EPISODE 19

3.1K 225 4
                                    

PERGI

Ridwan keluar dari dalam kamarnya usai Shalat Isya, Bi Inah terlihat sedang membawa makanan menuju meja makan. Ia pun segera membantunya agar pekerjaan itu cepat selesai sebelum Heru dan Ariana turun dari kamar mereka.

Bi Inah menatapnya.

"Sudah Den..., tidak usah bantu Bibi. Den Ridwan menunggu saja di meja makan," cegah Bi Inah.

"Tidak apa-apa Bi..., saya bantu biar cepat selesai," ujar Ridwan.

Heru pun turun lebih dulu dari kamarnya menuju meja makan, ia menatap Ridwan - dari arah tangga - yang bolak-balik mengambil makanan dari dapur bersama Bi Inah.

"Bi Inah!," panggil Heru.

"Iya Tuan...," sahut Bi Inah sambil berlari menuju meja makan.

"Panggil Aria..., suruh dia turun untuk makan malam," perintah Heru.

"Baik Tuan," jawab Bi Inah.

Ridwan mencuci tangannya di dapur, ia menatap keluar jendela beberapa saat. Pikirannya menerawang jauh entah kemana. Ia terlonjak seketika saat seseorang menepuk bahunya beberapa kali, sehingga ia pun berbalik.

"Kamu kenapa? Romo panggil dari tadi bukannya menyahut malah melamun di sini," tanya Heru, yang entah sejak kapan telah berada di belakangnya.

"Maaf Romo Kakung..., saya sedang tidak berkonsentrasi," jawab Ridwan.

"Kurang istirahat itu..., besok libur saja, jangan pergi dulu ke perkebunan," saran Heru sambil berjalan lagi menuju meja makan.

Ridwan memang sudah berhenti bekerja sejak Karto pergi melarikan diri. Tidak ada lagi yang bekerja untuk mengantar-antar Heru ke perkebunan, sehingga Ridwan mengalah dan memutuskan untuk mengantar jemput Pria itu.

Ariana turun dari kamarnya dan segera duduk di meja makan. Ridwan mengambilkannya piring dan nasi, lalu membiarkan Ibunya memilih lauk pauknya sendiri sesuka hatinya.

"Kenapa makanmu hanya sedikit? Bi Inah sudah masak banyak lauk," tanya Heru.

"Bukan Rinjani yang masak...," jawab Ariana, singkat.

Ridwan tidak jadi menyuap makanannya saat mendengar nama Rinjani di sebut oleh Ibunya. Heru pun menghela nafasnya dengan berat.

"Namanya Rindu...," ujar Heru.

"Tapi kita terbiasa memanggilnya Rinjani...," balas Ariana.

"Ibu mau aku yang masak?," tanya Ridwan.

Ariana menggelengkan kepalanya, lalu mulai menyuap makanan ke dalam mulutnya. Ridwan pun menyerah untuk membujuknya.

"Belum satu kalipun Ai menelepon ke sini sejak dia pergi satu bulan yang lalu. Apakah dia baik-baik saja di sana?," Heru benar-benar memikirkan keadaan Puterinya.

"Mbak Ai pasti baik-baik saja, Mas Adam orang yang bertanggung jawab jadi Romo tidak perlu khawatir," jawab Ariana.

Bi Inah mendengarkan apa yang mereka semua katakan, ia pun diam-diam memberi tahu Aisyah dan Adam melalui pesan singkat mengenai kabar di rumah itu. Biar bagaimana pun, mereka juga sering menanyakan kabar orang-orang di rumah itu.

Usai makan malam, Ridwan mengantar Heru kembali ke kamarnya. Ia tidak lupa memberikan obat pada Pria itu agar penyakit Asam Urat yang di deritanya tidak kambuh.

Saat Ridwan hendak pergi dari kamar itu, Heru menahannya beberapa saat.

"Ada apa Romo Kakung?," tanya Ridwan.

AiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang