18. I'm sorry

2.3K 214 51
                                    

Author Pov

Kini sana masih duduk termenung dengan pikiran riuh, tak ada niatan untuk beranjak sedikitpun, mungkin ia sedang menikmati lembutnya hembusan angin yang menerpa wajahnya itu atau sedang merasa nyaman dengan suara gumuruh cuitan burung yang sedang terbang bebas di udara seolah tak ada beban

Drett drett

Handphonenya yang bergetar itu berhasil membuyarkan lamunannya

'Eomma'

Itulah tulisan yang muncul di layar handphonenya sana bergegas mengangkatnya namun belum sempat ia menjawab, telepon itu sudah dimatikan sepihak oleh orang di sebrang sana. Tak biasanya ibunya seperti ini itulah yang membuatnya sedikit khawatir hingga kekhawatiran itu terus menyelusup menembus hingga ke relung hati, tanpa berpikir panjang dia pun bergegas pulang walau tadinya ia ingin menetap lebih lama

Ia lekas memesan angkutan kembali, lima belas menit berlalu kini taksi pesanannya sudah sampai dan dia langsung masuk ke dalam seperti biasa sang driver menyambutnya dengan senyum ramah

"Sesuai aplikasi nona ?" Tanya sang driver

"Iya sesuai aplikasi" kini ia menjawab pertanyaan sang driver sedikit lebih panjang mungkin tak ingin dianggap angkuh

Sana menghabiskan waktu perjalanannya untuk menenangkan diri menghindari setiap pikiran negatif yang bersarang di otaknya

Tak lama mobil yang ditumpanginya itu berhenti di rumah megah dengan pagar menjulang ke atas, disertai taman mewah

"Ini uangnya terima kasih" ia menyodorkan sejumlah uang yang sudah ia persiapkan sejak awal lalu bergegas turun dan masuk ke dalam rumahnya

Belum sempat ia menekan bel sebuah perdebatan kencang terdengar hingga sampai ke kupingnya

"Aku sudah mempersiapkan semuanya dan dia akan menikah dengan mark secepatnya sebelum gadis itu mengacaukan semuanya lagi" suara seorang lelaki paruh baya berhasil terdengar keluar menembus pintu rumahnya

"Kau gila bagaimanapun sana anakmu. Kau tega mempertaruhkan hidupnya hanya demi jabatan dan kekuasaan huh ?!" Sahut wanita paruh baya yang berada di depannya kini mulai tersulut emosi

"Sudah kubilang sejak awal bahwa tuan choi adalah pemegang saham terbesar di kantorku dan jika sana menikah dengan anaknya maka otomatis kekayaan itu akan menjadi milikku hahaha" terdengar kejam memang bahwa lelaki paruh baya itu rela 'menjual' anaknya hanya demi harta

"Aku tak akan biarkan hidup sana kau yang kendalikan dia bukan boneka. Aku akan membiarkannya hidup dengan orang yang dia cinta"

"Maksudmu gadis yang tidak jelas asal usulnya itu huh ?!" Balas lelaki itu meremehkan

"Dia tak akan mendekati sana lagi. Kau pikir aku akan tinggal diam huh ?! Aku sudah mengancam gadis itu untuk menjauhi anakku dan dia akan bersandiwara menjadi gadis lain dengan negitu tentu saja sana tak akan mengetahuinya hahaha" lanjutnya

"Teganya kau berprikalu seperti itu pada anakmu sendiri hah ?! Manusia macam apa kau ini ?!" Ibunda sana kini sudah tak bisa menahan emosinya bisa-bisanya mantan suaminya ini menjadi dalang dari semua skenario keji ini.

"Aku memang kejam, keji dan apalah itu tapi aku tak peduli karena kini kekayaan sudah di depan mataku"

"K-kau.."

Belum sempat ibunda sana membalas perkataan mantan suaminya itu sebuah suara dobrakan berhasil menghentikan peedebatan sengit mereka

Brug

"Oh jadi ini rencanamu tuan minato ?"

Dingin tetapi terasa begitu menusuk tajam itulah aura yang kini sana perlihatkan lewat mata yang memancarkan kekecewaan begitu besar

"S-sana.."

"Cukup. Aku bukan bonekamu lagi. Aku mempunyai pilihan hidupku sendiri. Dan aku tidak akan pernah menikah dengan lelaki pilihanmu itu" ucapnya lirih menahan tangis namun kemudian lari menjauhi mereka

"Sana tunggu" sang ibunda kini berusaha mengejar anaknya

"Minggir kau" lanjutnya kemudian meninggalkan mantan suaminya itu

Sana PoV

Sungguh takdir macam apa yang sedang aku jalani ini. Harusnya aku mendengarkan penjelasannya dulu. Harusnya aku tau ia juga tersiksa.
Tekadku sudah bulat aku harus meminta maaf. Aku harus menemuinya.

"Sana" ku dengar sayup-sayup suara eomma memanggilku. Seketika aku pun menghentikan lariku

"E-eomma sana m-mau menemui chewy" pintaku sambil menahan air mata ini tumpah lebih banyak lagi sungguh rasanya lelah sekali tak terhitung berapa kali aku menangis hari ini

"Sayang ini sudah hampir malam tak mungkin dia masih ada di kampus. Eomma janji besok kau boleh temui dia. Tapi sekarang kita kembali ke rumah ya" eomma berusaha membujukku

"T-tapi eomma.."

"Eomma janji sayang"

"Baiklah" ucapku memelan sungguh rasanya aku ingin menemuinya sekarang tapi apa kata eomma ada benarnya tak mungkin chewy masih ada di kampus sekarang tapi sebelum itu

"Eomma aku tak ingin lelaki itu ada di rumah kita usir dia.. aku mohon"

"Iya sayang iya. Ayo kita masuk" ucap eomma sembari menghapus air mataku dan menuntunku kembali ke rumah

Maaf.

Maaf karena aku lebih banyak diam, karena nyatanya keheningan itu sering muncul tanpa diminta. Menyebabkan semuanya menjadi tertahan.

Maaf.

Maaf kalau aku terlalu berlebihan. Aku tidak mampu meyakinkan diriku sendiri, tidak bisa mengarahkan diriku sendiri. Pada akhirnya, aku hanya bisa meminta orang-orang disekitarku untuk memenangi dirinya sendiri tanpa melakukan hal yang sama. Membuat aku lupa kalau nyatanya hal itu salah. Kalau hal itu menunjukkan bahwa aku lebih dari orang munafik.

Terlalu banyak yang kamu beri sampai aku bingung bagaimana harus bereaksi. Ketahuilah, dalam hidup, yang kupercaya adalah aku menuai apa yang aku tabur. Maaf, sekali lagi, maaf. Aku tidak bisa merasa baik-baik saja untuk banyak hal.

To be continue

Ok author balik lagi hehe :v maaf lama up nya. Udah mau end nih jadi sad or happy ?

Vote dan komen tak ada salahnya bukan ? Selagi bisa menghargai :)

My promise (Satzu)Where stories live. Discover now