EXTRA PART

6.3K 246 20
                                    

Bi Inah membantu memasukkan semua belanjaan yang dibeli oleh Ariana hari itu ke dalam bagasi mobil. Persiapan dapur untuk satu bulan sudah benar-benar dipenuhi oleh wanita itu. Sejak Rinjani tinggal bersama mereka, Ariana sangat bersemangat dalam menjalani kehidupannya. Tidak pernah lagi marah-marah seperti dulu, lebih banyak tersenyum bahagia, dan tidak pernah absen untuk belajar agama pada menantu kesayangannya.

"Sudah lengkap semua kan Bi?," tanya Ariana.

"Insya Allah sudah Nyonya Aria," jawab Bi Inah.

Ariana pun memasukkan dompetnya ke dalam tas yang ia bawa, namun saat akan menutup tasnya ia kembali teringat dengan kartu atm yang tadi dipakainya untuk membayar belanjaan. Ariana pun kembali membuka dompetnya untuk memeriksa kartu atm tersebut.

"Astaghfirullah Bi..., kartu atm saya nggak ada!," seru Ariana, panik.

"Dicari lagi Nyonya, siapa tahu jatuh," ujar Bi Inah yang ikut mencari ke bagian bawah mobil yang masih terparkir di depan swalayan.

Ariana pun bergegas masuk kembali dan menuju ke arah kasir tempatnya membayar belanjaan tadi.

"Maaf mbak, saya mau tanya apakah mbak lihat kartu atm saya yang tadi dipakai untuk membayar?," tanya Ariana, perlahan.

"Mohon maaf Bu, saya tidak melihatnya. Saya sudah mengembalikan kartu atm Ibu bersamaan dengan struk belanja. Ibu bisa memeriksanya melalui CCTV di swalayan kami," jawab pegawai kasir tersebut.

"Iya mbak, kalau itu saya memang ingat. Tapi siapa tahu kartu atm saya jatuh di sini maka dari itu saya bertanya," jelas Ariana, yang tak ingin dikira menuduh.

Pegawai kasir itu tersenyum.

"Iya Bu, saya mengerti. Mari saya bantu carikan," balasnya.

Setelah hampir setengah jam mencari, kartu atm itu tak kunjung ditemukan. Ariana pun kembali ke mobilnya dengan pikiran yang kacau. Bi Inah meraih lengannya dan membantunya duduk, ia menyerahkan sebotol air mineral pada Ariana agar tidak kehausan di tengah teriknya cahaya matahari. Wanita itu sedikit menyingkap niqob-nya agar wajahnya tetap tak terlihat saat ia sedang minum.

"Kartu atm-nya nggak ketemu Bi," rajuk Ariana, hampir menangis.

"Astaghfirullah, jadi bagaimana Nyonya? Mau ke Bank langsung untuk melapor?," saran Bi Inah.

Ariana tak menjawab namun segera meraih ponselnya dan menghubungi Aisyah.

"Assalamu'alaikum Dek...," sapa Aisyah, senang.

"Wa'alaikum salam Mbak Ai...," balas Ariana.

"Loh, kok suaramu lesu begitu? Ada apa?," tanya Aisyah yang selalu tahu kalau Ariana sedang merasa tak nyaman.

"Begini Mbak, aku dan Bi Inah baru saja selesai belanja di swalayan langganan kita. Tapi setelah selesai belanja, ternyata kartu atm-ku hilang Mbak. Sudah kucari kemana-mana tetap nggak ketemu, bahkan pegawai swalayan juga sudah ikut membantuku mencari," jawab Ariana, jujur.

"Astaghfirullah hal 'adzhim! Terus kamu sekarang di mana? Masih di depan swalayan?," Aisyah segera mendekat pada Adam yang sedang libur di depan rumah.

"Iya Mbak, aku masih di depan swalayan. Bi Inah barusan kasih saran supaya aku langsung ke Bank untuk melapor."

Adam menerima ponsel dari Aisyah dan berbicara dengan Ariana setelah Aisyah memberitahunya tentang apa yang terjadi.

"Dek..., kamu langsung ke Bank ya. Nanti Mas hubungi Mas Adit yang kerja di Bank untuk membantumu membuat laporan," ujar Adam.

"Baik Mas Adam, tapi saya lupa bawa buku tabungannya Mas. Apa saya harus pulang dulu ambil buku tabungannya?," tanya Ariana.

AiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang