PROLOG

14.7K 476 6
                                    

September 2012

Pintu kamar itu terbuka perlahan-lahan seakan berharap sunyinya malam mampu menyembunyikan semua suara. Langkah kaki yang mengendap-endap menuju tempat tidur tempat di mana ada sosok bertubuh kecil yang terbaring di sana.

Ia meraihnya.

"Ssttt..., jangan bersuara Nak, ayo..., ikut Bapak," bisik Pria itu.

Tubuh kecil itu hanya menganggukan kepalanya, patuh. Ia pasrah ketika dirinya digendong dan dibawa keluar melalui jendela kamar itu.

Tetap sunyi, tak ada sedikitpun langkah yang terdengar. Pria itu pun berlari sekuat tenaga sambil menggendong Puteri kecilnya yang kembali terlelap dalam pelukannya. Tak ada pilihan, ia harus melakukannya.

* * *

"KARTOOOO!!!."

Sebuah teriakan nyaring itu membuat seisi rumah Keluarga besar Barata kalang kabut. Pria bernama Karto yang namanya baru saja disebut pun muncul di hadapan Tuan besar Heru Barata.

"Ada apa Tuan besar?," tanya Karto, sedikit ketakutan.

"RINDU TIDAK ADA DI KAMARNYA!!! KEMANA ANAK KECIL ITU??? CARI DIA!!!," perintah Heru, murka.

"Ba..., baik Tuan besar," jawab Karto yang segera berlari keluar dan memberi tahu semua orang bahwa cucu Tuan besarnya hilang.

Heru menatap ke arah seorang wanita yang terbaring tak berdaya di atas tempat tidur sebelah kamar Rindu. Kemarahannya semakin meledak.

"Sampai kamu mati..., kamu tidak akan pernah aku izinkan untuk bahagia bersama dengan Laki-laki itu!!! Meskipun harus melihat darah dagingku sendiri mati bersimbah darah, aku tidak akan pernah mengizinkan!!!," teriaknya.

Wanita itu hanya bisa menangis dengan tubuhnya yang lemah. Ia tak mampu melawan, bahkan untuk bangun pun ia harus dibantu oleh Orang lain.

Ia hanya bisa pasrah.

* * *

AiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang