Perkara Dasi

20.3K 2.9K 61
                                    





"YAH! AYAH!"

Teriakku dari kamar.

"Cari apa?" Tanya Ayah sambil berjalan kedalam kamarku.

"Dasi aku gak ada." Kataku yang masih nyari dasi seragam hari kamis yang warnanya biru tua.

"Dasi seragam osis?" Ayah

"Bukan Yah, yang biru kotak-kotak."

"Kan udah ayah bilang, kalau habis makai itu digantung aja, bareng sama atribut yang lain." Katanya sambil ikutan ngubek-ngubek almari.

"Ayah udah bilang berapa kali? Kalau ditaruhnya disatu tempat aja kan nyarinya gampang."

Habis ini kalau masih gak ketemu Ayah bakalan ngulang kata-kata nya sampai minimal 3x.

"Terakhir kamu taruh mana?"

"Lupa yah."

"Kamu bawa balik enggak?"

"Ya dibawa pulang lah."

"Ah, kamu ini. Ayah bilang suruh nata lemari dek. Ini lagi, kamu ambil bajunya kasar. Bikin tumpukan gak rapih."

"Dasinya yah." Aku kembali mengingat kan.

Kalau enggak gitu Ayah pasti melebar kemana-mana.

Tapi emang almari baju aku berantakan sih. Soalnya kadang suka buru-buru ngambil bajunya. Terus kalau udah berantakan males natanya.

Tunggu di omelin ayah dulu biasanya, haha.

Kami masih berusaha nyari dasi biruku sampai keruang tamu dan ruang TV. Tapi tetep gak ketemu.

"Terus besok aku gimana yah? Aku bolos aja boleh?"

"Gak boleh lah." Tegur Ayah, matanya mulai memincing.

"Besok osis yang jaga gerbang tuh galak banget sumpah."

"Yaudah sekali-kali." Jawabnya santai sambil nyalain TV.

"Ntar aku dicatet lho yah. Terus disuruh ke ruang BK."

"Gapapa."

"Kok gakpapa Yah??!"

"Sekali-kali dihukum, biar tau rasanya dihukum."

"Kan malu Yah..."

"Yang ngilangin dasi siapa?"

"Aku."

"Udah tidur aja."

"Ayah..."

"Terus Ayah harus gimana?" Ayah merubah posisinya sehingga ngehadap ke arahku

"Izinin bolos sekali aja ya? Ya? Ya?"

"Enggak."

"Lagian dasinya harus beli disekolah dek, sekolah jam segini tutup."

"Udah gakpapa, besok beli. Kalau dihukum yaudah, emang kamu yang salah kok. Ayah juga udah bilang, dasi, topi, ikat pinggang itu digantung disatu tempat aja. Kalau hilang kayak gini baru susah kan?"

Udah ini bakalan panjang.

"Coba ayah tanya hasduk pramuka kamu dimana?"

Ayaaaah

"Lupa kan? Kamu tuh udah kayak tiap hari beli hasduk pramuka. Tapi ilang terus. Besok apalagi?"

"Maaf Yah."

"Hehe, Ayah jangan marah-marah dong." Aku mendekat ke ayah terus goyang-goyangin lengannya.

"Ayah... Hehe besok enggak lagi janji."

"Janji?" Tanyanya melunak.

"Janji!" Aku mengaitkan jari kelingkingku ke jari kelingking ayah.

"Tapi tetep besok gak boleh bolos."

Aku kembali mendengus.

"Pinjem Calvin apa nggak ada lagi? Atau nanti mampir ke rumah Tante Refa atau Tante Isla. Barang kali mereka masih nyimpen dasi," ujar Ayah memberikan solusi.

"Kalau nggak punya gimana, Yah? Masa aku dihukum. Kalau Mama tau, nanti aku kena semprot."

Meskipun Ayah dan Mama sudah bercerai, tapi bukan berarti aku nggak berkomunikasi dengan Mama. Mama tetap lah Mama, yang hobby-nya monitoring nilai dan tingkah lakuku di sekolah.

Pernah aku dekat dengan cowok kelas sebelah, karena ketahuan Mama, aku diomeli habis-habisan.

Kalau aku cerita ke Ayah aku diomelin Mama, kerjaan Ayah hanya mangut-mangut seakan nggak mau ikut campur dengan urusanku dengan Mama.

Satya and His DaughterWhere stories live. Discover now