🔪🚫❎➕❗

368 53 33
                                    

Seungyoun adalah satu satunya orang yang menyambut kedatangan Soonyoung ketika saudara kembarnya itu berkunjung ke rumahnya di hari Minggu.

Soonyoung dipersilakan masuk, kemudian di atas sofa ia duduk. Bagi Seungyoun, kembarannya ini tidak termasuk ke dalam hitungan tamu. Jadi dia tidak langsung menyuguhinya minum bahkan sekadar menawarkannya. Dan lebih memilih untuk mengambil duduk di samping Soonyoung.

"Mana Hangyul?" Tanya Soonyoung.

"Tidur."

"Siang siang begini? Seperti anak bayi saja."

"Benar sekali."

"Ya sudah, tidak apa apa. Dia pasti kelelahan setelah mengerjakan pekerjaan rumah tangga."

"Sepertinya. Bagaimana hari harimu?"

"Ya begitulah. Bos di kantorku semakin menyebalkan saja."

"Musnahkan saja lah yang seperti itu. Kau kan suka diminta membuatkan kopi untuknya, nah kau bisa memasukkan sianida ke dalam kopinya."

Soonyoung terbahak, "Ide bagus, akan kulakukan besok!" Ia melanjutkan tawa lalu memukul punggung Seungyoun dengan keras. Kebiasaannya sejak kecil.

"ARGH!" Seungyoun meraung kesakitan dengan pukulan itu.

"Sssttt! Kau bisa membangunkan Hangyul, bodoh!"

Seungyoun hanya mendelik pada kembarannya itu.

"Kenapa kau harus berteriak sekencang itu sih? Berlebihan sekali. Malu dong sama otot."

Seungyoun hanya menunduk dan terdiam.

"Hei, kau kenapa adik kecilku?"

"Punggungku terluka."

Soonyoung sedikit terkejut mendengar itu. "Sini kulihat." Ia hendak mengangkat kaus Seungyoun tapi Seungyoun segera menghindar. Soonyoung menghela napas. "Ayo." Ia menarik Seungyoun masuk ke dalam kamar tamu dan menutup pintu.

Kini keduanya telah duduk di atas tempat tidur.

"Berbalik," perintah Soonyoung dan Seungyoun langsung patuh. Lalu ia menyingkap baju saudara kembarnya untuk mengetahui apa yang terjadi. Dan ia cukup terkejut melihat apa di balik t-shirt polos itu.

Soonyoung menyentuh luka itu pelan dan Seungyoun meringis keras.

"Jangan dipegang! Sudah kubilang kan kalau aku terluka?"

"Astaga Cho Seungyoun kau pasti terlalu kasar saat menggagahi istrimu semalam," ujar Soonyoung yang terus memperhatikan luka cakaran yang tergores dalam. Banyak dan melintang panjang.

"Hehe, tahu saja."

Soonyoung ingin sekali memukul lagi punggung itu. Tapi ia tidak melakukannya karena luka itu tampak cukup parah.

"Sini biar kuobati."

"Pakai apa?"

"Aku bawa minyak zaitun."

"Baiklah."

Soonyoung membantu Seungyoun menanggalkan kausnya dengan sempurna. Meraih sebuah botol kecil dari dalam saku mantelnya, mengoleskan minyak itu pada permukaan punggung kokoh Seungyoun dengan hati hati. Tapi tetap saja Seungyoun dibuat meringis kesakitan.

Jadi untuk mendistraksinya, Soonyoung memulai percakapan. Masih sambil mengoleskan minyaknya.

"Bagaimana Hangyul?"

"Kau menanyakan Hangyul terus dari tadi. Kau tidak menanyakan adik kecilmu ini?"

"Kau berada di depan mataku dan aku sudah tau kondisimu. Bahkan aku sedang mengobatimu. Untuk apa menanyakanmu lagi? Dasar."

A Blessing in Disguise 🗑 Seungyul [⏯]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang