Extra Part POV Arief 4

178 8 0
                                    

Part ini gak ada di novelnya, spesial untuk para reader Wattpad. Cekidot 😘😘😘

***

"Nomor yang Anda hubungi, sedang berada di luar jangkauan."

Kacau! Ke mana Wita? Aku sudah menghubungi anak alay itu dari tadi. WAnya tidak dibalas. Teleponnya tidak aktif. Maunya dia apa sih?

Segera kutelepon Om Candra. "Assalamualaikum, Om."

"Iya, Rief. Bagaimana?"

"Wita ada di rumah, gak Om? Saya hubungi ponselnya mati."

"Udah pergi sekitar setengah jam yang lalu. Ke perpustakaan pusat kota. Katanya janjiian cari buku sama Fitri."

"Baik, Om. Saya ke sana. Soalnya Papa nelepon saya untuk fitting baju pengantin sekalian urus-urus syarat KUA yang kurang," aku menarik napas, "saya sudahi sampai di Sukabumi sekarang. Tadi dari Bandung. Alhamdulillah gak macet."

"Alhamdulillah kalo gitu sih. Posisi sekarang di mana, Rief?"

"Di masjid Agung, alun-alun, Om. Dekat tempat gedung kita kemarin."

"Gak jauh dari situ, kok."

"Baik, Om. Saya cari pake goggle map aja."

"Sip. Hati-hati, ya Rief."

"Makasih, Om. Assalamualaikum."

Setelah terdengar jawaban salam dari Om Candra, aku pun segera mencari lokasi perpustakaan pusat kota. Dapat! Benar seperti yang dikatakan Om Candra. Letaknya tidak terlalu jauh dari jantung kota ini.

Segera aku menuju mobilku dan menuju perpustakaan.

Di hadapanku nampak gedung yang menjulang tinggi bercat putih. Bangunannya terlihat sudah agak tua tetapi terawat dengan baik. Beberapa motor dan satu mobil terparkir rapi di sini.

Bismillahirrahmanirrahim, semoga benar seperti yang Om Candra bilang. Wita ada di sini, belum kabur. Setahuku diam-diam Wita pecinta literasi, jadi dia tidak bohong saat mengatakan akan ke perpustakaan.

Belaian AC menyambut kedatanganku. Perpustakaan ini tertata rapi, terdapat pintu dari kaca yang menghalangi pengunjung yang membaca dan berada di bagian administrasi.

Aku mengamati dari kejauhan. Wita tidak terlihat. Apa benar dia di sini, ya?

"Mas, maaf, tolong isi dulu daftar pengunjungnya di komputer." Seorang wanita berkerudung putih tersenyum dari balik meja kayu besar.

"Oya, makasih, Mbak." Aku pun mengisi data pengunjung di komputer. Karena dalam bentuk digital, aku tidak mengerti bagaimana mengecek pengunjung sebelumnya. Jadi, aku tidak tahu apakah Wita berkunjung di sini atau tidak.

"Sudah, Mbak."

"Terima kasih, Mas. Selamat membaca!"

"Sama-sama. Oya, Mbak tadi lihat seorang gadis manis, badannya keci, pake kerudung?"

"Oh iya, ada, Mas. Baru aja masuk."

"Makasih Mbak." Aku bergegas memasuki ruangan berpintu kaca itu. Baru aja masuk? Terus dari tadi Wita ke mana aja?

Di dalam ruangan besar ini, aku mengedarkan pandangan. Mencari sosok alay yang akan aku nikahi dua minggu lagi.

Eh, aku malah melihat gadis seperti Fitri. Aku hampir mendekatinya. Iya benar, Fitri. Mukanya terlihat panik. Berarti yang Mbak penjaga perpustakaan bilang itu adalah Fitri. Bukan Wita. Lalu di mana Wita?

Aku menangkap dari ujung mataku, ada sepasang anak muda yang sedang duduk di pojok perpustakaan. Aku coba mendekati mereka sambil bersembunyi di belakang rak.

Nikah Tanpa HatiWhere stories live. Discover now