09 : Depression

2.8K 270 230
                                    

Langit terlihat cerah karena matahari yang sudah menunjukan sinarnya. Sudah setengah jam yang Sehun lakukan hanya diam menatap Irene yang duduk menatap kosong ke depan. Hal yang membuat Sehun semakin takut adalah, Irene sama sekali tidak mau bicara sejak bangun.

"Sayang, apa kau mau makan buah, biar aku potongkan?" tanya Sehun dan Irene masih tetap diam, tidak ada reaksi sama sekali yang Irene tunjukkan. "Sayang, aku mohon jangan hanya diam. Kau malah membuatku semakin takut."

"Rene, aku mohon katakan sesuatu!"

Sehun menghela nafas menatap Irene yang masih saja diam tidak mau menunjukkan respon apapun. Sehun menjulurkan tangannya berniat menyentuh wajah Irene, namun Sehun dibuat terkejut karena Irene menepis tangannya dengan kasar.

"Jika memang selama menjadi istrimu aku mempunyai salah, seharusnya kau tidak membalasku dengan sekejam ini Sehun." kata Irene lirih dan air matanya kini sudah jatuh. Hatinya terluka dengan pikiran yang melayang tidak tenang karena dirinya yang disia-siakan.

Sehun terdiam menatap sang istri, yang sejak semalam wanita itu belum bersuara selain hanya menjerit keras, lalu dokter datang menyuntikkan obat penenang yang membuat Irene tertidur. Sekali Irene bicara mampu membuat Sehun terdiam dengan berbagai alasan.

"Jikalau pun aku bisa meminta pada Tuhan. Aku akan meminta Tuhan untuk mencabut nyawaku saja dari pada calon anak kita."

Sehun kini ikut meneteskan air matanya. Sekarang tidak ada lagi yang namanya Oh Sehun pria yang kuat dan tegar. Pria itu ikut bersedih melihat sang istri yang terlihat rapuh. Seperti raga yang kehilangan nyawanya.

"Aku kekanakan seperti anak kecil, aku rewel, aku mudah marah, banyak maunya, dan aku tidak bisa memberikanmu anak." Irene berucap dengan kepala menunduk, wanita itu memainkan jarinya yang ada dipangkuannya. "Sekarang apalagi yang ingin kau pertahankan? Aku wanita tidak sempurna Sehun."

"Sayang, aku minta jangan bilang seperti itu."

"Tapi kenyataannya seperti ini. Kau bisa tinggalkan aku kapan pun kau mau karena kau pun juga sudah punya keluarga yang sempurna. Jangan lagi pedulikan diriku yang mungkin hanya akan menjadi beban dalam hidupmu."

Kemudian yang terjadi hanya keheningan diantara mereka. Sehun masih terus berusaha mencerna setiap kata yang Irene ucapkan.

Irene kembali diam dengan pandangan kosong. Dirinya kembali teringat kejadian dimana ia melihat Sehun yang tampak bahagia bersama dengan Naeun saat di restoran. Melihat dari jarak jauh pun orang-orang akan menilai jika keluarga itu terlihat bahagia. Mengingat itu hanya membuat hati Irene perih.

"AAARGH...!!!" teriak Irene yang menjerit begitu keras. Tangannya menjambak rambutnya sendiri. Sehun yang panik melihat hal itu langsung mencoba untuk memeluk tubuh sang istri.

"Tenang sayang, aku mohon sadar!" kata Sehun yang masih berusaha memeluk tubuh Irene yang memberontak. Sehun merasa tidak tahan dengan kondisi seperti ini membuatnya kembali menangis. Istrinya harus seperti ini karena perbuatannya.

"MENJAUH DARIKU! AKU BENCI KAU!" teriak Irene yang terdengar frustrasi. Sehun tidak peduli dan semakin mempererat pelukannya meski Irene tetap memberontak.

"Sayang..."

Sehun memegang pundak Irene mencoba agar wanita itu mau untuk mendengarkan dirinya atau paling tidak menatapnya. Namun Irene tetap menolaknya dengan kepala yang menggeleng. Apalagi mendengar Sehun memanggilnya dengan sebutan itu justru membuatnya muak mendengarnya.

"KAU PENJAHAT...!"

Genggaman Sehun dipundak Irene perlahan mulai terlepas. Mendengar dirinya disebut jahat oleh istrinya sendiri membuat sesuatu di dalam diri Sehun tidak karuan. Pikirannya mendadak kosong, dirinya membiarkan Irene memukuli dasinya yang mulai terasa sesak.

orang ketiga ; hunreneजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें