3. Kebenaran

8.2K 1.1K 244
                                    

Tolong bantu revisi typo ya...

***

Dengan penuh semangat, Arvin menarik pergelangan tangan Lova menuju rumahnya. Bahkan, dia tidak peduli dengan langkah Lova yang terseok-seok karena kakinya tidak sepanjang kaki Arvin. Dan ketika melihat wanita paruh baya menyambut kedatangannya dengan penuh senyum, Arvin semakin bersemangat. Dia membawa Lova ke hadapan wanita itu, serta Agus yang setia mengekorinya sedari tadi.

“Ini pacar Arvin, Mi.” Tanpa tahu malu, Arvin sudah merangkul bahu Lova. Gadis itu hanya bisa cengo, tidak percaya dengan cara Arvin memperkenalkan dirinya. Namun, itu berbanding terbalik dengan ekspresi Arvin. Dia sudah mirip anak kecil yang sedang memamerkan mainan baru ke teman-temannya, penuh dengan rasa bangga.

Bu Indira, mami Arvin terdiam untuk beberapa saat. Beliau memandang putranya dan juga Lova secara bergantian. Awalnya beliau terlihat kaget, tetapi dengan cepat mengendalikan raut wajahnya. Dan sekarang, beliau menatap Lova dengan penuh kelembutan. Tersenyum saat gadis itu menganggukkan kepala dengan wajah tidak enak hati, lalu bergerak mencium punggung tangannya. Anak yang sopan, itu pikir Bu Indira di kesan pertama bertemu Lova.

“Lovata Auristela?” Sebelum Lova angkat suara, Bu Indira sudah menyebutkan namanya dengan benar. Beliau terkekeh saat melihat Lova kembali terlihat kaget. “Arvin sering banget cerita tentang kamu, makanya tante tahu.”

Dan kali ini, giliran Lova yang terdiam. Mendengar penuturan wanita yang dia ketahui adalah ibu dari laki-laki gila bernama Arvin Zachary, Lova tidak bisa lagi menganggap semua kelakuan Arvin hanya sebuah permainan mulai sekarang. Dia sering membicarakan Lova pada ibunya sendiri. Dan jika seorang anak laki-laki sudah melakukan hal itu, berarti gadis yang dia bicarakan sangat istimewa. Sementara Lova, dia sendiri tidak kenal dengan Arvin. Hanya tahu dia adalah laki-laki sinting yang kebetulan anak kepala sekolah tempat Lova menuntut ilmu.

“Kamu tidak keberatan kalau bicara sama tante sebentar? Ada hal penting yang harus tante sampaikan sama kamu.” Bu Indira masih mempertahankan senyum hangatnya. Sudah lama beliau menunggu momen seperti ini, bertemu dengan sosok Lovata Auristela yang selalu diceritakan Arvin setiap hari.

“Jangan!” sergah Arvin dengan cepat. “Mami pasti mau ngomong yang enggak-enggak tentang Arvin, 'kan? Ini pacar Arvin, lho, Mi. Jangan sampai kita ribut gara-gara keusilan Mami.”

“Enggak, kok, mami bukan mau menjelekkan kamu. Mendingan sekarang kamu bikin jus tomat. Itu minuman kesukaan Lova, 'kan?” Bu Indira masih bersikap biasa saja, seakan tidak melihat ekspresi penuh keterkejutan Lova untuk kesekian kalinya. “Kamu ikut sama tante, ya? Ini benar-benar penting.” Sebelum Lova sempat menjawab, Bu Indira sudah menarik pergelangan tangannya menjauh dari sana. Kemudian, berhenti di depan pintu sebuah kamar. “Sebelumnya, tante minta sama kamu untuk tidak berteriak.”

“Tunggu, Bu!” Demi apa pun, Lova tidak bermaksud untuk membentak mami Arvin itu. Namun, dia sedang dilanda panik sekarang. Jangan-jangan, mami Arvin mau menyiksa Lova di dalam kamar, sehingga memintanya untuk tidak berteriak. “Sebelumnya saya jelaskan dulu, ya, Bu? Saya bukan pacarnya Kak Arvin. Serius, deh, saya enggak bohong! Ketemu sama Kak Arvin aja baru kemarin siang, itu juga enggak sengaja, waktu antre buat beli makan. Jangan siksa saya kayak gini, ya, Bu? Niat saya datang ke sini buat belajar fisika, bukan cari masalah.”

Tentu saja, Bu Indira tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Mendengar rentetan kalimat yang keluar dari mulut Lova, serta ekspresi wajah yang penuh putus asa, gadis di hadapannya ini benar-benar lucu. “Saya bawa kamu ke sini bukan mau menyiksa kamu. Tapi, untuk membicarakan sesuatu yang penting. Tentang putra saya, Arvin.” Kemudian, Bu Indira menyentuh gagang pintu kamar itu. “Ini kamar Arvin. Di dalamnya, ada banyak sekali kejutan buat kamu.”

Erotomania [Tamat]Where stories live. Discover now