11. Orang asing

448 46 15
                                    

Jymin menyandarkan tubuhnya di kursi dengan kaki bersila. Tatapan Jymin tak kalah tajam dengan lawan bicaranya. Jymin berdecih, sebenernya ia tak sudi untuk bertatap muka dengan seseorang itu. Ini semua hanya untuk Aileen.

“Aku kesini bukan untuk menemuimu, aku kesini ingin memastikan sesuatu.”

Jymin sekilas memalingkan wajahnya, mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan. Tempat ini, sedikitpun tak ada perubahan. Gudang tua yang kumuh dan berantakan. Ah, Jymin teringat lagi dengan mimpi yang selalu menghantui tidur malamnya.

Seo memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Sedikit mengubah posisi agar menjadi berbaring. Huh, sofa bed ini memang tempat paling nyaman untuk memanjakan punggungnya. Seo juga mengulurkan kakinya lurus ke depan Jymin. Mengenal tata krama? Haha, persetan.

Tak di pungkiri, Seo juga heran. Berani sekali Jymin menemuinya seperti ini. Tapi, menarik. Hingga Seo menciptakan salah satu sudut bibirnya terangkat. “Haha, apa yang ingin kau pastikan? Apa kau ingin tahu hubungan yang kami lakukan akhir-akhir ini? Aku hanya memberitahu sih, bahwa aku dan istrimu pernah tidur bersama. Luar biasa kan?”

Wajah Jymin datar sekali. Tak ada sedikitpun ekspresi terkejut yang tercipta. Jymin hanya menaikkan salah satu alisnya. “Jadi, aku harus percaya apa katamu? Aku tidak punya waktu untuk mendengar leluconmu. Kau bipolar, kau sakit. Mengerti?”

Di detik itu juga, suasana panas dalam hati Seo membara mendengar ucapan Jymin. Mulutnya terkatup dan memerahnya telinga secara tak terkendali. “Ayolah, berdamai. Aku saudaramu. Aku hanya mengingatkanmu. Jika kau lupa?”

Jymin tersenyum tipis. Sedikit kagum dengan Seo yang bisa mengendalikan diri. Jymin tahu persis, perkataannya tadi mampu membuat tubuh Seo menjadi terbakar. Ternyata, anak itu meminum obat dengan teratur.

“Cih, jangan berlagak seolah-olah kita ini keluarga. Kau lupa dengan apa yang terjadi di gedung ini, heh? Aku bukanlah orang yang sama dengan orang yang dulu kau kenal. Jadi, berhenti bertingkah seperti kau mengenaliku. Aku tahu, kau yang memalsukan file itu dan aku juga tahu kau yang mendorong Aileen jatuh ke kolam. Kau pikir aku akan membiarkanmu begitu saja, hah?”

Kedua bahu Seo merosot dalam, bibirnya mengerucut tipis. Mimik wajahnya, benar-benar seperti orang lesu. “Yah, aku ketahuan. Apa kau akan memanjaraku. Aaaa, takut sekali. Ternyata, kau memang bukan target yang mudah. Kau sih, terus melindunginya. Ah ya, bagaimana jika istrimu yang ku jadikan target. Sepertinya menyenangkan sekali bukan? Jymin, aku hanya ingin melihatmu menderita.”

Jymin skeptis. Muak sekali dengan perkataan Seo. Meski begitu, Seo patut diacungi jempol. Lelaki itu terlihat biasa saja bahkan bisa di bilang sangat santai. Padahal sudah terbukti bersalah. Nggak heran juga sih, Jymin pun berbicara dengan orang sakit.

“Aku akan membunuhmu. Jika kau menyentuhnya.”

Sebelum beranjak bangun. Jymin memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku. Mengecek kembali, alat perekam suara. Memastikan bahwa berkerja sebagaimana mestinya. Merasa sudah sempurna, Jymin bangkit pergi meninggalkan Seo.

Namun baru beberapa langkah, Jymin berhenti ketika mendengar pertanyaan Seo.

“Bagaimana Aileen? Apa dia baik-baik saja?”

Jymin langsung memutarkan tubuhnya, kembali menghadap Seo. Jymin tertawa remeh, bisa-bisanya Seo bertanya setelah membuat Aileen hampir mati. Kurang ajar!

“Kenapa kau bertanya, apa kau berharap Aileen mati heh?”

Seo mengusap dagunya dengan kedua alis menyatu. “Entahlah, aku selalu memikirkannya. Aku hanya ingin tahu bagaimana keadaannya. Sampaikan salamku, padanya ya.”

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang