknya membaca, melihat dan mendengarkan, entah itu kisah hidup orang atau yang lainnya, aku banyak belajar, berpikir kritis dan menemukan hal baru yang sebelumnya aku tak tahu.

Dan sekarang aku akan menceritakannya dalam sebuah tulisan, memang tidak ada yang menarik namun, tak ada salahnya bukan, jika aku memperkenalkan diriku lewat kisah hidupku.

Nah, dari mulai aku lahir ke bumi, hingga aku tumbuh sebesar ini, aku masih tak mengerti semua yang telah terjadi, aku terlalu kecil untuk memahami dunia. Aku bahkan, tak tahu arah dan tujuan hidupku akan dibawa kemana. Hingga saat ini aku masih mencari jawaban dari teka-teki hidupku sendiri. Padahal, seharusnya aku tidak mencarinya, karena teka-teki itu akan berakhir ketika aku mati, semuanya akan selesai. Untuk saat ini, aku hanya perlu menikmati dan mensyukuri setelah usaha dan berdo'a dijalani, selebihnya itu urusan yang Maha Kuasa.

Akupun tak mengerti dengan orang yang datang tanpa alasan, yang datang lalu pergi, yang hanya sekedar mampir, yang menetap tanpa arti, dan orang yang masih ada hingga saat ini. Aku bersyukur ada orang yang masih bertahan, meski hanya bisa di hitung oleh jari-jari tangan. Se enggaknya masih ada yang peduli dengan hidupku.

Orang yang masih ada dalam hidupku saat ini, adalah orang yang menerima aku apa adanya, tidak pernah bosan menasehati ketika salah, saling peduli satu sama lain, saling percaya, berjuang bersama-sama, saling mendoakan, memahami pribadi masing-masing dan segala hal yang mereka ketahui tentang baik buruknya aku, tapi memilih tidak meningalkan, melainkan menemani hingga sampai di titik ini. Aku sangat- sangat bersyukur dan berterimakasih.

Disamping ketidak-mengertianku terhadap diriku sendiri, hidupku harus dihadapkan dengan sejuta masalah, dan salahnya aku malah meratapi bukan mencari solusi. Aku terlalu larut memikirkan masalah tersebut, hingga aku sulit keluar, dan itulah yang membuat hidupku menjadi rumit. Seharusnya aku menerima dengan lapang dada apapun kenyataannya, dan ambil hikmahnya karena percayalah,

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ... 

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 286)

Itu kenapa Allah percaya bahwa aku bisa melewatinya, karena ternyata, bukan aku satu-satunya orang yang sedang diuji dengan banyaknya masalah melaikan merekapun, bahkan ada yang lebih dari aku. Dari sanalah ketika aku dihadapkan dengan masalah lagi, aku tidak akan terfokus pada masalah itu sendiri, melainkan fokus mencari jalan keluar.

Setelah permasalahan hidup yang membelitkan, aku harus merasakan cinta bertepuk sebelah tangan. Sebuah komplikasi yang sempurna karena sudah melibatkan cinta. Tidak ada yang salah dalam mencintai. Itu hal wajar dan manusiawi, namun aku salah dalam menaruh hati, sehingga aku patah hati untuk yang pertama kalinya. Seharusnya hati ini lebih dulu mengenal Penciptanya sebelum salah satu hambanya, hingga akhirnya yang aku dapatkan hanya kesakitan dan penyesalan.

Manusia memang begitu, selalu berputar pada kesakitan dan penyesalannya sendiri, lalu menyalahkan 'kenapa bahagia tidak berpihak padaku?' padahal, bahagia selalu ada, tapi kita melewatinya, hanya karena satu masalah yang terus kita erami.

Mari, keluar dari zona nyaman yang menyesakan, ada banyak cara untuk menyudahi dan meninggalkannya. Kamu hanya perlu tegas dalam mengambil pilihan dan terima resiko atas apa yang kamu pilih.


#narasihati
Thanks ya yang udah nyempetin mau baca.

Narasi Hati (Revisi)Where stories live. Discover now