🍬🍫🍪🍭

322 48 66
                                    

"Eomma, aku mau ini juga, boleh?" Tanya Dohyon menunjuk sebuah toples berisi cokelat.

"Astaga, sudah berapa banyak permen yang kau ambil dan kau masih menginginkan yang lain?" Yohan geleng geleng kepala melihat putranya. Bocah lima tahun itu memang sangat menyukai makanan manis, tipikal anak anak.

Tidak apa apa, itu normal. Tapi masalahnya, dengan finansial Yohan yang serba kekurangan, ia lebih baik menabungkan uangnya untuk menyekolahkan Dohyon di masa depan ketimbang membelikannya berbagai jenis gula gula yang selain bisa merusak gigi Dohyon juga bisa merusak isi kantongnya.

Tapi untuk kali ini saja, baiklah. Lagipula ia tidak sering membawa Dohyon berbelanja ke toko seperti ini meskipun jaraknya dekat dengan rumahnya. Ditambah tatapan memelas anak itu yang tidak bisa Yohan tolak.

Jadi pada akhirnya ia membelikannya juga.

"Yes! Terima kasih eomma!" Dohyon dengan semangat membuka toples kecil itu dan mengambil beberapa butir cokelat bulat dan dimasukkannya ke dalam sebuah plastik kecil untuk digabungkan dengan beberapa permen yang sudah ia pilih sebelumnya.

"Totalnya jadi tiga ribu won," ujar bibi penjaga toko setelah menghitung harga belanjaan Yohan, sudah termasuk beras, sayuran, dan bumbu dapur yang ia pilih. Untuk makan malam nanti dan sarapan besok. Dohyon adalah anak yang baik. Dia tidak masalah tidak makan daging asalkan dibelikan banyak permen.

Yohan menggenggam tangan mungil Dohyon, hendak membawanya keluar, ketika ia melihat Hangyul datang.

Hangyul sempat tersenyum pada Yohan sebelum menyapa bibi penjaga toko dan sedikit berbicara lalu meletakkan kotak kayu besar yang ia bawa di satu spot kosong di sana. Kemudian pergi.

"Bibi, apa itu cokelat?" Tanya Dohyon.

"Cokelat dan kue," jawab bibi itu ramah.

Mata Dohyon membulat dan berbinar. "Eomma, aku mau itu!"

"Dohyon-"

"Eomma tahu aku sangat menyukai cokelat buatan paman Hangyul."

Yohan menghela napas lelah. Menghadapi bocah ini memang benar benar melelahkan.

"Baiklah."

"Yeay!"

Bocah itu tiba tiba saja berlari keluar. Ia menyusul Hangyul, siapa tahu pria itu belum berjalan begitu jauh.

"Paman Hangyul!"

Hangyul menoleh. "Ya?"

"Dohyon mau beli cokelat paman Hangyul!"

Hangyul tersenyum tulus. "Kalau begitu Dohyon harus bilang pada bibi di toko. Bukan padaku."

"Aku mau paman melihatku membeli dan memakan cokelat itu, supaya paman tahu bahwa aku adalah salah satu orang yang menikmati cokelat buatanmu."

Hangyul tidak tahu apa yang harus ia katakan. Tapi yang ia tahu bahwa ia merasa tersentuh dengan ucapan bocah ini.

Dohyon menarik tangan Hangyul dengan antusias, membawanya masuk kembali ke dalam toko.

"Astaga, Hangyul, maafkan anakku," ucap Yohan merasa tidak enak karena Dohyon telah mencegah pria itu pergi.

Hangyul terkekeh pelan. "Tidak masalah. Aku senang melihat seseorang membeli cokelatku."

Bibi penjaga toko baru saja akan membuka kotak itu untuk ia rapikan isinya ke dalam toples toples besar yang telah disediakan. Tapi Dohyon meminta untuk membuka sendiri kotak itu.

Ia membukanya dan matanya berbinar binar lagi.

Cokelat dan kue dalam berbagai bentuk dan warna yang menarik yang disukai anak anak. Dohyon bukanlah pengecualian. Dan ia menginginkan semuanya. Tapi itu akan terlalu banyak, jadi ia hanya akan mengambil masing masing satu dari hampir semua bentuk.

A Blessing in Disguise 🗑 Seungyul [⏯]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang