06 : Cry Again

2.7K 265 126
                                    

Hari ini masih sama seperti hari kemarin karena Sehun masih saja datang setiap pulang kerja. Hanya untuk meminta maaf atas kesalahannya pada Irene dan berakhir wanita itu akan menangis karena kembali mengingat pengkhianatan suaminya.

"Aku mulai berfikir, kata sayang seperti apa yang kau maksud." Sehun berlutut di depan Irene yang duduk di sofa.

"Aku tahu aku salah." Sehun menundukkan kepalanya dalam. Penyesalannya kali ini teramat besar. "Apa kau bisa memaafkan kesalahanku."

"Kau tahu tidak, meminta maaf itu jauh lebih mudah dari pada memaafkan. Dan sulit bagiku untuk bisa memaafkan sekaligus melupakan semua perbuatan yang kau lakukan."

Mereka sama-sama terdiam setelah itu. Sekarang di rumah hanya ada mereka dan para pelayan. Sehun masih saja merenungi setiap kesalahan yang ia buat.

"Kenapa kau tidak pulang saja?" ucap Irene dan Sehun menengadah menatapnya. Sehun masih diam dan menunggu kalimat apalagi yang akan Irene katakan.

"Kenapa kau masih saja datang ke sini? Bukannya sekarang kau sudah mempunyai keluarga yang sempurna? Kenapa masih memperdulikan aku?" tanya Irene dan wanita itu terlihat seperti sedang menahan air matanya untuk tidak keluar.

"Karena kau adalah rumahku."

"Rumah?" tanya Irene dengan suara lirih setelah itu dia tersenyum hambar. "Jika aku memang rumah bagimu, kau tidak akan membuat kesalahan seperti ini. Bukannya tujuan awal kau berselingkuh adalah untuk mendapat keturunan. Sekarang kau sudah mendapatkannya."

"Hiduplah dengan bahagia bersama keluarga barumu. Jangan urusi aku wanita yang tidak sempurna karena tidak bisa memberimu seorang keturunan."

"Rene, jangan bilang seperti itu."

"Memang seperti itu kenyataan yang ada. Kau selingkuh dariku karena aku tidak bisa memberimu keturunan bukan?" Suara Irene terdengar meninggi. Bahkan ia juga menepis tangan Sehun dengan kasar saat pria itu ingin menggenggam tangannya.

"Apa jika sekarang aku menjelaskan semuanya kau mau mendengarkan dan percaya?"

"Untuk apa? Toh semuanya sudah jelas. Kau berselingkuh untuk mendapatkan keturunan karena aku tidak bisa memberikan seorang anak padamu." Setelah itu air mata Irene jatuh.

"Rene..."

"Aku tidak mau dengar apa pun lagi darimu. Sekarang pulanglah, aku ingin istirahat!"

-

-

Sebuah cafe yang ada di pusat kota terlihat sedikit pengunjung dan disalah satu meja terlihat tiga orang wanita tengah berbicara serius. Satu diantara mereka hanya dapat menunduk.

"Kau adalah seorang wanita, tapi kenapa kau tidak bisa memikirkan perasaan wanita lain?" kata Taeyeon pada wanita yang duduk tepat di depannya. Ibu dari Irene tersebut tidak lagi bisa menahan air matanya untuk tidak keluar.

"Seharusnya kau tahu jika anakku itu sudah mempunyai keluarga. Tidak seharusnya kau hadir dan merusak hubungan mereka." kali ini Yoona yang membuka suara.

Sungguh ucapan kedua wanita berusia itu menyakiti perasaan Sojeong. Wanita yang sejak tadi dihakimi oleh mereka hanya bisa diam.

"Nyonya, saya bisa menjelaskan semuanya." Sojeong mulai membuka suara.

"Menjelaskan seperti apa yang kau maksud?" tanya Taeyeon, ia terdengar meninggikan suaranya. Taeyeon tidak terima jika anaknya harus berada di pihak yang disakiti. Memang ibu mana yang mau melihat anaknya disakiti begitu saja.

"Kau tidak tahu dan merasakan kesedihan putriku mengetahui hubunganmu dengan Sehun dibelakang? Terlebih sekarang dia sedang hamil. Tidak seharusnya ia merasa sedih disaat dia mendapat kabar bahagia."

"Saya minta maaf."

"Apa pria di bumi ini sudah habis sampai kau mau menjadi simpanan pria yang sudah beristri?" tanya Yoona dan Sejeong hanya diam menundukkan kepala. Tidak ada yang bisa ia perbuat karena memang disini dirinya yang salah.

"Kata maaf darimu pun tidak lagi bisa merubah semuanya."

"Aku minta agar kau tidak lagi mendekati Sehun! Biarkan dia bahagia bersama keluarganya. Dia juga akan menjadi ayah dari anak yang dikandung menantuku Irene." kata Yoona dan berhasil membuat Sojeong mengeluarkan air mata.

"Tapi putriku juga membutuhkan sosok ayahnya."

"Apa kau sedang memanfaatkan keberadaan putrimu? Jika kau ingin putrimu mendapat kasih sayang ayahnya maka berikan saja hak asuh dia pada Sehun." Yoona membalas ucapan Sojeong.

-

-

Malam ini begitu menyedihkan bagi Sojeong setelah pertemuannya dengan orang tua Irene dan Sehun. Tidak pernah ada dipikiran jika ia akan direndahkan seperti itu. Kedua wanita itu memang tidak melakukan kekerasan fisik padanya, tapi setiap ucapan mereka mampu menohok hatinya.

Sojeong mendengar suara mesin mobil yang berhenti di halaman rumahnya. Tidak lama ia melihat sosok Sehun yang berdiri diambang pintu menatap dirinya. Setelah satu minggu, pria itu baru datang untuk menemuinya.

"Ada apa kemari?" tanya Sojeong sinis saat melihat Sehun yang berjalan mendekat ke arah dirinya.

"Aku ingin minta maaf."

"Itu bukan salahmu saja, tapi aku juga salah. Tidak seharusnya semua jadi seperti ini jika kita menjelaskan hal ini pada mereka sejak awal."

"Aku tahu dan sekarang aku menyesali semuanya. Maaf baru datang berkunjung sekarang." Sehun masih berdiri dan sedikit menundukkan kepalanya untuk menatap Sojeong yang duduk di sofa.

"Tidak apa. Irene lebih membutuhkan dirimu dari pada kami." kata Sojeong seolah semuanya baik dan kami yang ia maksud adalah dirinya dan Naeun.

"Ah ya, bagaimana dengan keadaan Naeun?"

"Dia baik, kau tidak perlu khawatir. Yang perlu kau pikirkan sekarang adalah bagaimana caramu untuk mendapatkan maaf dari Irene." kata Sojeong membuat Sehun terdiam seperti orang bodoh.

"Ayah..." Sehun menolehkan kepalanya ke kanan dan melihat putrinya yang memakai piyama dan membawa boneka berbentuk kelinci lari ke arahnya.

"Kenapa Ayah baru pulang? Naeun sangat rindu dengan Ayah."

Sehun langsung membawa Naeun dalam gendongannya. Ia mencium seluruh bagian wajah sang putri tanpa terlewatkan.

"Ayah juga kangen."

"Apa Ayah membawa mainan? Bunda bilang Ayah sedang kerja, nanti kalau pulang Ayah akan membawa banyak mainan untuk Naeun."

Wajah Naeun terlihat sedih dan kepalanya menggeleng lemah. "Naeun tidak begitu suka mainan, lagi pula mainan Naeun juga sudah banyak. Naeun akan seneng jika Ayah bisa meluangkan waktunya lebih banyak untuk Naeun dan Bunda."

"Maaf jika Ayah terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan sampai melupakan Naeun."

"Tapi karena Ayah sudah pulang, Naeun ingin tidur bersama Ayah, bolehkan?" Sehun hanya mengangguk setuju karena tidak ingin melihat putrinya kembali bersedih.

orang ketiga ; hunreneWhere stories live. Discover now