Cancelled

17.1K 2.7K 89
                                    





Habis UAS biasanya minggu depannya diisi dengan remedial atau pekan olah raga antar kelas. Karena kalau malem udah gak belajar temen-temen kelasku ngajakin sewa villa di puncak.

Tapi khusus buat cewek doang, anak cowok punya agenda sendiri.

Dari tadi aku nungguin mobil Ayah  masuk ke halaman. Ini udah hampir jam 5, biasanya Ayah sampai rumah jam segini.

Yap!

Mobil Ayah dateng.

"Ayaaaah!" Teriakku sambil menggelayut di lengannya.

"Ada apa nih? Anak Ayah kelihatan seneng banget." Tanyanya sambil berjalan masuk kerumah.

"Nanti aja deh aku bilang nya. Ayah bersih-bersih dulu."

"Siap!" Kata Ayah sambil menirukan posisi hormat.

Kayaknya ngomong sama Ayahnya ntar aja deh, habis Ayah pulang maghrib-an dari masjid.


***




"Dek udah maghrib?" Kata Ayah dari luar kamar.

"Udah Yah." Jawabku sambil melangkah keluar.

Aku liat Ayah lagi didapur. Kayaknya mau bikin makan malem.

"Ayah mau masak apa?"

"Capcay mau? Atau Sosis pakai bumbu asam manis? Kemarin Ayah beli sosis belum kemasak."

Aku menggeleng, "Lamaa, mau nasi goreng aja Yah."

"Beneran ini?"

"Iya, udah laper."

"Yaudah sana, tunggu dulu." Katanya.

Aku kemudian duduk di meja makan sambil nungguin Ayah masak. Mumpung Ayah lagi masak, sekalian aku mina izin apa ya?

"Yah, Ayah?"

"Hmm?"

"Temen aku ngajak liburan ke Bogor, sewa Villa gitu." Kataku hati-hati.

Feelingku gak bakal dikasih izin.

"Sama siapa?"

"Temen sekelas, cewek semua kok."

"Berapa hari?"

"Tiga hari dua malam Yah."

"Tapi Ayah yang anter."

Hah?

"Seriusan? Ini Ayah kasih izin?"

Ayah tersenyum, "Tapi Ayah yang anter, Ayah juga yang jemput. Nanti kasih tau juga kontak yang punya Villa ke Ayah."

Bentar...

Tapi kenapa aku malah gak excited. Padahal udah dikasih izin.





***




Udah aku bilangkan ya, kalau semua pekejaan dirumah itu dibagi dua. Tadi Ayah masak, sekarang aku giliran cuci-cuci.

Seperti biasa Ayah ada diruang TV. Tapi kali ini gak sambil nonton TV, dia lagi sibuk sama laptopnya. TV itu cuma buat ramai-ramai biar rumah terkesan hidup.

Kalau dipikir-pikir aku tuh lebih sering dikamar ya, daripada nemenin Ayah nonton TV. Ayah tiap sebelum tidur selalu disana, entah itu nonton TV beneran, baca buku, atau ngerjain sesuatu seperti sekarang, dan semua itu dalam keadaan TV menyala.

Aku jadi mikir, Ayah ngerasa kesepian enggak ya?

Aku kalau kesepian masih punya temen disekolah. Kalau Ayah gimana?

Mama kan udah pisah, orangtua Ayah juga jauh di jogja, temen dikantor? Apa iya temen dikantor Ayah itu baik?

Sementara aku, waktu luangku aku habiskan dikamar biasanya. Jadi sedih, gimana ya perasaan Ayah?

Apalagi tadi aku izin mau pergi nginep sama temen-temen aku? Nanti Ayah sendirian doang dong dirumah?

Kok aku jadi gak tega?

"Ayah?" Panggilku.

"Hmm? Belum tidur?"

Aku menggeleng, "Ayah mau aku bikinin teh atau kopi gak?"

"Hmm? Tadi udah banyak minum air, kayaknya enggak usah deh." Tolaknya.

Aku kemudian duduk disebelahnya.

"Yah, Ayah?"

Dia kembali memandangku sambil tersenyum.

"Kayaknya aku gak jadi liburan aja deh." Kataku.

"What's wrong?"

"Nothing, I just don't feel right."

"Nanti Ayah sendiri, rumah udah sepi begini. Ada akupun juga sepi, nanti kalau kalau aku pergi Ayah jadi sendirian."

Ayah malah tertawa.

"Yaampun sayang, gakpapa. Lagian cuma tiga hari. Dulu kamu ikut persami juga ayah izinin kok.

Tapi beda, dulu kan dari sekolah yang nyuruh. Kalau sekarang beda konteks.

"Enggak ah Yah. Aku kayaknya mau dirumah aja sama Ayah."

"Kapan-kapan aja perginya sama temen-temen."

"Seriusan lho Ayah gak ngelarang kamu."

Apa Ayah udah terbiasa sendiri? Jadi dia udah enggak ngerasa sepi meskipun tinggal sendiri?

"Tapi jujur deh, Ayah pasti ngerasa sepi kan kalau aku nggak ada di rumah?"

Ayah tersenyum tipis. "Udah jelas. Tapi kan enggak selamanya kamu nemenin Ayah. Ada saatnya nanti putri kesayangan Ayah sibuk. Jadi Ayah harus terbiasa dong?"

Aku mengerucutkan bibir. Sekarang aku jadi nggak rela ninggalin Ayah sendiri.

"Kalau Alika kuliah di luar negeri, Ayah pasti makin kesepian."

"Demi menuntut ilmu, Sayang. Ayah bakalan baik-baik aja di sini. Kalau kamu mau terima tawaran Mama kamu buat kuliah di Jepang, Ayay setuju dan sangat dukung kamu. Semua tergantung kamu, Nak."

Aku menggelengkan kepala. Aku nggak rela biarin Ayah sendirian di rumah. Aku nggak akan biarin Ayah kesepian di rumah, meskipun aku harus melewatkan kesempatan emas yang ada di depanku.

Mungkin sebagian orang merasa aku bodoh. Tapi bagiku Ayah adalah segalanya. Ayah adalah semestaku, orang yang paling aku sayang dihidupku.

Satya and His DaughterWhere stories live. Discover now