Part. 5 - Make a wish

5.6K 752 86
                                    


Happy weekend, Genks!

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Sebagai anak sulung termuda, yang bisa dilakukan Max hanyalah duduk diam dan mendengarkan perbincangan dalam bahasa ibunya. Lahir dari ayah yang berdarah Amerika, dan ibu yang berdarah Indonesia, tentunya Max sudah bilingual sejak lahir. Tentu saja dia memahami kedua Bahasa tersebut, hanya saja enggan untuk mencampuradukkan dua bahasa yang signifkan.

Di samping itu, lafal dan intonasi Bahasa Indonesia-nya sering dijadikan bahan cemoohan dari para anak sulung lainnya, sehingga Max tidak ingin diejek terus-terusan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di samping itu, lafal dan intonasi Bahasa Indonesia-nya sering dijadikan bahan cemoohan dari para anak sulung lainnya, sehingga Max tidak ingin diejek terus-terusan. Untuk mencari aman, Max lebih sering membalas mereka dalam bahasa yang dikuasainya, yaitu bahasa internasional yang sudah pasti dimengerti oleh semua orang.

Setelah mendengar perbincangan antara ayahnya dengan Uncle Joel, dimana Max dan Tristan harus selalu duduk mendengarkan, kini Max harus kembali merasa jenuh dengan adanya pertemuan keluarga, yang katanya adalah pesta ulang tahun untuk Grandpa Nathan, kakek dari si kembar Tristan dan Milea, yang sering Max sebut sebagai kakek terjudes.

Sesuai dengan julukannya, Nathan tampak datar dan sama sekali tidak memberi ekspresi yang berarti, ketika Hyuna dan Milea begitu antusias dalam merayakan ulang tahunnya yang ke-72 tahun itu. Max sendiri hanya sebagai tim hore dengan berdiri bersama Tristan dan Nero, sambil bertepuk tangan dalam ekspresi datar.

Para kakek, yaitu sahabat dari Nathan, juga memberi ekspresi yang kurang lebih seperti Nathan, karena sudah menebak apa yang dirasakan orang yang sedang berulang tahun. Terkecuali Opa Christian, tentu saja. Hanya dia yang selalu melebarkan senyuman, dan Opa Adrian yang memang begitu ramah.

Untung saja, bala bantuan datang dari para Oma yang ikut antusias merayakan, terutama Oma Lea, yang dengan ceria berdiri di samping Nathan yang sesekali terlihat mendengus kasar di sana. Max berpikir jika Lea tidak seperti itu, bisa jadi semua hidangan dan hiasan yang ada di ruang utama mansion, akan segera dihancurkan dalam waktu beberapa detik oleh Nathan.

Sementara itu, para ayah tampak biasa saja. Maksudnya, benar-benar biasa saja, terkesan tidak tertarik dan ingin segera mangkir dari situ. Apalagi Uncle Joel dan ayahnya, Petra, yang tampak tidak sabaran untuk melakukan sesuatu karena ada hal yang mendesak. Tentu saja, ibunya, Joana, sudah mengancam dan Auntie Alena, istri dari Uncle Joel, memberi ultimatum jika keduanya tidak ikut beryanyi di sesi tiup lilin yang dilakukan mereka sekarang. Bahkan, orang terkuat akan lemah pada otoritas rumah tangga yang dipegang oleh wanita. Kasihan, pikir Max.

"Sebelum tiup lilin, ucapkan permohonan, Sayang," ujar Lea sambil memeluk lengan Nathan dan menatapnya dengan hangat.

Bukan adegan romantis, melainkan semacam komedi situasi yang menyebar di seluruh ruangan, karena hampir semuanya memalingkan wajah untuk menahan senyuman geli di sana. Tentu saja, yang berani melakukan hal itu adalah para tetua dan para ayah. Sedangkan Max dan yang lainnya, cuma bisa menunduk sambil melumat bibirnya. Berusaha menahan diri untuk tidak tersenyum.

Untie The KnotWhere stories live. Discover now