18 : Miss

2.4K 265 165
                                    

Setelah sarapan pagi bersama, Irene dan Sehun terlihat duduk di kursi terasa depan rumah sambil mengawasi putra mereka yang aktif bermain. Sebenarnya terlihat sekali jika mereka sama-sama merasa canggung saat ini.

Irene menatap sekilas ke arah Sehun. "Kau bisa datang kapanpun jika memang tidak sibuk. Rumah ini akan selalu terbuka untukmu."

Sehun menatap Irene sambil mengulam senyum tipis.

"Aku akan lebih suka jika kau mau pulang ke Seoul denganku. Kau tahu, Eomma dan Appa sangat merindukanmu." kata Sehun membuat Irene terdiam. Sudah berapa lama ia tidak bertemu dengan kedua orang tuanya.

"Ayo ajak Yeonjun untuk pulang ke rumah kita." Sehun melanjutkan kalimatnya.

"Apa?"

Bukan jawab apa yang ingin Sehun dengar dari Irene. Padahal Sehun sangat yakin jika wanita yang masih berstatus sebagai istrinya itu mendengar dengan jelas apa yang ia katakan.

"Kita kembali tinggal bersama, dengan kau, Yeonjun dan aku di rumah kita yang dulu."

"Kau tidak mengerti. Tidak mudah bagiku untuk menerima semuanya dan membuatnya terasa baik-baik saja." jelas Irene dengan wajah yang terlihat cemas. "Tempat ini sekarang sudah menjadi rumah bagiku dan juga Yeonjun."

"Tapi setidaknya kau bisa kembali ke Seoul dan memberi kabar pada Eomma dan Appa agar mereka tidak terlalu khawatir. Terutama Appa, kondisi kesehatannya sering menurun sejak tahu kau pergi."

Irene terdiam beberapa saat setelah mendengar perkataan Sehun. Bahkan orang tuanya sakit pun dirinya tidak tahu.

"Appa sakit?" monolog Irene dengan suara lirih.

"Tekanan darah Appa sering naik semenjak kau pergi. Bahkan beberapa kali harus masuk rumah sakit."

-

-

Sojeong memilih untuk tidak membuka tokonya hari ini. Setelah mendengar ucapan ibu-ibu dengan mulut pedasnya, wanita itu mengajak Naeun pulang ke rumah. Dirinya juga merasa tidak fokus jika harus menjaga toko sekarang. Jadi lebih baik pulang.

Sojeong dan Naeun duduk di bangku halte untuk menunggu bus. Mata Naeun juga sembab karena menangis terlalu lama. Bahkan sekarang tangisnya masih sesenggukan. Sojeong hanya bisa mengusap punggung putrinya untuk menenangkan.

"Bunda, Naeun ingin bertemu Ayah." Lagi Naeun mengatakan hal seperti itu. Alasan seperti apalagi yang harus dirinya kasih agar sang putri berhenti bertanya mengenai Sehun.

"Ayah sedang bekerja sayang. Naeun juga harus sabar menunggu Ayah pulang. Mengerti?" Sojeong buru-buru menghapus air matanya begitu keluar tanpa ia minta. Sebisa mungkin Sojeong berusaha untuk tetap tersenyum di depan Naeun.

"Tidak! Naeun ingin bertemu dengan Ayah sekarang!" Naeun sedikit berteriak membuat sebagai orang yang juga ada di dekat halte menatap ke arah mereka.

"Ya sudah, ayo kita bertemu Ayah!" Sojeong langsung menggandeng tangan Naeun untuk berdiri dan setelah itu dirinya menghentikan sebuah taksi.

Tidak ada pilihan lain bagi Sojeong selain mengajak Naeun kembali mengunjungi rumah orang tua Sehun. Dirinya sendiri juga mulai bingung mencari alasan karena Naeun sendiri juga sudah mulai besar.

Lama kelamaan Naeun juga pasti akan sadar jika ternyata Sojeong berbohong tentang keberadaan Sehun.

Mobil taksi yang mereka naikki berhenti di depan rumah megah milik orang tua Sehun. Sejeong menggandeng tangan putrinya masuk ke sana. Tapi Sojeong tidak mengajak Naeun untuk masuk. Ia meminta sang putri untuk menunggu di dekat gerbang bersama penjaga rumah.

orang ketiga ; hunreneWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu