26. Terima Kasih, Erotomania [End]

11.2K 946 66
                                    

Tok ... tok ....

Lova membuang napas kasar. Dia bangkit dari duduknya dan segera menarik kenop pintu. "Apa lagi sih, Gus?" Bola mata Lova membilas seketika saat mendapati bukanlah Agus yang ada di depan pintu. "Kak Arvin?"

"Iya, ini aku, Arvin. Kamu berharap cowok ngondek itu yang ketuk pintu?" Sewot Arvin sambil menyelonong masuk ke dalam rumah Lova. Meskipun kemarin dia juga datang ke rumah ini, tetapi rasa rindu itu masih begitu besar. Dan tanpa dipersilakan, Arvin sudah mendaratkan bokongnya di sofa. "Agus ke sini barusan?"

Ikut bergabung dengan Arvin, Lova juga duduk di sofa, tepat di samping Arvin. Dia mengambil sesuatu dari atas meja. "Iya, ngasih undangan tunangan dia." Lova tersenyum melihat ekspresi Arvin yang tampak terkejut. Bahkan, dia juga merebut undangan berwarna merah muda itu dan membolak-baliknya berulang kali. "Jadi, jangan sebut dia cowok ngondek lagi. Dia udah jadi gentleman sekarang, udah mau seriusin anak orang."

Dengan perlahan, Arvin menurunkan undangan itu. Dia menatap Lova dengan penuh goda. Arvin juga sengaja menaik turunkan alisnya. "Kode, nih? Mau kapan?"

"Kalau aku udah lulus dan Kak Arvin udah kerja," jawab Lova dengan mantap. Hubungan mereka baru pulih seminggu yang lalu, Arvin sudah membahas masalah ini saja. Baru saja Arvin hendak kembali bicara, Lova malah memintanya untuk diam. "Sssut ... jangan ngomong dulu. Kak Julian telepon. Ada hal penting yang mau dibahas." Lova menggeser ikon hijau di layar ponselnya, lalu meletakkan benda pipih itu ke daun telinganya. "Hallo? Gimana? Sukses?"

"Sukses, dong. Masa seorang Julian gagal?" jawab Julian di seberang sana dengan begitu percaya diri. "Tapi, Cil, ada hal lain. Ponakan Dania mau disunat sebulan lagi. Dan mereka setuju buat pakai jasa katering kita. Cuma ... gue bilang ... gratis."

Mendengar itu, Lova langsung berdiri dari duduknya. Dia berhasil membuat Arvin terlonjak di tempat. Apalagi mendengar teriakannya selanjutnya. "Kak Julian gila?! Gratis?! Ya ampun, Kak, kasih makan satu keluarga itu bisa berapa? Belum lagi sama tamunya! Enggak bisa! Pokoknya harus tetep bayar!"

"Katanya, lo mau bantu gue deket sama cewek. Diminta katering gratis malah teriak-teriak sampau bikin gue budek."

Lova memijat pangkal hidungnya. Iya, dia yang paling bersemangat untuk menjodohkan Julian dengan mahasiswi paling cantik di kelasnya. Dia mau Julian mulai membuka hati pada orang lain, tidak lagi menempel dengan Lova dan terus membuat orang lain salah paham. Lagipula, Lova juga pernah dengan kalau Dania juga menyukai Julian. Lova sudah kembali dengan Arvin, Agus akan bertunangan dengan kekasihnya, akan sangat memprihatinkan jika Julian masih melajang. Namun, tidak sampai membuat buntung usaha katering mereka segala.

"Aku potong gaji Kak Julian sampai biaya produksi kateringnya lunas," final Lova pada akhirnya. Dia bisa mendengar Julian mendengkus di seberang sana. "Oke, gratis. Itung-itung bayar jasa udah bikin aku balikan sama Kak Arvin."

"Nah, gitu, dong! Kan, sama-sama enak kalau begini ceritanya." Suara Julian berubah sumringah. Lalu, terdengar suara Dania yang memanggil Julian di sana. "Eh, udah dulu. Gue mau usaha lagi, nih. Bye, Cil!"

Arvin bisa merasakan kalau sofanya bergerak, pertanda Lova kembali duduk di sampingnya. Dia setia memperhatikan ekspresi kekasihnya itu, yang sedang membaca isi undangan Agus. Arvin sudah dengar tentang usaha Julian untuk mendekati teman sekelas Lova itu. Di sisi lain dia senang, karena Julian juga harus memiliki pasangan supaya Arvin tenang. Namun, di sisi lain, Arvin juga merasa kasihan. Julian memendam perasaannya, supaya hubungan semua orang tetap berjalan semestinya.

Tiba-tiba, Lova menoleh pada Arvin setelah mendengar suara ribut dari luar. "Kak Arvin denger itu?" Arvin menggeleng, merasa tidak mendengar apa pun. "Kakak enggak lupa tutup pagarnya, 'kan?"

Erotomania [Tamat]Where stories live. Discover now