DILEMMA

50 7 10
                                    

Ye Shi merasakan rasa perih yang makin lama makin terasa sangat sakit. Dia juga merasakan bagian kiri perutnya sedikit terasa nyeri. Mendadak, dia teringat dengan perutnya.

"Jangan bergerak!" terdengar suara parau Yoongi. Ye Shi baru sadar, jika Yoongi sudah meletakkan kepalanya di atas pangkuan laki-laki itu.

"Anak kit..."

"Sssttt....." Yoongi meletakkan jari telunjuknya di bibir pucat Ye Shi. "Keselamatanmu dulu, chagiya! Ambulance segera datang beberapa menit lagi."

Mendengar kata-kata bahwa keselamatannya adalah yang terpenting, membuat hatinya sebagai seorang ibu terluka. Dia menatap nanar suaminya. Wajah Yoongi sudah terlihat tidak karu-karuan. Dia bisa merasakan perasaannya sekarang.

Ye Shi mengulurkan tangan, Yoongi sadar jika istrinya itu berusaha untuk meraih wajahnya. Yoongi meraih tangan Ye Shi yang berlumuran darah dan meletakkannya di pipinya. Ye Shi tersrnyum di sela-sela rasa sakit yang menjalari tubuhnya.

"Keselamatan anak-anak kita juga penting, Yoongi- ah! Mereka juga berusaha bertahan untuk selamat." Ye Shi menelan ludah dengan susah payah, membuat Yoongi yang melihatnya, merasa tidak tega dan sedih. Air mata menetes begitu saja. "Anggap saja, perjuanganku selama berbulan-bulan mengandung mereka, setimpal dengan apa yang kulakukan."

"Aku tid...."

"Apapun yang terjadi, selamatkan mereka." potong Ye Shi. "Sayangi mereka." Ye Shi tersenyum di sela-sela rasa sakitnya.

"Aku belum siap kehilanganmu, Ye Shi-ah..." genggaman tangan Yoongi di pergelangan tangan Ye Shi semakin erat. Walaupun menangis tanpa terisak, air mata Yoongi jatuh semakin banyak.

"Aku tidak akan kemana-mana, chagiya!" janji Ye Shi.

Secara bertahap, karena rasa sakit yang semakin menjadi-jadi, Ye Shi mulai kehilangan kesadarannya. Dan dia tidak sadarkan diri tepat ketika ambulance datang. Jin dan yang lainnya, mulai berdatangan.

********

"Ku mohon, bertahanlah. Ye Shi-ah... Demi aku.... Demi anak-anak kita, Ye Shi-ah...." Yoongi berlari di samping ranjang darurat Ye Shi. Tangannya menggenggam erat tangan istrinya itu.

Ye Shi langsung dilarikan ke ruang ICU begitu ambulancenya datang. Yoongi sedari awal, tetap berada di sisi Ye Shi. Sesekali, ketika di dalam ambulance, Ye Shi tersadar. Tetapi, kondisinya terlihat semakin parah. Yoongi merasa hatinya tersakiti dengan kondisi istrinya yang seperti ini.

Dia semakin merasa bersalah. Dia kembali mengenang semua perjalanan kisahnya dengan Ye Shi. Entah, selalu saja hal-hal yang tidak di inginkan terjadi. Yoongi berkali-kali hampir kehilangan Ye Shi. Wanita itu selalu berada diantara hidup dan mati ketika bersamanya. Sepertinya, dirinya adalah sumber bencana. Dia merasa tidak bisa menjaga satu-satunya wanita yang paling dia cintai. Bahkan calon anak-anak mereka. Dia benar-benar merasa tidak berguna.

Yoongi menjambak rambutnya dengan frustasi. Jika bisa, dia sangat ingin menggantikan posisi Ye Shi saat ini. Jika bisa, dia rela menyerahkan nyawanya saat itu juga. Hatinya benar-benar terluka. Yoongi menjatuhkan dirinya di atas tempat duduk terdekat. Dia benar-benar bingung apa yang harus dia lakukan. Air mata masih mengalir membanjiri wajahnya yang mulai menampilkan ekspresi hampa.

"Yoongi-ah...!" suara Jin terdengar sedikit menentramkan hatinya. Setidaknya, kakak laki-laki Ye Shi itu, mampu memberinya sedikit harapan dari ucapannya, yang terkadang tidak masuk akal.

"Hyung..." Yoongi menatap Jin. Dia mampu melihat kesedihan yang juga terpancar dari wajah tampan pria itu.

"Aku tahu." Jin memeluk bahu adik iparnya itu dan duduk di sampingnya. "Dia kuat, Yoongi-ah.. Dia pasti bisa menghadapi ini semua." dari suaranya, Jin juga berusaha menghibur dirinya sendiri.

