EPISODE 11

3.3K 239 6
                                    

PERUBAHAN

Rinjani menyusun makanan di atas meja makan dengan apik ketika Heru dan Ariana turun dari lantai dua. Aisyah duduk diam di kursi roda sambil menunggu Rinjani selesai bekerja.

"Kenapa kamu yang siapkan makanan?," tanya Heru.

"Bi Inah sedang sakit Romo Besar, jadi saya biarkan Bi Inah beristirahat sementara saya yang menggantikannya untuk memasak dan membersihkan rumah sampai Beliau sembuh," jawab Rinjani.

"Terus kalau kamu masak dan bersih-bersih rumah siapa yang akan mengurus Kakak saya ini?," tanya Ariana, ketus.

"Tentu saja saya Nyonya Aria..., tidak mungkin saya melepaskan tanggung jawab saya terhadap Nyonya Ai kepada orang lain di rumah ini," jawab Rinjani, dengan tenang.

Heru membuka piringnya dan mulai melihat menu yang tersaji di meja.

"Romo Besar ingin makan yang mana?," tanya Rinjani.

"Ambilkan saya Ikan Bawal Bakarnya," pinta Heru.

Rinjani segera mengambilkan makanan yang diinginkan oleh Heru.

"Ambilkan juga saya Udang Goreng Mentega dan Cah Kangkungnya!," perintah Ariana.

"Baik Nyonya Aria... ."

Aisyah sebenarnya sedikit merasa kesal karena Ariana terus saja membentak-bentak Rinjani sejak tadi. Namun ia tak bisa apa-apa, ia hanya pasrah saja saat itu.

"Romo Besar mau teh jahe?," tanya Rinjani.

"Ya..., boleh."

"Saya juga...," Ariana menyodorkan cangkir pada Rinjani.

Ridwan keluar dari kamarnya dan segera menuju ke meja makan. Ia terdiam sesaat ketika melihat Aisyah duduk di kursi roda sementara Rinjani menyajikan makanan.

"Kemana Bi Inah Rin?," tanya Ridwan.

"Bi Inah sedang sakit Mas, jadi saya minta Beliau untuk istirahat," jawab Rinjani.

"Hmm..., masakan kamu enak juga ternyata. Bisa masak apalagi selain Ikan Bawal Bakar dan Udang Goreng Mentega?," tanya Ariana, yang entah sejak kapan sangat menikmati sajian itu.

"Banyak Nyonya..., saya bisa memasak apa saja tergantung yang diinginkan," jawab Rinjani, sambil membantu Ridwan mengambil makanannya.

"Besok..., kalau Bi Inah masih sakit, kamu masak Cap Cay Seafood ya..., sudah lama sekali saya nggak makan Cap Cay Seafood," pinta Ariana.

"Baik Nyonya..., lauknya saya akan buat Ikan Kerapu Asam-Manis jika Nyonya tidak keberatan," saran Rinjani.

"Ya..., boleh..., cocok sekali Cap Cay Seafood dengan Ikan Kerapu Asam-Manis," Ariana setuju.

"Bisa masak Kari Kepiting?," tanya Heru, sambil menambah nasi ke piringnya yang sudah licin.

"Romo Kakung..., kolesterol tolong dijaga," pesan Ridwan, pelan.

HAHAHAHAHA!!!

"Gara-gara Ikan Bawal Bakar ini, aku jadi lupa sama penyakit," ujarnya, senang.

Karto masuk ke dalam rumah dan melihat ke arah meja makan dengan tatapan tak suka. Rinjani sangat mengenali tatapan seperti itu, tatapan yang penuh dengan kebencian.

"Karto! Siapkan mobil..., kita akan berangkat ke perkebunan setelah saya makan," perintah Heru.

"Baik Tuan," jawab Karto, datar.

Tatapan tak suka itu berakhir ketika Karto sudah keluar dari rumah. Rinjani mengawasi melalui ekor matanya, ia harus berhati-hati terhadap Pria tua itu.

"Nyonya Aria mau bawa bekal untuk di kantor? Saya masak banyak, jadi Nyonya bisa membawanya jika mau," tawar Rinjani.

Wajah Ariana berbinar tiba-tiba. Heru melihat hal tersebut.

"Boleh..., bawakan di kotak, sekalian dengan Ikan Bawal Bakar dan Cah Kangkungnya ya...," ujar Wanita itu, bersemangat.

Ridwan menatapnya heran.

"Bukannya Ibu paling nggak suka bawa bekal?," tanya Ridwan.

"Ya kalau makanannya enak seperti ini mana mungkin Ibu nggak mau bawa..., sudah deh, kamu nggak usah bawel!," jawab Ariana.

"Kalau makanan enak begini, sudah jelas pasti bisa dihabiskan oleh Ibumu. Kamu nggak perlu khawatir," ujar Heru, seraya terkekeh pelan.

Ridwan membawa piringnya ke dapur untuk mengurangi pekerjaan Rinjani. Di sana, ia melihat gadis itu benar-benar menyiapkan bekal yang diminta oleh Ariana.

"Mas Ridwan mau dibawakan bekal juga?," tanya Rinjani yang masih fokus pada kotak makan di hadapannya.

Ridwan menatapnya tak percaya, bagaimana mungkin gadis itu masih sempat memikirkan bekal untuknya juga? Pekerjaannya sangat banyak dan belum selesai, tapi dia sudah memikirkan orang lain. Bahkan dirinya sendiri pun pasti belum mencicipi makanan yang sudah dimasaknya hari itu.

"Kalau tidak merepotkan..., boleh. Saya mau membawa bekal," jawab Ridwan, yang tidak ingin memberi jawaban mengecewakan untuk Rinjani.

"Baik Mas, nanti saya antar ke depan."

Ridwan segera kembali ke meja makan dan mulai memakai jas-nya. Rinjani datang dengan dua buah rantang di tangannya.

"Ini bekal untuk Nyonya Aria, di dalamnya ada Nasi, Udang Goreng Mentega, Ikan Bawal Bakar, dan juga Cah Kangkung. Ini minumannya sekalian, teh jahe," jelas Rinjani.

"Wah..., saya bisa kekenyangan hari ini," ujar Ariana, senang.

"Ini untuk Mas Ridwan, isinya sama," Rinjani menyerahkan rantang itu pada Ridwan.

"Terima kasih ya Rin," ungkap Ridwan, sedatar mungkin.

"Afwan...," jawab Rinjani.

Usai semua penghuni rumah itu berangkat ke kantor dan perkebunan, Rinjani kembali masuk ke dalam kamar bersama Aisyah. Urusan rumah tangga sudah selesai, kini saatnya bagi Aisyah untuk latihan lagi.

"Alhamdulillah Ya Allah..., akhirnya kita masuk juga ke kamar ini. Ibu capek kalau ada di luar. Harus diam terus...," ungkap Aisyah yang sudah mulai lancar berbicara.

Rinjani memeluknya sambil tertawa pelan.

"Sabar ya Bu..., kita harus merahasiakan kemajuan yang Ibu dapatkan ini agar tidak ada lagi yang berniat menyakiti Ibu," ujar Rinjani.

Aisyah tersenyum bahagia.

"Kamu adalah satu-satunya yang membuat Ibu semangat untuk sembuh Nak..., Ibu takkan mampu melewati semua ini tanpa kamu di samping Ibu. Meskipun Ibu berdo'a terus-menerus kepada Allah, tapi jika kamu tidak pernah ada di sini semangat Ibu tidak akan kembali."

Rinjani tersenyum di balik niqob-nya.

"Bapak juga pasti senang jika tahu bahwa Ibu sudah mulai sehat. Nanti Insya Allah kita akan kembali berkumpul lagi bersama-sama."

"Iya sayang..., Ibu sudah tidak sabar untuk kembali hidup bersama dengan Bapak. Ibu kangen... ."

Sebuah ungkapan yang membuat Rinjani semakin bahagia saat mendengarnya.

'Iya..., kita akan berkumpul lagi. Insya Allah. Amiin.'

* * *

AiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang