Part 10

246 7 0
                                    

Suara alarm dari ponselku berbunyi. Aku sedikit membuka mata. Menggapai ponsel di nakas atas sebelah kiriku. Jam di ponsel menunjukkan pukul lima dan aku belum solat Subuh.

Aku langsung duduk di ranjang. Ketika kubuka penuh mataku, ada cowok di kasurku. Kami hanya dipisahkan dua bantal. Aku langsung berteriak, "Toloong, ada cowok yang masuk di sini!"

"Hei, subuh-subuh udah teriak, Lay!"

Walau cowok itu tidak mengangkat wajahnya, aku hapal itu suara Raja Api. Ngapain dia ada di kasurku? Oh, Tuhan, aku sampai lupa kalo kami sudah menikah kemarin.

Akhirnya Arief mengangkat badannya. Terduduk di sampingku. Matanya masih merem. Mungkin matanya ditempelin lem kali, ya, sampe rapet gitu.

Tak lama ia membuka matanya perlahan. "Kun-kun-kuntilanak!" serunya.

"Mana?" tanyaku setengah berteriak. Aku panik dan loncat dari ranjang.

"Eh, ini, kamu, Lay?" ucap Arief sambil memegang rambut panjang sepunggungku.

Ya, Tuhan. Sepertinya tengah malam, antara sadar dan tak sadar, aku membuka kerudung. Om sangka aku ini kuntilanak. Asem!

Aku ambil kerudung dekat bantal. Lalu memakainya kembali. Aman.

"Mana kuntilanaknya?"

"Eh, udah jadi ustazah."

"Om, kamu ngagetin aku."

"Kamu yang ngagetin. Bangun tidur teriak-teriak. Mana rambutnya panjang pake baju putih-putih lagi."

"Ya, aku kaget ada cowok di kasurku."

"Aku juga kaget, ada kuntilanak di sini."

"Kuntilanak, enak aja!"

"Ya, kamu duluan."

"Kamu …."

"Kamu …."

Kami pun membalikkan badan. Sebel. Pagi-pagi bikin sport jantung.

Aku hitung sampai tiga. Semoga dia ngaku salah. Satu. Dua. Tiga.

"Lay." Bener ucapanku. Dia pasti minta maaf.

"Hmm"

"Ayo, sholat Subuh."

"Om duluan wudhu."

"Kamu duluan. Lady's first."

"Kamu aja."

"Cewek lama wudhunya. Belum pake mukena."

"Cowok juga lama pake sarungnya."

"Cewek pake mukena atas dan bawah. Lebih lama."

"Om."

"Ya."

"Ribut terus kita gak sholat Subuh."

"Oke."

Kami berbarengan bangun dari ranjang. Berdiri tepat di depan kamar mandinya pun bareng!

"Suit dulu," ucapku.

"Suit Jepang apa suit Indonesia?"

"Jepang aja."

Kami pun mengangkat tangan. Lalu suit.

"Kertas," ucap Arief.

"Gunting."

"Kamu menang, Lay."

"Yes," seruku.

"Coba dari awal kamu langsung wudhu. Gak pake acara drama subuh dulu."

Nikah Tanpa HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang