Ekstra Part POV Arief 1

244 11 2
                                    

#NikahTanpaHati

Extra Part

POV Arief

Part ini gak ada di novelnya, hanya ada sempilannya dalam bentuk diary Arief. Part ini spesial untuk para reader Wattpad. Cekidot 😘😘😘

***

"Irin, maukah kau menikah denganku?" Aku menatap wajah Irin dengan berbagai rasa.

Walau bukan untuk pertama kalinya aku menatapnya, tetapi untuk saat ini, jawabannya yang aku tunggu. Ucapan dari mulut mungilnya yang akan menentukan kelanjutan kisah hidup dan cintaku.

Irin menatap cincin yang aku berikan padanya. Cincin polos yang kuharap akan ia terima sambil berkata iya. Aku tak mempedulikan lelahnya kaki ini yang harus bersimpuh di hadapannya.

"Maaf, Arief. Sekarang belum saat yang tepat. Kita masih muda. Masih banyak waktu." Irin mengangkat bahunya dan menghela napas berat. Lalu ia terdiam, tetap duduk manis di kursi taman.

Aku kecewa. Sangat kecewa.

"Lalu, bagaimana kisah kita, Irin. Kita bukan remaja lagi. Sudah waktunya untuk berpikir tentang masa depan!"

"Arief, aku masih 29 tahun! Masih muda, nikmati hidup, nikah nanti. Jalani saja kisah kita tanpa beban. Kelak jika aku siap, aku yang akan melamarmu!" ucap Irin sambil membelai wajahku.

Ia menutup tempat cincin yang terbuka. Lalu menarik tangan kananku. Aku duduk di sampingnya.

"Selalu itu yang kamu katakan, Rin. Kamu gak kasian sama aku dan Papa?""

Irin menggelengkan kepalanya. Tanpa menatapku sedikitpun.

"Rin, kamu kan tahu. Setelah pemasangan ring bulan Juni lalu, Papa selalu mendesakku untuk menikah. Papa begitu khawatir, ia gak bisa menyaksikan pernikahanku, putra semata wayangnya."

Irin menatap lurus ke depan. Seolah ia tidak menghiraukan ucapanku.

"Irin, setelah menikah pun kita tetap muda. Kita masih bisa menikmati hidup. Masih bisa berkarya."

"Tapi aku pasti repot dengan rengekan anak. Bentuk badanku yang berubah. Oya, ampun."

"Irin, kamu aneh. Wanita itu biasanya ingin kepastian. Ingin segera menikah jika menemukan pasangan yang pas. Aku jadi ragu."

"Ragu apa, Rief? Kamu udah gak nyaman jalan sama aku? Kamu udah gak percaya sama aku?"

Aku menggeleng. Tidak mungkin aku mengatakan dugaan Papa dan Mama tentangnya. Sikap Irin yang menolak untuk menikah denganku, mereka anggap Irin belum siap. Bahkan mereka menduga Irin berselingkuh.

"Arief, sekali lagi aku katakan. Aku cinta kamu, aku sayang kamu. Tapi untuk menikah denganmu saat ini, maaf. Aku belum bisa."

Sesungguhnya milyaran tanya singgah di hatiku. Apa yang sebenarnya Irin mau? Dulu, dia yang mengejarku saat aku kuliah. Aku tidak dia karena fokus kuliah.

Beberapa tahun setelah lulus. Aku akhirnya berhasil membangun usahaku. Sehingga menjadi seorang CEO real estate. Saat itulah, Irin mendatangiku lagi. Karena pertimbangan dari Mama dan Papa, aku akhirnya menerima Irin.

Namun kini apa yang terjadi? Irin tak peduli dengan perasaanku!

"Arief, sekali lagi maafkan aku, ya. Yuk, kita pulang!" Irin meraih lenganku. Mencium punggung tanganku, lalu menariknya perlahan.

Sungguh, aku tidak bisa berlaku kasar padanya. Setelah ia berdiri, aku pun ikut berdiri. Aku mengikuti arah genggaman tangannya, tanpa rasa. Aku mati rasa.

Nikah Tanpa HatiWhere stories live. Discover now