Part. 17 - Curiosity

6K 874 117
                                    

Baca yang ringan2 aja yah.
Happy Reading 💜


🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷


Hyuna yakin jika dirinya tidak menyukai Winston yang selalu datang untuk membeli roti dan teh di toko roti milik Mrs. Dolce di setiap menjelang sore. Tapi sekarang tidak begitu. Dengan spontan, Hyuna sudah menghangatkan sebuah roti blueberry cheese dan membuatkan secangkir teh commonmile tepat sebelum Winston tiba.

Winston hanya tersenyum tipis menerima pesanan yang tanpa perlu disebutkan, setelah membayar tanpa perlu menunggu. Di meja yang sama, Winston duduk untuk menikmati afternoon tea-nya seorang diri sambil berkutat dengan ponselnya. Kunjungan Winston menjadi rutin selama Hyuna bekerja di kedai itu.

Meski Winston tidak mengerjainya atau bersikap kurang ajar seperti sebelumnya, tapi hal itu membuat Hyuna bertanya-tanya tentang sosok Winston sekarang. Berdasar keterangan Tristan, pria itu menempati unit yang berada di lantai teratas gedung flat mereka, yang adalah sarang dari pengedar obat-obat terlarang.

Artinya, pria itu berbahaya dan perlu dijauhi oleh Hyuna. Penampilannya masih begitu urakan dengan hanya memakai kaus polos berwarna hitam yang membalut pas tubuhnya dan celana jeans belel yang sudah pudar. Jangan lupakan tato yang memenuhi dua tangan dan sekitaran lehernya, yang mempertegas nilai bahaya dalam diri Winston.

Tapi, sebuah pesan dari ibunya mengingatkan dirinya, yaitu jangan menilai atau menghakimi seseorang dari penampilannya jika belum mengenal siapa dirinya. Bertato, urakan, berantakan, belum tentu berbahaya tapi juga tidak boleh lengah, pikir Hyuna. Ada rasa penasaran yang mengembang dalam diri Hyuna saat ini, di setiap kali menatap Winston yang duduk sendirian untuk menikmati secangkir teh dan roti.

"Kenapa tidak kau dekati jika berminat padanya?"

Sebuah pertanyaan dari Mrs. Dolce sukses membuat Hyuna tersentak dan buru-buru menoleh ke belakang. Wanita tua itu terkekeh dan menatap Hyuna senang.

"A-Aku tidak berminat padanya," jawab Hyuna pelan dengan rona merah di pipi.

Mrs. Dolce terkekeh. "Benarkah? Jika tidak berminat, kau tidak akan mungkin memperhatikannya secara bersembunyi seperti ini."

"Aku tidak bersembunyi," koreksi Hyuna.

"Memperhatikan dari kejauhan, juga bisa dibilang sedang bersembunyi," balas Mrs. Dolce.

Hyuna menghela napas dan tidak ingin melanjutkan pembicaraan yang dilakukan dengan nada berbisik, apalagi membicarakan pria yang bisa dibilang tidak penting untuk dibahas olehnya. Tapi informasi Mrs. Dolce sekarang, tiba-tiba menarik minat dan membuatnya menoleh pada wanita itu sepenuhnya.

"Winston tidak pernah datang berkunjung serutin ini sebelum kau bekerja di sini," ucap Mrs. Dolce.

"Maksudmu, dia menyukaiku?" tanya Hyuna spontan.

Mrs. Dolce mengembangkan senyuman. "Kurasa tidak akan ada pria yang sanggup menolak pesonamu."

Hyuna memamerkan cengiran lebar dan merasakan hawa panas yang semakin menjalar di kedua pipi. Bukan merasa terlalu percaya diri, tapi Hyuna sangat mengetahui nilai dirinya. Juga, prinsip yang dianutnya sama seperti ibunya, yaitu menjadi tegas dan bukan jual mahal.

"Winston adalah anak yang baik, hanya saja perceraian orangtuanya membuat Winston menjadi anak yang begitu keras dan dituntut untuk menjadi dewasa sejak muda," lanjut Mrs. Dolce.

"Apakah dia jatuh dalam dunia kriminal? Maksudku, menjadi penjahat?" tanya Hyuna langsung.

Mrs. Dolce mengerutkan kening dan tampak bingung dengan pertanyaan Hyuna. "Setahuku, tidak ada yang aneh darinya. Dia penyuka tato dan membuka studio tato yang tidak jauh dari sini. Itu saja."

Untie The KnotWhere stories live. Discover now