Extra Part 2 POV Arief

195 11 0
                                    

Part ini gak ada di novelnya, hanya ada sempilannya dalam bentuk diary Arief. Part ini spesial untuk para reader Wattpad. Cekidot 😘😘😘

***

"Yaaay!" teriakku lantang mengeluarkan jutaan emosi dalam dada sambil meloncat kegirangan.

Sayangnya teriakanku hanya disambut oleh pandangan aneh para kangguru. Aku lupa sekarang berada di sini. Caversham Wild Life Park, Perth, Australia.

Aku harus bahagia saat ini. Tidak ada orang yang paling bisa membuat kita bahagia selain kita sendiri. Ya, kan?

Hari ini 10 November 2018, bertepatan dengan hari pahlawan. Hari ini pun Irin nikah dengan si kakek tua. Apakah aku sedih? NO! Untuk apa bersedih karena cewek kayak gitu. Tenang, aku akan cari cewek lain. Masih banyak yang lebih baik dari dia.

Lebih baik seperti sekarang. Menikmati pemandangan cantik di sini. Aku lebih suka di sini, kebun binatang yang ada di Australia Barat ini. Bertepatan pula dengan musim semi, ah, memang sempurna kedatanganku ke sini.

Di sini aku bisa foto bareng kangguru yang hidup bebas. Ada koala juga di atas pohon. Sedang hibernasi, pelukan sama pohon. Wah, ini sih aku banget. Jomlo. Aku juga mau pelukan sama pohon, ah.

Agak sulit untuk fokus mengambil foto koala. Pohonnya tinggi. Kalau mau foto bareng koala pun antriannya cukup panjang. Belum lagi kita tidak boleh sembarangan menggendong koala. Harus mendapatkan intruksi dari petugas dulu.

Aku menarik ransel kesayanganku. Lalu mencari tempat yang nyaman di rerumputan. Aku lelah sekali hari ini. Sebelum ke sini, aku melihat bunga-bunga musim semi yang indah di Kings Park and Botanic Garden. Bukti bahwa banyak bunga yang indah, tidak sombong dan matre seperti Irin.

Hm, kalau siang seperti ini biasanya para koala tidur. Aku pun tidur, ah. Siapa tahu mimpi bertemu koala atau kangguru jelmaan putri. Syukur-syukur di dunia nyata aku bertemu dia, lalu kami menikah. Ah, tempat ini sukses membuat daya khayalku meningkat.

Semilir angin musim semi membuai diriku, terbang ke alam mimpi.

***

"Kamu yang namanya Arief?" Wanita berwajah oval dan bermata bundar itu menyapaku.

"Iya, kamu Rani, kan?" Aku bangkit dari duduk. Lalu mengajaknya bersalaman. Ia tak menerima salamanku. Malah menarik kursi di depanku, lalu ia duduk.

"Iya, aku Rani. Kamu lulusan mana?"

Waduh. Aku ketemuan sama dia kan bukan untuk wawancara melamar pekerjaan. Namun untuk membicarakan rencana perjodohan kedua orang tua kami. Rani adalah anak relasi bisnisnya Papa. Kata Papa dia cantik dan pintar.

"Salah satu kampus negeri di Indonesia."

"Oh, Indonesia. Kenapa gak kuliah di luar negeri. Melbourne University, gitu. Kan kita bisa jadi satu almamater."

"Hm. Kampus di Indonesia gak kalah keren, kok. Gimana kitanya juga. Kalau mau keluar negeri, gampang. Main aja ke Australia ketemu kangguru." Aku tersenyum.

"Kamu nyindir aku, sambil tersenyum sinis gitu. Hei, beda kualitas dong lulusan luar negeri sama lulusan sini! Uang gak pernah bohong." Aku mendelik. Sombongnya!

"Enggak nyindir, kok. Fakta aja. Ada kok lulusan luar negeri yang ternyata gak berkualitas. Dia gak sungguh-sungguh belajar di sana. Sibuk main, gak fokus kuliah. Atau malah kerja di sana, menyita perhatiannya."

"Aku pikir kamu orang intelek. Menghargai orang lain. Ternyata!" Matanya indahnya melotot.

"Loh, kok gitu, Ran? Aku gak bahas kamu. Aku hanya bilang gak jaminan lulusan luar negeri itu berkualitas. Lalu kita di sini bukan untuk bahas itu kan? Kita bahas rencana perjodohan orang tua kita?" Aku mengernyitkan alis. Tak mengerti arah pikirannya.

Nikah Tanpa HatiNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