SWEETHEART

13 7 18
                                    

Hal-hal seperti apa yang sering kalian bagikan di akun sosial media kalian? Video lucu atau foto aktivitas kalian? Banyak hal yang bisa diposting, sekadar curhatan pun tak jadi soal agar sosmed tidak sepi-sepi amat. Biasanya saat kepala lagi penuh, saya bakal ‘meracau’, tapi seringkali disetting privat, semata-mata untuk membuat perasaan plong saja. Ada yang kagak gitu?

Jauh sebelum Instagram dan beberapa sosmed lainnya se-hits sekarang, biasanya saya curhat di blog (yang sudah dimusnahkan), lebih banyak di diari. Aha, kalian pasti familiar dengan diari. Siapa yang masih melakukan hobi ini sampai sekarang? Waktu bersih-bersih beberapa waktu lalu, saya temukan kardus dengan diari menumpuk di dalamnya. Terperangah dong saya karena bisa menulis sebanyak itu. Sayangnya, sebagian sudah rusak sampulnya dan bau gitu. Sedikit yang masih bagus sampulnya. Dicek lagi, ternyata ada yang hilang.

Bicara soal diari, awal tertarik menulis diari ketika belajar materi ini di SMP. Guru menyuruh kami menulis sesuatu, apa pun itu dan kemudian membacakannya di depan kelas. Ketika itu saya menulis betapa menyebalkannya teman-teman sekelas dan guru perlu tahu. Mungkin perasaan lega itu yang membuat saya terus menulis akhirnya. 

Lantas, apa yang membuat orang senang menulis diari? Saya pribadi awalnya karena efek lega setelah meluapkan kekesalan. Curhat di diari lebih mudah dilakukan daripada curhat ke orang lain, terlebih waktu lagi banyak masalah di rumah. Apalagi dulu agak tertutup, lebih baik memendam sendiri. Makanya diari satu-satunya jalan keluar ketika itu.

Tahu tidak, ternyata ketika dilakukan secara rutin, menulis diari rupanya memiliki beberapa manfaatkan. Sampai ada penelitiannya segala. Di antara manfaat itu yaitu:

1. Mengurangi stress

Saya lupa di acara apa itu, seorang psikolog mengajukan pertanyaan kepada beberapa orang, pertanyaannya berupa benda apa yang akan kalian butuhkan ketika terkurung dalam suatu tempat. Banyak yang menjawab ponsel, tetapi satu orang di antaranya menjawab diari. Alasannya karena satu-satunya benda yang bisa dijadikan sarana curhat adalah diari. Psikolog itu membenarkan jawabannnya, alasannya sederhana, apa pun perasaanmu sedikit berangsur ketika menulis diari. Coba saja menulis ketika marah, sedih, atau jengkel. Ketika semuanya sudah meluap, perasaanmu berangsur-angsur pulih. Ini juga alasan biasanya psikolog menyarankan kepada pasiennya untuk menuliskan jurnal atau diari. Studi dari Park & Blumberg menyatakan jika menulis diari secara rutin dalam kurun waktu tertentu bisa mengatur kemampuan mengontrol emosi.

2. Melatih disiplin diri

Menulis secara rutin akan melatih seseorang untuk tekun dan rutin dalam melakukan apa pun. Dulu, saya ingat banget deh, waktu masih rutin menulis diari. Kejadwal semua apa yang pengin saya lakukan hari ini dan besoknya. Beda dengan sekarang, sering malas dan tidak produktif sama sekali.

3. Meningkatkan kesehatan fisik

Rutin menulis diari rupanya bisa meningkatkan sistem imun, lho. Ini kata seorang peneliti dari Universitas Texas, James Pennebaker. Sedangkan menurut peneliti lain, bisa mengurangi gejala penyakit asma dan radang sendi.

4. Merapikan ingatan dan Mengevaluasi diri

Saya senyum dan geleng-geleng ketika membaca ulang diari secara acak kemarin. Diari persis pensieve, ya (yang ada di Harry Potter itu, lho) kita bisa mengintip kenangan yang ternyata sudah nggak ada lagi di kepala. Saya jadi sadar, saat bercerita tentang teman-teman saya di depan kelas dulu, rupanya saya nggak kalah menyebalkannya. Saya yang iri duluan dan bikin kesal mereka. Dan pikiran-pikiran egois lainnya yang saya baca, bikin saya tutup diari itu dan pindah ke diari lainnya.

5. Menyembuhkan luka dan mendongkrak perasaan sendiri

That’s totally true because I had it in the past. Menjelang SMA itu masa-masa suram banget. Barangkali berlebihan, tapi, setidaknya itu yang saya rasakan ketika menjadi anak broken home. Susah sekali curhat ke sahabat, melihat sendiri keceriaannya merasa minder. Jadilah sebelum tidur, pasti menulis diari dulu. Sehabis membaca ulang diari itu, mendadak pengin banget memeluk ‘saya yang masih remaja’. Setrong sekali dia, beda pokokny dengan saya yang sekarang. Sedikit-sedikit pasti mengeluh.
Sayangnya, cuman ngabisin dua buku saat kuliah, masih mending dari Aidan yang hanya merangkum ceritanya dalam satu buku, sih, ya :) Menjelang skripsi deh sudah nggak menulis sama sekali dan kebawa sampai sekarang.

Kalian sendiri masih ada yang betah menulis di diari? Mungkin sudah jarang, ya, apalagi memang lebih enak menulis di ponsel. Ternyata ada situs khusus untuk menulis diari,   lho. Mungkin di antara beberapa ini kalian ada yang kenal:

1. Penzu. com

Situs ini paling terkenal untuk diari daring (tapi saya nggak tahu), kemarin saya buka situsnya nggak bisa kalau nggak login. Tampilannya menarik, bisa mengubah font, latar, bahkan tulisan bisa diubah ke bentuk PDF. Sayangnya mesti langganan dulu untuk mendapatkan tampilan yang semenarik itu.

2. My-Diary.org

Berbanding terbalik dengan Penzu, situs ini tidak memiliki fitur yang dimiliki Penzu com, paling tidak sangat user-friendly.

3. Diary.com

Sama menariknya dengan Penzu, malah gambar yang diunggah di situs ini ada fitur filternya.

4. DearDiary.net

Kalau ini malah bisa difungsikan sebagai akun sosmed, tapi tulisan pribadi kita tetap aman, kok, karena tidak disetting publik.

Cukup sekian riset mengenai topik bakat/hobi/keterampilan. Satu lagi! Ini soal judul setiap bab yang sama sekali tidak kreatif.  Dulu setiap menulis diari, saya akan memulainya dengan Sweetheart, kata yang saat ini saya jadikan judul riset.

Nb: Saya nggak ketemu diary di KBBI, diari pun nggak ada. Buku harian yang ada.

***

Sumber:

https://www.idntimes.com/science/experiment/amp/patricia-firscha/manfaat-menulis-diary-secara-medis-dan-ilmiah

https://loop.co.id/articles/4-diari-online-yang-bisa-menggantikan-buku-harianmu/full

http://www.akhmadguntar.com/5-keuntungan-menulis-jurnal-atau-diary-untuk-produktivitas/

My Morning TeaWhere stories live. Discover now