🌶💧

284 42 28
                                    

"Aku kan sudah bilang aku ingin kuahnya bening!"

Itu adalah suara bentakan Hangyul dari ruang tengah. Seungyoun yang sedang sibuk berkutat dengan masakannya di dapur segera menghampiri tempat asal keributan.

"Ada apa ribut ribut?" Tanyanya. Ia melihat Dohyon yang dimarahi Hangyul itu hanya menunduk.

"Kau tahu kan aku pesan jjampong dengan kuah yang bening, tapi Dohyon malah membeli jjampong dengan kuah pedas. Aku kan tidak suka chojang!"

"Kau memintaku untuk membeli jjampong dengan sirip hiu dan mi kaca, kau tahu betapa sulit aku mendapatkannya setelah keliling mencari kemana mana? Setelah aku dapat, memang dari sananya sudah pakai chojang, lagipula yang namanya jjampong kan memang makanan pedas, mana mungkin ada yang kuahnya bening? Kalau bening bukan jjampong namanya! Permintaanmu itu aneh sekali!" Dohyon mencoba membela diri.

"Tidak mau tahu! Pokoknya kalau tidak ada jjampong sirip hiu dan mi kaca dengan kuah bening, aku tidak mau makan! Dan kau, mulai sekarang kau hanya boleh makan sayur selama sebulan!"

Hangyul berjalan cepat dengan dramatis menuju kamar dan membanting pintu dengan keras hingga dindingnya retak dan mengejutkan Seungyoun.

Dohyon memukul lemari di dekatnya. Ia sudah bersusah payah mendapatkan makanan yang Hangyul minta. Ia hanya melakukan sedikit kesalahan dan Hangyul tetap menolak. Ia merasa tidak dihargai di sini.

"Tolong maklumi dia."

Dohyon tidak menjawab. Ia ingin memaklumi, tapi ia terlalu kesal. Hangyul benar benar keterlaluan.

"Aku sudah memasak untukmu. Makan dulu sana. Tenangkan dirimu."

Dohyon hanya menggumam malas sebagai jawaban dan pergi ke dapur untuk makan.

Seungyoun menyusul Hangyul ke kamar dan melihat Hangyul menangis di meja rias.

Astaga, sisi femininnya muncul. Maksudnya, ini bukanlah masalah yang seharusnya ia tangisi. Tapi Hangyul memang begini.

Seungyoun mengangkat tubuh Hangyul dan menggendongnya ala koala, duduk di tepian ranjang. Hangyul yang berada di pangkuan Seungyoun itu terus menangis ketika membenamkan wajahnya di ceruk leher Seungyoun.

"Ayolah Hangyul, kau harus makan. Nanti kalau kau sakit kan kau juga yang merasa tidak nyaman." Seungyoun mengelus kepala dan punggung Hangyul dengan sabar.

"Dohyon jahat. Dia tidak membelikan apa yang aku inginkan."

Seungyoun ingin bilang kalau sebenarnya memang Hangyul yang salah. Dohyon benar. Jjampong itu tidak ada yang kuahnya bening. Kalau bening bukan jjampong namanya. Tapi Hangyul tetap memaksa.

Jika tidak pedas, itu hanyalah sup makanan laut biasa. Tapi Hangyul tetap ingin menyebutnya jjampong. Hal itu membingungkan Dohyon.

Dan meskipun Seungyoun sangat ingin mengatakan semua itu pada Hangyul, ia tetap tidak mengatakannya. Jika tidak, nanti Seungyoun juga akan disalahkan. Dan tangisan Hangyul akan semakin keras.

Jadi meskipun Hangyul salah, Seungyoun akan tetap menyetujuinya. Itu lebih baik daripada Hangyul tidak mau makan.

"Ya sudah nanti aku buatkan."

"Kau bisa?" Tanya Hangyul yang menggosok mata basahnya.

"Aku akan mencoba. Jjampong dengan kuah bening kan?"

"Tapi kalau kuahnya bening bukan jjampong namanya," ujar Hangyul.

Seungyoun hanya tersenyum, menahan kesabaran. Ingin sekali ia melempar tubuh Hangyul keluar jendela ketinggian lantai sebelas ini.

"Aku akan menantikannya," ujar Hangyul lalu tersenyum dan mengecup bibir Seungyoun sekilas.

Jika sudah begini, kekesalan Seungyoun hilang seketika. Ia membalas dengan mengecup bibir Hangyul. "Sudah, jangan menangis lagi. Kalau begitu aku mau belanja dulu. Kau berbaikanlah dengan Dohyon."

Hangyul mengeratkan lengannya yang ia kalungkan di leher Seungyoun. Ia juga mengeratkan sepasang kakinya yang melingkar di pinggang Seungyoun.

"Nanti dulu. Aku masih menginginkanmu di sini bersamaku."

Memang lagi manja.

Memang lagi manja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
A Blessing in Disguise 🗑 Seungyul [⏯]Where stories live. Discover now