2. Arvin Itu Gila

10.5K 1.2K 316
                                    

Tolong bantu revisi kalo ada typo yaa...

***

Sarapan kali ini terasa beda untuk Lova. Dia lebih sering sibuk melamun dibandingkan mengunyah roti lapis buatan bundanya. Jujur saja, Lova masih memikirkan tentang kejadian kemarin sore. Dia kalah berdebat hanya dengan satu kalimat Arvin yang menyebutkan bahwa Lova adalah pacarnya. Lova kehabisan kata-kata, tetap bungkam sampai tiba di depan pagar rumahnya. Bahkan dia juga tidak bisa bereaksi apa-apa saat Arvin kembali membuatnya merinding.

"Lain kali, chat gue jangan cuma dibaca. Dibalas juga, dong. Asal lo tahu, notifikasi dari lo itu mood booster buat gue."

Kalimat Arvin itu membuat Lova tidak bisa fokus untuk mengerjakan aktivitasnya. Suara notifikasi ponsel yang memberi tahu ada pesan baru dari Arvin, membuat Lova tidak bisa tidur dengan nyenyak. Kali ini, dia tidak bisa lagi berpikir positif. Bayangan betapa mengerikannya film Prom Night terus saja berputar di kepala Lova. Tentang betapa besarnya obsesi Richard Fenton terhadap Donna Keppel-sampai Richard membunuh orang-orang di sekitar Donna-membuat Lova ketakutan sendiri.

"Va, ada teman kamu di depan. Katanya mau jemput." Suara Bu Arumi menghentikan lamunan Lova. Beliau adalah seorang wanita tangguh yang sudah melahirkan Lova 17 tahun yang lalu. Pembawaannya selalu tenang, tidak bisa marah, serta jilbab yang selalu berwarna hitam menambah kesan damai. "Atau jangan-jangan, Arvin itu pacar kamu, Va?"

"Uhuk!" Lova langsung tersedak roti lapis buatan bundanya saat mendengar siapa yang beliau maksud. Dengan cepat, dia menyambar air mineral dan menenggaknya sampai habis. Saking hebohnya terbatuk, mata Lova sampai berair. Apalagi mengetahui bahwa Arvin sedang menunggunya di depan, Lova tidak bisa berpikir jernih sekarang. "Arvin?! Aduh, Bun, suruh dia berangkat duluan aja. Mendingan aku naik ojek online daripada sama dia."

Bu Arumi mengernyitkan keningnya. "Kok, kamu ngomongnya kayak gitu, sih? Kasihan Mas Arvin, lho, jauh-jauh jemput kamu ke sini. Masa mau ditolak?" Untuk mempersingkat waktu, Bu Arumi menyiapkan botol minum yang selalu dibawa Lova. "Udah sana, berangkat. 15 menit lagi masuk, enggak bakalan sempat kalau pesan ojek online dulu."

"Tapi, Bun, Arvin itu orangnya aneh. Kayaknya kejiwaannya terganggu, deh, ngomongnya suka melantur ke mana-mana. Emang Bunda mau aku diculik sama dia?" Lova tetap pada pendiriannya. Dia lebih memilih untuk datang terlambat dibandingkan harus duduk tepat di belakang tubuh Arvin. Untung kalau laki-laki itu memang berniat untuk pergi ke sekolah bersama, kalau malah belok, bagaimana? Lova sudah tidak bisa lagi berpikir positif tentang dia. "Aku pesan ojek online sekarang, nih. Bunda minta Arvin pergi sana."

Melihat putrinya sudah memegang ponsel, Bu Arumi bergerak cepat untuk menyeret Lova ke depan rumah. Beliau tidak peduli kalau anak gadis itu berteriak histeris, sudah mirip seekor kambing yang menolak untuk disembelih. "Sekarang ikut aja dulu sama Mas Arvin. Nanti kamu bilang buat gak usah jemput kamu lagi. Kalau nolak sekarang, namanya kamu enggak sopan."

"Arvin itu aneh, Bun, mirip Marimar." Lova langsung melipat kedua bibirnya saat melihat Bu Arumi sudah melotot. Pasti beliau berpikir bahwa Lova keterlaluan, menyamakan Arvin dengan Marimar, orang gila yang sering mondar-mandir di sekitar rumah Lova. Namun, memang begitu adanya, Arvin itu aneh.

Dan ketika pintu utama rumah sudah terbuka, Lova tidak bisa lagi menyelamatkan diri. Apalagi saat matanya mendapati Arvin sedang duduk di atas jok motor sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Dari luar memang terlihat keren, Lova sangat mengakui itu. Tubuh yang dibalut jaket bomber, sarung tangan berbahan kulit, juga sepatu boot yang diyakini harganya sangat mahal. Namun, pasti tidak banyak yang tahu kalau Arvin ini aneh.

Erotomania [Tamat]Where stories live. Discover now