Jin menepuk-nepuk pelan bahu Yoongi, dan kemudian melepas pelukannya. Mereka diam. Mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Mereka berdua terus terdiam, sampai pintu ruang ICU terbuka. Seorang dokter laki-laki keluar. Yoongi dan Jin spontan langsung berdiri dan berjalan ke arah dokter itu.

"Bagaimana kondisi istri saya?" tanya Yoongi sebelum dokter itu sempat membuka mulutnya untuk berbicara.

"Istri anda sedang dalam masa-masa kritis. Dan ada beberapa kemungkinan yang tidak enak untuk di dengar." ucap dokter itu dengan nada sedikit ragu.

"Katakan, dok!" wajah Yoongi terlihat mulai cemas. Dia sedikit takut mendengar pernyataan dokter itu. Dia takut apa yang ditakutkannya benar-benar terjadi.

"Perut kiri istri anda mengalami hantaman yang sangat keras, dan plasenta yang membungkus bayinya mengalami kerusakkan yang sangat serius. Kami harus segera melakukan pembedahan untuk mengeluarkannya. Dan...."

Kata-kata dokter itu semakin membuat Yoongi dan Jin yang mendengarnya berharap-harap cemas.

"Dan apa, dok..?" tuntut Jin dengan nada tidak sabaran. Dia juga ingin mendengar kelanjutan dari kata dan itu.

"Dan, saat ini istri anda mengalami pendarahan di dalam perut yang sangat serius. Besar kemungkinan, harapan untuk hidup, jika dilihat dari pendarahan yang terus berlanjut, hampir tidak ada sepuluh persen."

Bagai di sambar petir di siang bolong, kejutan-kejutan listrik menghantam Yoongi begitu saja. Persaannya seketika terasa membeku. Kata-kata dokter itu membuatnya seperti jatuh ke dalam jurang penderitaan yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Tubuhnya terasa lemas, sampai-sampai, Jin harus menahan bahunya.

"Bagaimana dengan kedua bayinya?" kali ini Jin mewakilkan Yoongi untuk bertanya, karena Jin tahu, Yoongi sedang mengalami shock yang hebat dan mengejutkan. Sebenarnya, dia jua.

"Karena masalah ini, kami meminta persetujuan. Jika bayi-bayinya diselamatkan, kemungkinan, ibunya tidak bisa bertahan. Dan jika memilih ibunya, maka, anda harus siap kehilangan satu bayi anda. Kami menunggu keputusan anda." dokter itu menatap Yoongi dengan serius.

Lagi-lagi, Yoongi merasa menderita. Kenapa tidak ada pilihan dimana orang-orang yang dia cintainya, istrinya dan anak-anaknya, bisa selamat semua. Mengapa harus memilih salah satu dan kehilangan yang lain. Dia benar-benar dibuat gila oleh pilihan itu. Sampai tiba-tiba, wajah dan ucapan terakhir istrinya terngiang-ngiang di telinganya. Dia merasa berat untuk memilih. Dia benar-benar tidak bisa memilih salah satu. Hatinya bimbang.

Dia berpikir lagi, bagaimana jika istrinya selamat dengan salah satu anaknya, tetapi yang satunya lagi hilang? Dia tidak bisa membayangkan kesedihan yang akan di alami Ye Shi ke depannya. Dia benar-benar tidak bisa membayangkannya. Sudah dipastikan, Ye Shi akan membencinya seumur hidup. Dia harus membuat pilihan sekarang.

Yoongi berdiri tegak. Dia berusaha menegarkan dirinya. Dan menerima keputusan yang baru saja diambilnya. Jin menatap Yoongi dengan penuh perasaan iba. Dia bisa membayangkan jika Sung Jun yang berada di posisi adiknya sekarang. Tetapi, dia juga mersa sangat sesih. Dia tidak siap di tinggalkan oleh adik perempuan bar-barnya itu. Ditinggalkan oleh adik kesayangan yang sudah dirawatnya seumur hidupnya itu. Tetapi, dia juga menerima keputusan yang dibuat Yoongi.

Jin menepuk pundak Yoongi. Berusaha menguatkan dan meneguhkan hatinya. "Aku menghargai setiap keputusan yang kau ambil. Dan aku tidak akan membantahnya. Aku tahu, Ye Shi-ah juga pasti menghargai keputusan yang kau buat."

"Terima kasih, hyung. Ini juga sangat berat untukku." Yoongi menatap nanar Jin. Kemudian pandangannya beralih ke arah dokter yang menangani istrinya.

Dia tahu, anak-anaknya dan istrinya sedang menunggu keputusannya. Dia menghirup nafas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya dengan pelan juga. Dia berharap itu akan sedikit menenangkannya.

*********

Life After Marriage [Min Yoongi]Where stories live. Discover now