O2. Anak kecil

861 84 18
                                    

Jangan lupa Votmen ya!')

***

Pistanthrophobia, mungkin istilah itu sering terdengar. Jymin mengalaminya, fase dimana ia sulit sekali mempercayai orang lain kecuali Jey yang sudah ia anggap sebagai Pamannya. Sering, Jymin merasa takut untuk kembali bekerja, takut Untuk berbicara dengan orang-orang yang kelihatannya baik dengannya namun sebenarnya tidak. Jymin tak memiliki kemampuan untuk mengenali siapa yang benar-benar tulus padanya dan siapa yang hanya pencitraan di depannya.

Masalah trauma dengan keluarganya mungkin itu salah satu penyebabnya, Jymin pernah dibohongi, dikecewakan, dan dikhianati oleh orang terdekatnya. Jymin masih hidup dengan orangtuanya sejak berumur tiga tahun, masih sangat kecil Jymin saat itu, Jymin tak tahu apa-apa bahwa kala itu Jymin kehilangan orangtuanya, semua orang menyembunyikan apa yang menyebabkan orangtuanya meninggal,—lebih dari tiga tahun Jymin mencari informasi terkait meninggal nya orangtuanya, tapi belum menghasilkan apapun. Sebenarnya Jymin masih sangat sulit untuk menerima bahwa orangtuanya sudah meninggal kannya. Tapi Jymin tahu, ini sudah takdirnya. Orangtuanya menyerahkan semua warisan padanya, Jymin mengelola perusahaan terbesar keluarganya—AJ Amstelco.

Selama menjalani itu, tentu saja tak mudah, banyak sekali yang mencoba merebut posisinya saat ini, tapi Jymin jauh lebih cerdik karena sudah mengantisipasi sebelum nyaris terperangkap.

Jymin tahu beberapa orang sinting yang bermain-main dengannya, Jymin punya beberapa nama untuk dicurigai dan hanya tinggal waktu yang tepat untuk memberi perhitungan.

Jymin menarik satu napas panjang, setelah selesai melihat beberapa laporan keuangan perusahaannya, punggungnya disandarkan di kursi seraya memijit pangkal hidungnya. Ia mengangkat kedua kakinya ke atas meja mencari posisi ternyaman. Jymin melirik sekilas kearah Jey yang berdiri di depannya.

“Kau sudah melihatnya bukan? Karena kau sudah melihatnya, kau harus melaporkan padaku apa saja yang dia lakukan. Awasi semua kegiatannya.”

Jey yang mendengar perintah penuh penegasan itu mengangguk patuh. “Baik, Tuan.”

Jey bisa merasakannya, bagaimana rasa kesalnya Jymin saat kemarin mereka gagal mengejar wanita yang kata Jymin merupakan istrinya.

Jymin tak menemukan Aileen.

***

Langkah girang Aileen yang sedang memutari Taman terhenti saat mendengar sebuah tangisan anak kecil yang hanya berjarak dua meter darinya. Anak kecil itu menangis tersedu-sedu di dekat kolam. Ah, Aileen baru menyadari anak kecil itu menangis karena Es krimnya terjatuh. Lantas Aileen melirik kantong yang berisi Es krim di tangannya.

Haruskah Aileen memberi salah satunya?

Tak tega, melihat anak kecil itu terus menangis tanpa henti membuat Aileen langsung melangkah mendekat. Setelah sampai, Aileen berlutut mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi anak kecil yang begitu terlihat mengemaskan. Aileen langsung menyodorkan sebuah Es krim rasa coklat di depan anak kecil itu, sembari berkata. “Hei, jangan menangis. Kakak punya yang baru lho, nih ayo ambil!”

Anak kecil yang masih mengusap-usap matanya perlahan mendongak menatap Aileen yang sedang tersenyum manis. Aileen menahan rasa gemasnya, sorot mata bulat yang memerah itu memancarkan kepolosan dengan wajah yang imut, pipi gembil dan tubuh yang gembul. Aileen tersenyum lembut, saat melihat gelagat anak kecil itu yang agak ragu mengambil Es krim di tangannya. Setelah sudah di genggam di tangan mungil itu, anak kecil itu langsung bersorak gembira sembari berlari meninggalkannya.

MiracleWhere stories live. Discover now