02 - The Red Color

59 17 3
                                    

Terry bergegas membuka pintu ketika bel rumah berbunyi, mengira Angelina sudah sampai. Wajahnya mendadak lesu ketika yang dilihatnya datang bukan Angelina, melainkan Mark yang kini berdiri di hadapannya

"Kenapa wajahmu?" Mark melangkah masuk sambil membawa kantung belanjaan.

"Kenapa kau masih di sini?"

Mark membuka kulkas, lalu memasukkan bahan masakan yang dibawanya. "Masih ada pekerjaan." Lelaki itu menghela napas sejenak, kemudian merebahkan tubuhnya di kursi. "Ada lagi yang kau minta? Sebelum aku pergi."

"Aku bahkan tidak memintamu membawa persediaan makanan."

Sebagai orang yang sangat dekat dengan Terry, Mark selalu memperhatikan kondisi klien spesialnya itu. "Mungkin ada sesuatu yang kau mau?"

"Aku hanya ingin bisa bermain di Inter." Terlihat mata lelaki itu sedikit sayu kala mengatakan itu.

"Hei, kau pasti bisa bermain di sana. Aku sudah bilang, 'kan? Aku sangat dekat dengan mereka, jangan khawatir." Mark menenangkan.

Terry mengangguk pelan seraya menghela napas kecil. Bukan itu yang dia takutkan. Melainkan, tentang kisah cintanya dengan Angelina. Bila bermain di Inter suatu saat nanti, apa dia akan tetap bisa bersama dengan wanita asal Milan itu?

Bel rumah kembali berbunyi, kali ini Terry yakin itu Angelina. Dia lantas berjalan ke arah pintu dan membukanya. Benar saja, saat itu dia langsung dipeluk begitu erat oleh kekasihnya. Wanita itu menatap iris mata Terry lekat, sesaat kemudian dia mendekatkan kepalanya mengecup bibir lelaki itu mesra.

Terry mendorong pelan tubuh Angelina, lalu tangannya menarik Angelina masuk ke rumah. "Mark, kenalkan ini Angel."

Angelina menatap Terry sekilas, lalu mengalihkan pandangnya pada Mark. Wanita itu tersenyum sembari melambaikan tangan. Dia tak percaya bisa bertemu dengan Mark Hurlton secara langsung. Agen sepak bola yang cukup dikagumi di Italia.

"Nice to meet you, Angel." Mark beranjak dari tidunya. Sambil mengusap brewoknya yang cukup lebat, dia melangkah mendekat seraya mengulurkan tangan. "Your girlfriend?" bisiknya pada Terry. "She's cute."

Mark menatap setiap bagian tubuh wanita berambut pirang di hadapannya. Dia cukup salut mengetahui Terry memiliki kekasih secantik itu. Perhatiannya lalu tertuju pada syal berlogo AC Milan yang dipakai Angelina, dia juga melihat tato logo klub tersebut di tangan kiri wanita itu.

Mark memandang Terry sekilas seraya menyunggingkan senyum, akhirnya dia tahu alasan kenapa lelaki itu tak ingin membicarakan klub yang dicintainya pada media. Sementara Terry hanya mengangguk sambil berharap Mark tak bicara terlalu jauh.

"Aku pergi dulu." Mark menepuk pundak Terry pelan. Dia mengambil kemejanya yang tertinggal di kursi, lalu berjalan keluar. "Oh, ya, Angel."

"What?"

"Jangan terlalu menggoda Terry, dia lemah mengontrol barang miliknya," ucapnya sembari mengedipkan mata yang kemudian disambut tawa Angelina.

***

"Bagaimana? Bagus kan?" Angelina menatap lukisan juga poster legenda AC Milan yang telah dipasangnya di beberapa bagian rumah. Sementara Terry hanya bisa pasrah dengan hal itu.

"Aku bisa disangka penyusup kalau ada fans yang datang."

Angelina terkekeh sembari menggeleng. "Bilang saja ini klub impianmu, mereka akan mengerti."

Terry menghela napas, lalu berjalan menuju lantai bawah meninggalkan Angelina yang masih asyik memasang poster yang tersisa. Beruntung dia hanya memasang di lantai dua. Terry kemudian memainkan game, menunggu Angelina menyelesaikan kegiatannya.

The Two Colors of Fate in MilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang