EPISODE 7

3.5K 263 2
                                    

MENUTUPI

Ariana tampak gelisah seharian, sudah seminggu sejak Aisyah mendapat perawat baru dan entah bagaimana Wanita itu sepertinya banyak mengalami kemajuan. Hal itu tentu saja membuatnya tak enak makan dan tak enak tidur. Otaknya terus berpikir tentang menyingkirkan Aisyah untuk selama-lamanya.

Ridwan menyadari itu, Ibunya sangat bertingkah aneh setelah mendengar kabar dari Bi Inah yang melapor pada Romo Besar bahwa Bibinya mengalami kemajuan yang pesat sejak dirawat oleh pegawai baru. Ia benar-benar harus berjaga-jaga, jangan sampai Ibunya kembali melakukan hal buruk lagi pada Bibinya.

Heru terlihat sudah pergi ke perkebunan bersama Karto, Ariana pun segera keluar dari kamarnya menuju kamar Aisyah yang kini selalu saja terkunci dari dalam. Ia pun langsung menggedor-gedor dengan keras pintu itu tanpa basa-basi.

Rinjani memutar anak kunci dan membuka tuas perlahan sambil menahan pintu dengan kedua kakinya agar tak terbuka terlalu lebar. Ia hanya membuka pintu itu selebar wajahnya saja.

"Minggir kamu! Saya mau melihat kondisi Kakak saya!," perintah Ariana.

"Maaf Nyonya Aria..., anda dilarang keras oleh Romo Besar untuk masuk ke dalam kamar Nyonya Ai...," balas Rinjani, datar.

Ariana memperlihatkan wajah emosionalnya lagi di hadapan Rinjani, namun gadis itu tak bergeming sedikit pun.

"Heh! Saya pemilik rumah ini, jadi saya berhak masuk ke kamar manapun yang saya inginkan! Kamu punya hak apa melarang-larang saya untuk masuk ke kamar Kakak saya sendiri?!!," tanya Ariana.

"Sekali maaf Nyonya Aria, anda tidak diperkenankan masuk ke kamar Nyonya Ai. Itu adalah perintah langsung dari Romo Besar pada saya!," tegas Rinjani, dan segera menutup kembali pintu kamar itu sekaligus menguncinya.

BRAKKK!!! BRAKKK!!! BRAKKK!!!

"BUKA PINTUNYA!!! SAYA MAU MASUK!!!," teriak Ariana, murka.

Rinjani mengusap dadanya dan beristighfar dalam hati. Ponselnya masih terus merekam apa yang dilakukan oleh Ariana sejak tadi.

BRAKKK!!! BRAKKK!!! BRAKKK!!!

"BUKA PINTUNYA PENGASUH SIALAN!!!."

Aisyah yang ketakutan akan terjadi sesuatu pada Puterinya pun mulai menangis. Rinjani pun mendekat padanya.

BRAKKK!!! BRAKKK!!! BRAKKK!!!

"Bu..., Ibu jangan nangis, Ibu harus kuat, aku ada di sini sama Ibu. Ibu nggak boleh nyerah," bisik Rinjani di telinga Aisyah.

Aisyah pun mengangguk, Rinjani pun memeluknya dengan lembut.

"AWAS KAMU RINJANI..., AKU AKAN BUAT PERHITUNGAN DENGANMU!!!," ancam Ariana.

Suara gedoran di pintu itu pun berhenti, langkah kaki Ariana terdengar menjauh dari kamar itu. Rinjani pun bernafas lega untuk sesaat, ia kembali melihat ponselnya dan mengirimkan rekaman itu pada Heru Barata - Kakeknya.

Heru mendengarkan rekaman suara di ponselnya yang dikirim oleh Rinjani. Dadanya terasa mendidih luar biasa saat tahu bahwa Ariana kembali lagi melakukan hal kurang ajar pada Aisyah. Tanpa berlama-lama, ia meminta Karto untuk kembali pulang ke rumah.

"ARIA!!! KELUAR DARI KAMARMU!!!," perintah Heru.

Ariana pun keluar dari kamarnya dan menemui Heru yang sedang dalam keadaan marah besar.

"Apalagi yang kamu lakukan hari ini pada Ai???," tanya Heru.

"Kenapa??? Romo mau marah padaku hanya karena perawat sialan itu mengadu???," tantang Ariana.

AiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang