🌜

403 48 8
                                    

Seungyoun dan Hangyul baru saja menikah hari ini.

Malam harinya begitu semua acara telah berakhir, keduanya membersihkan diri secara bergantian.

Kini Seungyoun telah memakai t-shirt putih dan boxer biru, menyelesaikan kegiatannya mengeringkan rambut dan membantingkan tubuh tingginya dengan posisi tengkurap di ranjang tempat dimana Hangyul tengah bersandar pada headboard selagi sibuk memainkan ponselnya.

Wajah Seungyoun terbenam di atas selimut tebal yang membentang menutupi seluruh permukaan kasur. Sedikit mengangkat kepala dan bertanya pada sang pasangan hidup mengenai apa yang sedang ia lakukan.

"Membalasi pesan teman temanku yang tidak bisa hadir tadi." Demikianlah Hangyul menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponselnya.

"Besok lagi saja lah. Kau kan kelelahan. Mereka akan mengerti."

"Yeah, memang sangat melelahkan. Kau sih! Mengajakku menikah!"

"Kalau menikah itu melelahkan lalu kenapa kau mau saja kunikahi, hm?" Goda Seungyoun mendekatkan wajah pada Hangyul.

"H-hah? Siapa bilang aku mau menikah denganmu? Kaunya saja yang memaksa!" Kalimat Hangyul adalah sebuah kontradiksi dengan reaksi fisik yang ia timbulkan. Telinganya sudah memerah.

"Aku tidak pernah memaksamu. Kau yang bersedia menerima lamaranku dan kau sangat bahagia."

"Aku tidak ingat aku pernah mengatakan bahwa aku bahagia saat kau melamarku?"

"Memang tidak bilang secara verbal. Tapi ekspresi wajahmu mengatakan segalanya-hmph!" Seungyoun berhenti bicara ketika Hangyul membekap wajahnya menggunakan bantal. Mendengarkan kalimat Seungyoun terlalu lama bisa membuat wajah Hangyul ikut memerah.

"Menikah memang melelahkan, tapi lebih banyak bahagianya. Karena hasilnya, kau jadi milikku selamanya. Rasa lelah kita benar benar terbayar," ujar Seungyoun setelah mendekap bantal itu di dada.

"Kau benar."

"Sudahlah sayang, simpan ponselmu. Besok lagi saja. Sekarang kau harus istirahat."

"Iya iya." Patuh, Hangyul meletakkan telepon genggamnya di atas nakas, bersamaan dengan Seungyoun yang membenahi bantalnya.

Keduanya memasukkan diri ke dalam selimut, berbaring saling mendekap.

Ini bukan untuk pertama kalinya bagi mereka tidur bersama, tapi rasanya berbeda. Karena mereka sudah memiliki status yang berbeda.

Memejamkan mata bersama sama, keduanya pun terlelap. Menikmati malam pertama dengan penuh kedamaian dan kehangatan menyertainya.

A Blessing in Disguise 🗑 Seungyul [⏯]Where stories live. Discover now