05 - Contradictory

29 11 1
                                    

Terry kembali berdecak ketika melihat Robert yang terus tertidur kala dia membangunkannya. Dia mengguncang-guncang badan Robert yang masih terbaring di ranjang dengan keras. Hari ini, dia akan mengunjungi rumah Mascara, ayah Angelina yang berada di pusat kota Milan sebelum kembali ke Bergamo.

"Kau tak ingin mempermalukanku kan?!" sergah Terry kesal.

"Kau saja yang pergi, nanti jemput aku kalau sudah selesai."

Mendengar perkataan Terry yang akan mengunjungi ayahnya Angelina, Robert lantas memasang wajah lesu. Dia menarik selimut lebih dalam hendak melanjutkan tidurnya. Seketika Terry menarik tubuh Robert kasar sampai membuatnya terjatuh ke lantai, sontak lelaki itu meraba-raba kacamatanya yang ikut terlepas. Robert mengusap kening perlahan, sesekali menguap demi kantuk yang masih dirasakannya.

"Cepat mandi!" titah Terry seraya melempar handuk tepat ke wajah Robert.

Dengan wajah lesu, Robert akhirnya menurut. Dia memasang kembali kacamata yang telah dipegangnya, dia berdiri dan berjalan lunglai ke kamar mandi.

"Kau terlalu keras padanya," komentar Angelina yang berada di dekatnya.

Terry mendesah. "Dia benar-benar membuatku seperti orang tua."

Angelina tertawa, lalu memperlihatkan ponselnya pada Terry. "Ngomong-ngomong, kau sudah tahu berita ini?" Terry meraih ponsel itu dan membaca berita yang dimaksud. "Agenmu itu sungguh luar biasa. Kau beruntung memiliki agen seperti Mark."

Memang benar, Terry sangat beruntung memiliki Mark Hurlton. Seorang agen top yang kredibilitasnya tidak diragukan lagi. Banyak pemain kelas satu yang memakai jasanya demi mendapat tempat di klub yang diinginkannya. Baru-baru ini, Mark berhasil membawa pemain yang berada di bawah naungannya pada sebuah klub besar setelah menemui negosiasi yang alot.

"Kuharap, dia juga bisa membawamu ke Milan," ucap Angelina penuh harap.

"Semoga." Raut wajah Terry kembali berubah, sebisa mungkin dia menampilkan senyum kala Angelina berkata seperti itu. Meski hatinya merasa teriris karena terus-terusan membohongi wanita itu. Dia berjalan melewati Angelina yang masih menatap layar ponsel. "Aku akan membereskan barang-barang."

***

Terry menelan saliva kala melihat rumah di hadapannya. Rumah minimalis yang didominasi warna merah dan hitam, juga terdapat logo AC Milan di beberapa bagiannya. Melihat kekasihnya itu hanya berbidiri mematung, Angelina lantas menggamit tangan Terry mesra, mereka melangkah masuk disusul Robert di belakangnya. Sesekali Terry melirik pada adiknya itu serta memberi kode agar tidak bicara macam-macam. Robert hanya menyeringai sambil mengangguk paham.

"Daddy."

Angelina berjalan cepat menghampiri ayahnya dan memeluknya erat. Federico Mascara, pria berkacamata dengan rambut yang sudah mulai memutih itu membalas pelukan putrinya lembut. Terry mengira-ngira Mascara seumuran dengan ayahnya, dia menatap pria tua itu secara sopan, memberikan senyum sembari mengangguk hormat.

"Ini Terry yang kuceritakan itu," bisik Angelina seraya melepas pelukannya.

Mascara menatap lekat lelaki di hadapannya yang berbadan ideal juga memiliki potongan rambut yang rapi. Dia melempar senyum dan mengulurkan tangan. "Jadi kau Terry yang sudah membuat putriku ini jatuh cinta, ya?" Angelina tertawa mendengar perkataan ayahnya, dia lalu pergi meninggalkan mereka. Membiarkannya saling mengenal satu sama lain. "Kudengar, kau akan bermain di Atalanta?" sambung Mascara lagi seraya mempersilakan Terry dan Robert duduk di ruang keluarga. "Mereka tim yang hebat, kau beruntung bisa bergabung bersama mereka."

"Ya, aku sangat beruntung." Terry tersenyum kikuk, entah kenapa dia merasa tidak enak kala berhadapan dengan Mascara.

Mascara menyodorkan cangkir berisi teh. Dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya, dia mengambil cangkir seraya menyesap teh panas itu. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling melihat dekorasi rumah. Terdapat banyak sekali foto, lukisan, dan hal lainnya yang bernuansa AC Milan. Terry kini sudah tak perlu bertanya lagi dari mana kefanatikan Angelina berasal.

The Two Colors of Fate in MilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang