Part. 15 - Reconciled

6.1K 932 169
                                    

Hari ini, lagi lancar lanjut di Tristan. 

Happy Reading 💜

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Sudah 3 hari, baik Hyuna dan Milea kompak mengabaikan Tristan. Mereka berdua seolah tidak mengindahkan keberadaannya, tidak mengajak dalam obrolan, juga tidak menyiapkan makanan untuknya. Jadi begitu? Pikir Tristan masam. Tindakan mereka yang ingin dewasa dan tidak mau diatur, kini menjadi semakin tak terkendali.

Meski sebenarnya, Tristan cukup banggga dengan aksi keduanya, tapi tentu saja hal itu bisa menjadi masalah jika Tristan benar-benar memberikan apa yang diinginkan mereka. Tristan menyesap rokoknya dengan dalam, lalu mengembuskan napas beserta asap rokok dari mulut. Dia sudah memutuskan untuk tidak akan ambil pusing tentang keputusan dua wanita muda itu lagi.

Menjaga dan melindungi dua wanita sekaligus, bukanlah hal yang mudah, tapi cukup melelahkan. Jika bukan karena para ayah terus menekannya dengan tuntutan agar dia sanggup melindungi, Tristan lebih baik menikmati waktunya untuk melakukan kesukaannya. Seperti mengendarai motor kesayangannya yang ada di mansion, atau bermain skateboard.

Setelah menghabiskan dua batang rokok, Tristan beranjak dari duduk dan segera masuk ke gedung flat-nya. Sehabis menyelesaikan kuliah, Tristan tidak langsung kembali ke flat. Seperti biasa, dia akan menyambangi tempat kerja Hyuna dan Milea untuk sekedar memastikan jika keduanya baik-baik saja.

Alisnya terangkat saat pintu lift terbuka dan melihat ada Winston yang keluar dari situ. Pria brengsek yang sudah lancang menyerang Hyuna waktu itu. Juga, yang terus mencari kesempatan untuk mengerjai Hyuna. Cih!

"Hai, Tetangga," sapa Winston sambil menyeringai licik.

Tristan menggertakkan gigi sambil menatap Winston tidak senang. "Tidak usah sok akrab denganku."

"Ah, aku lupa jika kau memang adalah manusia tersombong di dunia. Lagi pula, kenapa kau sudah kembali hari ini? Apa kau kembali diusir oleh kedua adik yang..."

Tristan langsung menerjang Winston dengan mencengkeram leher Winston dan mendesak tubuhnya ke dinding yang berada di samping lift.

Winston refleks mencengkeram pergelangan tangan Tristan yang sedang mencekik lehernya dan melotot tajam pada Tristan.

"Aku hanya perlu menekan batang tenggorokmu jika kau masih berbicara sembarangan!" desis Tristan geram dan mengetatkan cengkeramannya di leher Winston.

"Dan jika kau berani menantangku kembali dengan sikap sok inisiatifmu, maka aku tidak masalah jika harus menjadi penghuni di penjara khusus remaja karena membunuhmu," lanjut Tristan sinis dan melepas Winston dengan kasar.

Winston terbatuk-batuk sambil mengusap lehernya dan menatap Tristan geram. "Kau tidak bisa seenaknya mengancamku dan berlaku seperti bajingan tengik, Tristan!"

"Try me!" balas Tristan tanpa ragu.

Melihat hunusan mata tajam Tristan, Winston mengerjap cepat dan bungkam. Meski terbilang muda, tapi Tristan sanggup membuat lawan bicaranya tidak berani membantah lewat hanya dari tatapan penuh ancamannya. Aura dingin yang terpancar dari dirinya, sudah mewakili apa yang diwariskan dari ayahnya dalam diri Tristan.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Winston segera berlalu sambil mendengus kasar. Tristan mengawasi kepergiannya dengan mata menyipit hingga sosoknya menghilang.

Segera menuju flat-nya, Tristan menuju ke kamar dan mengurung diri saja di sana. Bermain gitar, dilanjutkan game online, facetime bersama Nero dan Max, dan apapun yang membuatnya tidak perlu mengawasi Hyuna dan Milea lewat pelacak yang terpasang pada perhiasan yang dikenakan mereka.

Untie The KnotOù les histoires vivent. Découvrez maintenant