09 - The One Who Stoods by You

17 8 0
                                    

Sore hari yang cerah, sinar mentari cukup terang bersinar di langit Bergamo. Sambil memejamkan mata, Terry menyandarkan kepala pada jok mobil tanpa gairah, sementara suara Angelina terus memenuhi gendang telinganya.

Saat itu, Angelina tiba-tiba mengunjungi Terry dan lantas mengajaknya berjalan-jalan. Daerah tempat Terry tinggal, yaitu Alta, menyimpan keindahan dengan bangunan Italia khas zaman dulu. Sementara di bagian lain, yaitu Bassa, merupakan kawasan modern kota tersebut. Namun, Terry tak pernah sekali pun menikmati keindahan Bergamo, dia hanya pergi untuk latihan.

"Ayolah, kau perlu bersantai sebentar," ucap Angelina sembari melihat Terry yang terus menatap jalanan di hadapannya.

"Setiap hari juga aku selalu bersantai."

Angelina menginjak kemudinya lebih keras sampai membuat Terry sedikit terlonjak. "Bukan itu maksudku, lihatlah keindahan kota ini." Pandangan Angelina menerawang ke depan. "Kau harus menjelajahinya. Jangan hanya berada di tempat latihan."

Terry membenarkan posisi duduknya, lalu memandang Angelina. "Aku lebih suka duduk di balkon rumah. Melihat pemandangan Milan dari kejauhan. Seperti itu saja bagiku sudah sangat indah. Karena di sana tempat wanita yang aku sayangi berada."

Angelina terdiam. Senyumnya mengembang seketika, sontak dia menutup mulut menahan tawa. Setelah sekian lama menjalin hubungan bersama lelaki itu, rasanya baru sekarang dia bisa membuatnya tersipu seperti ini.

Angelina menghentikan mobil, lalu memalingkan pandang ke arah Terry. Tatapannya begitu menggoda, dengan wangi alami dari tubuhnya membuat hidung Terry kembang kempis menghirupnya nikmat. Lelaki itu pun memajukan wajahnya sedikit lebih dekat seraya memanyunkan bibir.

"Mau apa kau? Ayo turun, kita sudah sampai."

Sambil tersenyum garing, Terry membuka pintu mobil dan menyusul kekasihnya. Mereka tengah berada di Via XX Settembre, jalan memesona dan sibuk di bagian modern Bergamo yang merupakan pusat perbelanjaan yang cukup ramai. Angelina berjalan mendatangi beberapa butik, melihat contoh pakaian yang ada di sana. Sementara Terry menemani sambil sesekali menyusuri jalanan di sekitar sana.

"Terry!"

Terry menoleh pada teriakan seseorang yang memanggil namanya. Dilihatnya dua orang wanita muda menghampirinya. Sambil berteriak histeris, kedua orang itu mengguncang-guncang tubuh Terry.

"Oh my god! Beruntung sekali kami bertemu denganmu," kata salah seorang dari mereka. "Kami penggemar beratmu. Lihat, aku sampai merajut namamu di beanie kesayanganku." Dia melepas beannie miliknya dan memberikannya pada Terry.

"It's an honor, thanks." Terry memasang beannie itu di kepalanya sambil tersenyum.

Terry sangat mensyukuri akan hal ini. Sekarang dia sudah dikenal luas oleh masyarakat Bergamo. Setiap kali dia bertemu dengan warga sekitar, mereka selalu memperlakukannya dengan baik dan begitu perhatian terhadapnya.

"Bolehkah aku berfoto denganmu?" pinta wanita itu penuh harap, matanya begitu berbinar.

"Tentu." Terry meraih ponsel wanita itu, lantas melakukan selfie dengan dua penggemarnya. Sifatnya yang sangat low profile, membuatnya disukai banyak orang. Dia tak pernah sungkan untuk berbaur lebih dekat dengan masyarakat di sekitarnya.

***

Sepulang dari Bassa, Terry dan Angelina menghabiskan waktu di balkon rumah melihat keindahan sunset Bergamo. Dibarengi usapan angin sepoi-sepoi dengan gelato di tangan, membuat percakapan ringan itu hanyut dalam suasana romantis.

"Enak, ya. Sekarang kau sudah dicintai di kota ini." Angelina memakan gelatonya nikmat. Ice cream yang diyakini bisa menjadi pelipur laranya.

The Two Colors of Fate in MilanWhere stories live. Discover now