18 - Vow on The Snow

38 9 0
                                    

Angelina menyambut kedatangan Terry saat tiba di rumahnya. Sesuai janji, kekasihnya itu akan kembali berlibur di Milan menghabiskan waktu dengannya. Saling terbuka seperti ini memang cukup penting demi berlangsungnya suatu hubungan. Meski Angelina masih khawatir tentang apa yang akan dikatakan ayahnya nanti.

Terry melepas jaket dan menaruhnya di sofa, lalu menuju tempat perapian, menghangatkan badan dari udara dingin yang dirasakannya. Di luar, salju mulai turun, menambah dinginnya udara malam itu. Angelin duduk di sebelah Terry sambil memakai selimut, lalu menyandarkan kepalanya di bahu lelaki itu, merasakan kenyamanan yang selalu membuatnya hangat.

“Aku sangat nyaman berada di sini.” Angelina memejamkan mata. “Rasanya lebih empuk dari tempat tidurku.” Wanita itu semakin merapatkan tubuhnya dengan Terry.

Terry mengusap lembut rambut kekasihnya, sembari mengecup penuh kasih sayang. Dia mendekap erat. Sangat erat. Memberi kehangatan lewat sikapnya.

“Kau ingat saat pertama kali kita pacaran?”

“Dua tahun yang lalu,” sahut Terry. “Tak terasa kita sudah sampai titik ini.”

“Rasanya aku ingin kembali ke hari itu.”

“Kalau aku sama sekali tidak menginginkannya.” Angelina menoleh, menatap heran kekasihnya. “Setiap hari, aku selalu jatuh cinta padamu Angel. Perasaan itu akan tetap sama.”

Angelina terenyuh, menatap Terry penuh gairah. Didorong udara dingin yang dirasakannya, membuat mereka saling melepas hasrat. Angelina mendorong tubuh Terry, lalu melumat bibirnya dengan buas. Menghilangkan semua rasa kekhawatiran yang dirasakannya akhir-akhir ini.

“Tidak bisakah kalian melakukannya di tempat lain?”

Seketika percembuan mereka terhenti kala mendengar Nora berbicara, mereka benar-benar tidak menyadari dengan kehadiran gadis itu. Sudah dari tadi Nora duduk tidak jauh dari mereka, menghangatkan badan sambil meminum susu panas. Sontak wajah Angelina dan Terry memerah, menahan malu.

“Kalau begitu, aku akan tidur di kamar. Good night Angel.” Terry mengecup kening Angelina pelan dan berjalan melewati Nora sambil menepuk bahunya.

***

Dua tahun lalu, sejak pertemuan pertamanya di Stadion Giuseppe Meazza. Terry gencar mengirim pesan pada Angelina. Setiap saat mereka selalu berinteraksi, saling mengenal satu sama lain. Bahkan, hanya berselang satu minggu, dia kembali ke Milan hanya untuk menyatakan perasaannya. Hanya berbekal sedikit petuah dari Barbara, dia bergegas menemui wanita yang baru dikenalnya.

Terry yang amatir dalam masalah percintaan dan jarang tertarik pada lawan jenis. Memiliki keinginan kuat begitu saja. Dia bahagia bertemu dengan wanita yang sangat menyukai sepak bola. Mereka memiliki banyak kesamaan. Juga dengan topik obrolan yang tidak ada habisnya, sehingga tak ada rasa canggung meski baru mengenal sebentar.

Ketika sampai di Milan, Terry membeli sebuah coats merah maroon di butik yang berada di sekitar San Siro. Warna yang identik dengan AC Milan. Tak lupa, dia membawakan gelato sebagai pernyataan cintanya, karena dia tahu wanita itu sangat menyukainya. Setelah berada di depan pintu rumah Angelina, dia menghela napas sejenak dan mengembuskannya secara perlahan. Mengumpulkan keberanian.

Pintu rumah terbuka, terlihat Angelina berada di muka pintu dengan memasang wajah heran. “Terry? Apa yang kau lakukan di sini?”

Terry menelan saliva. Bulir-bulir salju mulai menerpa wajahnya dingin dibalut embusan angin yang terasa membuat tubuhnya membeku. Setelah berhasil menguasai diri, dia mulai mengutarakan maksud kedatangannya.

“Aku tahu ini terlalu cepat, tapi aku tak bisa menahannya lagi.” Terry melangkah mendekati Angelina. “I love you, Angel,” ucapnya penuh keyakinan dengan menatap wanita itu lekat. “Aku jatuh cinta padamu lewat pandangan pertama.”

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 12, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Two Colors of Fate in MilanWhere stories live. Discover now