Part 4

276 11 0
                                    

"Raja Api itu ganteng banget, ya, Allah …." ucap Fitri sambil melamun.

Ekspresi mukanya seperti orang yang membayangkan makan mie instan kuah pedas, pakai telur ceplok, pas waktu hujan.

Aku menatapnya tajam.

"Lu mau? Ambil aja sana! Bungkus! Pake karet dua!"

"Tapi kan dia mau nikah sama lu. Gak mungkin dong gue jadi tukang tikung. Walau juara lomba sepeda, tapi gue gak suka nikung."

"Menang lomba sepeda itu balap sepeda gunung, gitu? Hebat!"

"Bukan. Lomba hias sepeda 17 Agustusan jaman SD."

Aku mendadak keselek biji kedondong.

"Emang, lu sama sekali gak suka sama si Raja Api? Kan kalian mau nikah?"

"Lu bisa pegang rahasia, kan?"

"Asal jangan berat-berat, ya. Pegang galon aja gak kuat, apalagi pegang rahasia."

"Kami nikah tanpa hati. Maksimal dua tahun, kita pisah. Bisa kurang dari dua tahun kalo salah satu dari kami gak ada hati."

"Wew. Mustahil."

"Mustahil apanya? Tinggal cerai aja kan, gak susah."

"Mustahil kalian gak ada hati."

"Maksud lu?"

"Kalo gak ada hati, ya mati dong. Ah, gimana sih? Gue aja yang IP* nya nasakom alias nasib satu koma ngerti. Weeew."

Seketika aku ingin jadi kura-kura dan masuk ke dalam cangkang. Sampai Fitri kembali ke alamnya.

Ponselku berbunyi. Pesan WA masuk. Si Raja Api mengirim WA. Sejak peristiwa tiga hari lalu, aku masih marah sama dia. Setiap dia WA, tidak aku balas.

[Lay, masih marah sama aku]

Aku cuekin aja, ah.

[Lay, kasih alamat lengkap rumah kamu, dong]

Ngapain minta alamat ke aku. Kan bisa ke Papa? Modus.

[Lay, jangan dibaca aja ih, balas WA nya]

Fix, WAnya bukan hanya aku baca. Tapi aku blokir!

Aku tersenyum lebar. Pembalasan dari Avatar baru dimulai.

"Wit, napa lu senyum-senyum sendiri baca WA?"

"Biasa, abis melakukan pembalasan."

"Pake jurus apa?"

"Jurus pengendali hati."

"Emang Avatar bisa mengendalikan hati juga selain bumi, air, angin, dan api? Keren."

"Gue gitu lho. Ah, lu sih becanda aja. Cepet balik ke kosan, yuk. Terus beres-beres. Kan kita udah libur semesteran."

"Yoi. Gak sabar mau balik karena mau lamaran ya?" Aku mendelik. Ini anak makin lama makin rese aja.

"Gak langsung ke terminal aja, Wit? Ngambil apa di kosan?"

"Eh iya, ya. Kan gue udah beresin kosan tadi pagi. Udah pamit juga."

"Tapi lu gak bilang ke anak-anak kosan mau merit awal bulan depan."

"Yaelah, nikahnya juga gak pake hati, ya gak pake ngundang-ngundang juga keles."

"Terus entar kalo lu ketauan tinggal serumah sama Raja Api, lu mau bilang apa? Fitnah yang ada. Minimal kalo lu udah merit, kasih tau ke mereka."

"Iya sih. Eh, Pit. Tumben hari ini lu pinter banget. Malah gue yang lemot?"

Nikah Tanpa HatiWhere stories live. Discover now