25. Kesempatan Terakhir

5.4K 709 42
                                    

Lova menghentakkan tangan Julian yang terus menggenggam tangannya. “Kak, aku enggak mau. Kakak ajak aja cewek lain, teman sekelas, kek.”

“Kalau gue ajak yang lain, mereka bakal geer sendiri. Entar gue dikira ngajak PDKT, terus mereka kecentilan sama gue. Waktu gue bilang enggak suka, mereka bilang gue PHP. Ribet, Cil. Mending sama lo, yang jelas-jelas enggak bakal mikir aneh-aneh.” Lagi, Julian menggenggam tangan Lova. Pasti para mahasiswa yang melihat adegan dramatis ini akan mengira jika Julian sedang meluruskan salah paham dengan pacarnya. “Mau, ya? Kan, lo orang baik. Orang baik jodohnya juga bakal sama orang baik lagi. Entar rezekinya lancar, otaknya encer, masuk surga, deh.”

“Makanya, cari pacar sana! Biar pamernya enggak bohongan!”

“Iya, entar gue cari pacar. Kalau lo udah balikan sama Arvin.” Alis Julian terangkat saat Lova menatapnya tajam. Dia sama sekali tidak merasa bersalah sudah mengatakan kalimat terakhir itu. Lalu, dia bergerak menarik Lova menuju motornya. “Yuk, langsung jalan. Gue enggak sabar pamer punya gandengan sama teman-teman gue.”

Dengan terpaksa, Lova mengikuti arah langkah Julian. Jadi, sedari tadi Julian memaksanya untuk ikut ke tempat biasa di main basket dengan teman-temannya. Kemarin, mereka melakukan pertandingan sengit. Karena tim Julian kalah, mereka harus membawa pasangan ke lapangan di pertemuan selanjutnya. Julian itu jomlo akut. Meskipun banyak sekali perempuan yang terus terang menyatakan perasaan mereka, Julian menolak dengan sangat tegas, bahkan terkesan kejam. Jadilah sekarang dia memaksa Lova untuk ikut memenuhi pertaruhan itu.

Tanpa merasa canggung sedikit pun, Lova melingkarkan tangannya ke perut Julian. Karena mereka sudah biasa seperti ini. “Kak, tahu kalau semua ini enggak bakal gratis gitu aja, 'kan?”

“Iya, entar gue beli jus tomat sama ayam kecap yang banyak buat lo,” jawab Julian setengah berteriak.

Entah perasaan Lova saja atau memang benar adanya, lidah Lova terkadang tidak pas dengan makanan dan minuman favoritnya sendiri. Jus tomat terlalu manis, kurang gula, terlalu dingin, kurang es batu, dan banyak lagi. Ayam kecap yang terlalu matang, terlalu banyak kecap, kurang garam, dan banyak lagi juga. Selama bertahun-tahun ini, Lova merasa dua menu itu tidak cocok lagi untuk menjadi favoritnya. Atau mungkin, karena buatan Arvin saja yang selalu pas di lidahnya.

Begitu sampai di tempat basket, Lova langsung turun. Dia menggandeng tangan Julian saat masuk ke lapangan indoor. Dan ternyata, teman-teman yang dimaksud Julian bukan hanya teman kampus yang biasa main dengannya, tapi juga ada beberapa anak basket SMA Nusa Bangsa pada jaman Lova masih sekolah dulu. Dan sekarang, mereka semua tampak terkejut dengan kedatangan Lova yang tampak mesra dengan Julian. Bukan dengan Arvin.

“Lho, sekarang Lovata sama lo, Jul?” tanya seseorang sambil melakukan tos ala laki-laki masa kini dengan Julian. Dia melirik Lova sambil tersenyum ramah. “Kok, bisa?”

Julian tidak langsung menjawab, dia menyalami semua teman lamanya terlebih dahulu sebelum bersuara. Dia menggandeng bahu Lova. Dengan sengaja mempertemukan pipi mereka berdua. “Gimana? Mirip, gak?” tanyanya dengan bodoh. “Lova ini adik gue ternyata.”

“Hah? Serius?”

“Kok, gue baru tahu?”

“Adik lo dari mana? Bokap lo punya hubungan sama nyokapnya Lova?”

Sambil tertawa keras, Julian melepaskan gandengannya. Dia juga bisa merasakan aura negatif dari gadis pendek di sampingnya. “Becanda. Serius amat kalian, nih.” Dia hanya nyengir kuda saat semua orang menatapnya malas. “Enggak usah nanya apa status gue sama Lova. Yang penting, gue bawa pasangan sekarang, 'kan?”

Obrolan mereka terus berlanjut. Membahas tentang kesibukan masing-masing, persiapan membuat skripsi supaya bisa wisuda tahun ini, juga mengagung-agungkan pasangan masing-masing yang membuat mereka kasmaran seperti anak ABG. Lova juga ikut bergabung dengan para perempuan. Dia berusaha terlihat seperti orang yang pandai bergaul. Bicara kalau diajak terlebih dahulu, angkat suara saat ditanya, manggut-manggut saat mendengarkan.

Erotomania [Tamat]Where stories live. Discover now