S2. 2

61.2K 6.7K 1.4K
                                    

Nih yang nanya kenapa mereka putus langsung di jawab sama orangnya langsung~

don't forget vote comment yass~!



#Jeno POV

Pip! Pip! Pip!

Kesadaranku terkumpul saat suara alarm membangunkanku seperti biasa di pagi hari. Bergegas aku mandi dan bersiap untuk kembali menjalankan rutinitas menjadi dokter anak di Rumah Sakit Seoul.

Tidak ada kata malas, lelah dan bosan. Anak-anak manis itu terlalu lucu untuk di abaikan. Mereka selalu bisa membuatku tersenyum dengan tawa dan ucapan polos mereka. Namun terkadang aku harus menahan kesedihan saat melihat anak sekecil mereka menanggung penyakit kronis, entah karena genetik atau tidak. Yah, beginilah hidupku setelah menamatkan kuliah dan... melepas cinta pertamaku.

Hubunganku dan Jaemin berakhir pada tahun terakhir S1. Dia bilang dia muak denganku yang terlalu pasif. Dia bilang aku hanya memanfaatkannya. Dan dia bilang aku tidak pernah bisa membuatnya bahagia. Hari itu adalah hari terburuk untukku. Jaemin menangis dan berteriak di depanku, dan semua itu karena ulahku.

Aku tidak bisa mengelak tentang bagaimana pasifnya aku, aku juga tidak bisa mengelak bagaimana buruknya aku dalam membuatnya bahagia. Tapi aku bisa mengelak tentang aku yang hanya memanfaatkannya. Demi Tuhan aku tidak pernah sedikit pun memiliki pikiran seperti itu. Jaemin selalu membantuku, membantu keluargaku dan ia salah paham dalam menafsirkan sikapku padanya.

Aku yang terlalu diam, terlalu pasif dan terlalu kaku membuatnya berpikir jika aku tidak mencintainya dengan tulus. Ia berpikir jika aku hanya ingin memanfaatkan uang dan tubuhnya saja.


*Flashback*

"Aku pikir kau akan berubah. Aku pikir kau akan lebih memperhatikanku dan mengutamakanku di atas semua kepentinganmu, tapi apa yang kudapat? Sudah hampir 2 tahun kita berhubungan dan kau terus seperti ini. Aku juga ingin di perlakukan seperti kekasih, Jen. Aku selalu iri dengan teman-temanku yang begitu di manja kekasihnya." pekiknya sesaat setelah ia menamparku begitu keras. Pipiku sakit, tapi tidak lebih sakit saat mendengar pengakuannya dan melihat airmata yang keluar begitu deras dari mata indahnya.

"Aku selalu melakukan semua hal untukmu. Aku selalu memberikan semua hal berharga untukmu. Tubuhku, hartaku, hatiku, semua sudah kuberikan padamu! Apa seperti itu kau membalasku? Terus diam, terus kaku dan terus mementingkan buku dan beasiswamu daripada aku. Aku tidak pernah berpikir seperti ini sebelumnya, tapi melihat kelakuanmu aku merasa kau hanya memanfaatkanku saja."

"Tidak Jaemin. Saya tidak pernah berpikiran seperti itu sedetik pun."

"Lalu apa?!!"

"Jaemin saya mohon percayalah. Demi Tuhan saya tidak pernah berpikir seperti itu. Saya mengakui kalau terlalu mementingkan beasiswa, saya juga mengakui kesalahan saya yang begitu kaku dan pasif, tapi tolong percayalah jika saya tidak pernah berpikiran untuk memanfaatkanmu." tanganku ia tepis dengan kasar saat aku mencoba menggenggam tangannya.

"Terserah apa yang kau katakan. Aku ingin kita berhenti sampai sini. Aku tidak ingin melihatmu lagi. Jangan pernah muncul di depanku lagi!"

*Flashback end*


Dan ketika itu, ia benar-benar pergi dariku. Memblokir kontakku dan selalu menghindar saat aku ingin menemuinya untuk memberikan penjelasan. Pada akhirnya aku menyerah. Aku berhenti mengejarnya karena aku pikir laki-laki sepertiku memang dari awal tidak akan pernah cocok untuknya. Aku terlalu buruk untuk bunga cantik sepertinya.

Hot Nerdy! √NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang